Federer Pamit Diiringi Orang Tercinta
Dua hari sebelum laga terakhirnya adalah masa tersulit bagi Roger Federer. Namun, kehadiran orang-orang yang mencintainya membuat sang legenda mundur dari dunia tenis yang dicintainya tanpa harus kesepian.

Roger Federer (tengah), yang membela tim Eropa, dipeluk rekannya, Rafael Nadal, setelah tampil di Kejuaraan tenis beregu Piala Laver di Arena O2, London, Inggris, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Laga itu menandai akhir karier Federer di tenis profesional.
Bukan tanpa alasan petenis Roger Federer memilih Piala Laver sebagai panggung ”tarian” terakhirnya. Dalam momen emosional itu. Federer ingin dikelilingi banyak orang, termasuk petenis yang selama ini jadi lawannya agar tidak kesepian saat meninggalkan dunia yang dicintainya.
Piala Laver tahun ini, yang digelar di Arena O2, London, Inggris, 23-25 September, adalah turnamen beregu putra yang mempertemukan tim Eropa dan Dunia. Ajang yang digelar sejak 2017 ini diikuti para peserta yang ditentukan berdasarkan ranking dunia dan pilihan kapten kedua tim, yaitu Bjorn Borg (tim Eropa) dan John McEnroe (Dunia).
Federer (41) sebenarnya ingin tampil di Wimbledon 2023 untuk menutup karier profesionalnya sejak 1998. Namun, ketika hasil tes lutut kanannya yang cedera tidak memungkinkan melakukan hal itu, dia beralih ke rencana lainnya, yaitu tampil pada turnamen di tanah kelahirannya, ATP Basel, Swiss, 24-30 Oktober.
Rencana itu kembali berubah. Dalam pengumuman rencana pensiunnya ke publik, 15 September lalu, Federer memilih Piala Laver sebagai panggung terakhirnya. Pernyataan pamitan itu dibuatnya dalam surat empat halaman dan rekaman suara yang diunggah ke media sosial. Perlu 25 kali pengulangan selama dua pekan untuk menulis isi pengumuman itu, merekam suara, hingga akhirnya diumumkan ke dunia.
Baca juga: ”Tarian” Terakhir Roger Federer
Setelah itu, masa yang dilewatinya adalah hal sulit baginya, terutama dua hari menjelang tampil di Piala Laver. Namun, rasa gugup untuk mengakhiri kariernya itu terobati oleh kehadiran petenis lain, termasuk Rafael Nadal yang dipilihnya untuk berduet dalam ganda putra, Sabtu (24/9/2022) dini hari waktu Indonesia.

Ekspresi petenis Swiss, Roger Federer (kiri), menahan haru setelah tampil bersama Rafael Nadal (kanan) di tim Eropa pada laga kejuaran tenis beregu PIala Laver di Arena O2, London, Inggris, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Laga itu menandai akhir karier Federer di tenis profesional.
Nadal (36) baru dikabari Federer tentang kepastian pengunduran diri itu pada 5 September lalu. Selain salah satu rival terberat, petenis asal Spanyol itu juga merupakan sahabat Federer. Mereka sering berdiskusi tentang rencana pensiun. Oleh fans kedua pemain, mereka dijuluki ”Fedal” setelah berpasangan dalam Piala Laver pertama, yaitu edisi 2017 di Praha, Ceko.
Federer, dengan karakter yang ekstrover dan mudah bergaul dengan banyak orang, merasa nyaman ketika keluarganya, Nadal, Novak Djokovic, Andy Murray, dan petenis lainnya, berada di sekelilingnya pada masa-masa yang membuatnya rapuh. Dia bisa melupakan kegalauannya sejenak ketika panitia menggelar sesi foto tim di tempat ikonik di London, acara makan malam bersama, serta latihan sehari sebelum pertandingan yang disaksikan penonton.
Momen-momen itu tak akan dialaminya jika mengakhiri karier pada turnamen perorangan sehingga akan kesepian saat meninggalkan lapangan. ”Dua hari terakhir sangat berat. Saya bersyukur bisa melupakannya, menikmati semua acara, dan tidur nyenyak. Setidaknya, dengan acara tadi, saya bisa mengingat setiap momen dengan bahagia,” ujar Federer.
Namun, isak tangis tak terelakkan setelah Federer menyelesaikan laga terakhirnya. Dalam laga versus Jack Sock/Frances Tiafoe, Federer/Nadal kalah, 6-4, 6-7 (2), 9-11. Federer berterima kasih kepada Nadal sambil memeluknya, sementara Sock/Tiafoe merasakan kehampaan dengan kemenangan itu. Federer lantas memeluk semua peserta, satu per satu, dengan hangat.
Momen paling mengharukan terjadi saat dia dipeluk dan dicium istri, orangtua, dan keempat anaknya. Wawancara dengan mantan petenis Jim Courier pun berulang kali terhenti karena Federer tak bisa menahan tangis. Ia memang dikenal sosok yang bisa memperlihatkan sisi humanisnya.

