Sisi kiri lapangan Arsenal menjadi berkah untuk mereka sekaligus bencana untuk Liverpool. Liverpool dua kali menyamakan kedudukan, tetapi Arsenal tetap keluar sebagai pemenang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON MINGGU — Skuad muda Arsenal membuktikan diri telah naik kelas seusai kemenangan langka atas Liverpool. Mereka sukses melepas memori buruk dari sang rival lewat dominasi mutlak di sisi kiri lapangan dari belakang hingga depan. Pendekatan strategi Manajer Mikel Arteta berperan besar dalam hasil itu.
”Si Meriam” menang meyakinkan atas Liverpool 3-2 di Stadion Emirates pada Minggu (9/10/2022). Arsenal sempat unggul dua kali, lewat gol penyerang sayap Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli, tetapi bisa diimbangi terus oleh Liverpool lewat gol Darwin Nunez and Roberto Firmino.
Hingga akhirnya, Saka memastikan kemenangan Arsenal lewat gol penalti pada menit ke-76. Liverpool yang kehilangan agresivitas pada paruh kedua tidak mampu mengejar lagi. Raihan tiga poin itu mengembalikan Arsenal ke puncak klasemen sementara yang sempat direbut Manchester City.
”Kami selalu kesulitan ketika bertemu Liverpool dalam beberapa tahun terakhir. Untuk bisa menang di depan para pendukung kami adalah sesuatu yang spesial. Itu juga memperlihatkan seberapa banyak kami telah berkembang,” kata Saka.
Hasil itu adalah kemenangan kedua Arsenal atas Liverpool dari 15 pertemuan liga sejak musim 2015-2016. Liverpool mendominasi dengan 9 kali menang. Tidak pelak, Saka dan rekan-rekan bisa menjadikan kemenangan sebagai tolok ukur peningkatan kualitas mereka. Euforia perayaan kemenangan para pemain dan manajer cukup menggambarkan betapa berartinya hasil itu untuk tim tuan rumah.
Keputusan berani
Keputusan Arteta memainkan bek sayap Takehiro Tomiyasu di sisi kiri dalam sistem 4-2-3-1 berbuah manis. Pergantian terjadi karena bek sayap utama Oleksander Zinchenko cedera. Bukannya memainkan Kieran Tierney, pelapis Zinchenko, sang manajer justru memilih Tomiyasu yang berposisi asli di sayap kanan.
Tomiyasu ditugaskan menjaga tusukan dari penyerang sayap Liverpool, Mohamed Salah. Hasilnya sangat efektif. Bek asal Jepang itu sukses meredam Salah dengan keunggulan fisik dan kelincahannya. Salah pun harus rela diganti pada paruh kedua tanpa kontribusi penting sepanjang laga.
Di lini depan, sisi kiri Arsenal menjadi lahan basah peluang mereka. Seperti diduga sebelumnya, Martinelli mampu meneror bek sayap lawan Trent Alexander-Arnold yang memang lemah dalam bertahan. Martinelli kembali mengubah sisi kiri itu seolah lantai dansa, seperti kisah di semifinal Piala Liga musim lalu.
Arteta berkata, ia memang sengaja mengincar sisi pertahanan yang ditempati Alexander-Arnold. Kecepatan dan kelincahan Martinelli dipercaya akan menghasilkan sesuatu. ”Berduel melawannya (Martinelli) adalah sebuah mimpi buruk. Kami tahu dia akan menjadi ancaman nyata di depan,” jelasnya.
Dua gol pertama Arsenal berawal dari sisi itu, sisi kanan pertahanan Liverpool. Martinelli menjadi aktor keduanya dengan satu gol dan asis. Saat bersamaan, Alexander-Arnold juga terlibat dalam dua kemasukan itu. Dia berada dalam penempatan posisi yang salah.
Gol pembuka Arsenal diciptakan Martinelli pada menit pertama. Gelandang Martin Odegaard mampu melihat lubang besar di antara Alexander-Arnold dan Joel Matip. Umpan terobosan kepada Martinelli itu kemudian dimanfaatkan menjadi gol.
Kami selalu kesulitan ketika bertemu Liverpool dalam beberapa tahun terakhir. Untuk bisa menang di depan para pendukung kami adalah sesuatu yang spesial.
Gol kedua Arsenal, setelah Liverpool menyamakan kedudukan lewat Nunez, terjadi pada masa injury time jelang turun minum. Di gol itu, Martinelli yang berada dalam skema serangan balik, berhadapan dengan dua pemain sekaligus Alexander-Arnold dan Jordan Henderson. Martinelli mengecoh keduanya lalu memberikan asis untuk gol Saka.
Alexander-Arnold digantikan Joe Gomez setelah turun minum akibat cedera engkel. Namun, serangan bertubi-tubi dari sisi kiri tidak berhenti. Martinelli dibantu dengan pergerakan gelandang box to box, Granit Xhaka, yang sering melebar.
Setelah beberapa kali menggunakan skema sama, Arsenal mendapatkan penalti. Pelanggaran terhadap Gabriel Jesus itu diawali umpan Xhaka dari sisi kiri. Arsenal pun unggul untuk ketiga kalinya lewat eksekusi dingin Saka.
Arsenal lebih banyak menyerang balik pada paruh pertama, sedangkan Liverpool dominan menguasai bola. Situasi itu berbalik sejak awal babak kedua. Si Meriam mengambil inisiatif untuk bermain dengan ciri khas mereka, lebih sabar ketika memegang bola.
Perjudian Klopp
Manajer Liverpool Juergen Klopp sedikit berjudi pada laga ini. Dia menurunkan empat penyerang sekaligus, yaitu Salah, Diogo Jota, Diaz, dan Nunez. Diaz yang cedera lutut jelang akhir paruh pertama kemudian juga digantikan oleh penyerang senior, Firmino.
Tim tamu bermain dengan skema yang dinamis, antara 4-4-2 dan 4-2-3-1. Klopp ingin mengulang formasi yang sukses membawa kemenangan atas Rangers di Liga Champions, pada tengah pekan lalu. Formasi andalan Liverpool, 4-3-3, tidak terlihat sepanjang laga.
Banyaknya penyerang Liverpool memang mampu membuka sedikit ruang di pertahanan Arsenal. Terbukti, mereka bisa mencetak dua gol dari peluang kecil. Namun, formasi itu menghilangkan efek ”gegenpressing” yang sering kali merepotkan Arsenal pada masa lalu.
”Arsenal bermain sangat baik, tetapi kami juga tampil bagus di laga ini. Saya melihat sikap yang tepat pada paruh pertama. Sayangnya itu tidak terlihat pada paruh kedua. Saya menilai laga ini lebih pantas imbang, tetapi kami harus pulang tanpa apa pun,” ujar Klopp.
Akibat kalah, Liverpool tertahan di peringkat ke-10 dengan hanya 14 poin. Performa awal musim itu adalah yang terburuk bagi mereka dalam sedekade terakhir. Tim runner-up musim lalu itu masih belum mampu menunjukkan jati dirinya.
Di sisi lain, laga ini memperlihatkan perbedaan usia tidak banyak berarti di lapangan. Arsenal merupakan skuad termuda kedua di liga, rerata 24 tahun 186 hari, sedangkan Liverpool punya skuad tertua ketiga, rerata 27 tahun dan 342 hari. (AP/REUTERS)