Graham Potter meneror AC Milan dengan fleksibilitas taktiknya bersama Chelsea. Stefano Pioli tidak gentar karena sudah punya strategi baru yang mampu melukai Juventus.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Manajer asal Inggris sering kali dikatakan kurang berkualitas dan miskin taktik. Namun, hal itu tidak relevan terhadap manajer baru Chelsea, Graham Potter. Dia menunjukkan kreativitas dan kekayaan taktik dalam tiga laga terakhir yang berujung kemenangan ”Si Biru”.
Kepercayaan diri skuad Chelsea berada di atas awan jelang bertandang ke markas AC Milan, Stadion San Siro, Rabu (12/10/2022) dini hari WIB. Sebelum menghadapi lanjutan babak Grup E Liga Champions itu, mereka mengoleksi tiga kemenangan beruntun di bawah rezim baru, bersama Potter.
Salah satu kemenangan itu diraih atas Milan di Stamford Bridge pada tengah pekan lalu. Chelsea menaklukkan tim tamu 3-0 dengan dominasi mutlak di sisi sayap. Potter memainkan sistem 3-4-2-1 agar bek sayap Reece James dan Ben Chilwell bisa menjajah kedua sisi lapangan Milan.
Chelsea datang ke kota Milan dengan membawa segudang tanda tanya. Tidak ada yang tahu formasi mereka di laga nanti, selain Potter. Mengingat, sang manajer selalu berganti-ganti formasi dalam tiga laga teranyar. Pemain di dalamnya juga ada yang turut diubah.
Sebelum menang atas Milan dengan sistem tiga bek, Chelsea menggunakan formasi 4-2-2-2 ketika berhadapan dengan Crystal Palace. Lalu, pada akhir pekan lalu, Potter kembali memainkan sistem empat bek 4-2-3-1 ketika menang atas Wolverhampton Wanderers 3-0.
Menariknya, pergantian formasi itu menyesuaikan setiap lawan, seperti Wolves. Empat bek itu, dengan dua bek tengah, dipakai agar mereka bisa lebih punya banyak pemain di lini tengah saat menekan lawan. Potter menyadari, Wolves punya gelandang berkualitas untuk menguasai permainan.
Berbeda ketika lawan Milan. Potter memang sudah mengincar sisi sayap, terutama kanan, sebagai area kunci serangan mereka. Mengingat bek sayap andalan lawan Theo Hernandez tidak tampil akibat cedera.
Dengan tiga bek tengah, dua sayap Chelsea, Chilwell dan James bisa menyerang bebas tanpa beban besar dalam bertahan. Hasilnya, James menjadi pahlawan lewat sumbangan satu gol dan asis.
Menurut Potter, fleksibilitas itu bukan hanya berdasarkan lawan. Dia juga turut mempertimbangkan kecocokan pemainnya dengan sistem yang dipakai. Adapun mantan manajer Brighton itu mengganti-ganti pemain di tiga laga tersebut.
Kami tidak akan sukses hanya dengan 11 pemain. Tidak baik untuk hanya menggunakan pemain yang sama, sampai akhirnya ada yang cedera, lalu kami harus mencari solusi baru. Tidak bagus juga untuk dinamika grup ini.
”Kami tidak akan sukses hanya dengan 11 pemain. Tidak baik untuk hanya menggunakan pemain yang sama, sampai akhirnya ada yang cedera, lalu kami harus mencari solusi baru. Tidak bagus juga untuk dinamika grup ini,” ujar Potter yang baru menangani Chelsea sebulan terakhir.
Contohnya saat menghadapi Wolves. Potter sengaja tidak memainkan James sejak awal agar bisa fokus bertandang ke Milan. Tanpa James, dia merasa formasi tiga bek tidak akan terlalu efektif. Tidak ada bek sayap yang punya kualitas serangan seperti James.
Potter juga berhasil membuat ruang ganti Si Biru sangat harmonis dengan formasi yang dinamis. Sang pelatih berani memberi kepercayaan kepada pemain yang jarang tampil pada era Thomas Tuchel, seperti Christian Pulisic dan Armando Broja. Keduanya mencetak gol dalam laga terakhir mereka.
Keraguan banyak pihak terhadap kapabilitas Potter yang belum pernah melatih tim besar pun mulai mereda. Jika dilihat sampai saat ini, dia lebih kreatif dibandingkan Tuchel. Adapun Tuchel hampir selalu mengandalkan formasi 3-4-2-1 setiap pekan.
Dendam Milan
Di sisi lain, Milan sudah siap untuk membalaskan dendam dengan bermodal kemenangan atas sang rival Juventus di Liga Italia. Pelatih Milan Stefano Pioli tidak gentar beradu strategi dengan Potter. Dia sudah belajar banyak dari kekalahan pekan lalu.
Pioli menyadari, krisis akibat badai cedera membuat lini tengahnya sedikit berlubang. Karena itu, dia mengganti formasi ketika bertemu Juventus, dari 4-2-3-1 jadi 4-3-2-1. Sang pelatih memasukkan gelandang Pobega untuk membantu duo lini tengah Ismael Bennacer dan Sandro Tonali.
Sementara itu, gelandang serang Brahim Diaz masuk mendampingi Rafael Leao untuk berada di belakang penyerang tunggal Olivier Giroud. Tumpukan pemain di lini tengah itu sangat menyulitkan Juventus untuk memasuki pertahanan Milan. ”Kami lebih solid,” kata Pioli.
Formasi tersebut mungkin bisa menjadi jawaban Milan pada laga nanti. Mereka bisa melukai Chelsea dengan tusukan dari Leao dan Diaz yang lebih berposisi ke tengah.
Adapun bek sayap Hernandez yang turun lawan Juve sudah bisa bermain pada Rabu nanti. Duel Hernandez dengan James bisa menjadi penentu keberhasilan balas dendam Milan.
Massimo Abrossini, mantan pemain Milan, berkata, kemenangan atas Juve bisa menginspirasi ”Si Merah Hitam”. ”Hasil itu memperlihatkan kekuatan mental mereka. Juve memulai laga sangat baik, tetapi Milan punya spirit dan jiwa hebat untuk membalikkan keadaan itu. Belum lagi, mereka mampu melakukan itu setelah kalah telak dari Chelsea,” ujarnya kepada DAZN. (AP/REUTERS)