Petenis Swiss, Roger Federer, melambaikan tangannya saat diperkenalkan menjelang tampil di kejuaraan tenis beregu PIala Laver di Arena O2, London, Inggris, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Laga itu menandai akhir karier Federer di tenis profesional.
Dia aca pkali membuat penonton tertawa saat menjawab pertanyaan seusai laga di sejumlah turnamen. Namun, Federer juga berkali-kali menangis ketika sedih atau bahagia. Dia menitikkan air mata ketika dikalahkan Nadal dalam final Australia Terbuka 2009 lalu, juga ketika melihat keempat anaknya hadir di tribune saat menjuarai Wimbledon 2017.
Emosi yang diperlihatkan pemilik 20 gelar Grand Slam itu pun dirasakan semua orang yang hadir di Arena O2 ataupun yang menyaksikannya melalui siaran televisi. Nadal bahkan tak berhenti menangis dalam acara setelah laga itu.
”Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari momen luar biasa dalam sejarah olahraga ini. Apalagi, selama bertahun-tahun, kami berbagi banyak hal. Kini, ketika Roger meninggalkan tur, sebagian hal penting dalam hidup saya pun lenyap,” kata Nadal.
Ikatan spesial
Federer dan Nadal telah melahirkan persaingan dinamis sejak 18 tahun lalu. Pertemuan pertama mereka terjadi pada babak ketiga Miami Masters 2004. Nadal, yang saat itu berusia 18 tahun dengan rambut gondrong tampil energik dan membuat kejutan dengan menyingkirkan Federer, petenis ranking teratas dunia, melalui skor 6-3, 6-3.
Baca juga: Cinta Mirka, Sumber Hidup Federer
Persaingan mereka mulai intens saat Nadal meraih peringkat kedua di bawah Federer, Juli 2005. Dengan posisi itu, mereka lebih sering bertemu di laga final. Dari 40 pertemuan, 24 di antaranya terjadi di final.

Persaingan pernah diwarnai situasi ”panas” pada final ATP Masters 1000 Roma 2006 ketika Federer berkali-kali memiliki peluang menang, tetapi akhirnya kalah 7-6 (0), 6-7 (5), 4-6, 6-4, 6-7 (5). Federer menilai bahwa pelatih Nadal, yaitu Toni Nadal, memberi instruksi saat pertandingan.
Setelah itu, hingga pertemuan terakhir mereka yang terjadi pada semifinal Wimbledon 2019, muncul laga-laga yang selalu bisa dinikmati oleh penonton. Apalagi, keduanya memiliki gaya permainan berbeda.
Federer bermain dengan gerakan elegan dan indah bak penari. Semua gerakan, yang mungkin sulit bagi petenis lainnya, dilakukannya dengan mudah. Kecepatan servisnya kalah dari ”big server”, seperti Andy Roddick, John Isner, dan Ivo Karlovic, tetapi Federer bisa menyeberangkan bola pada pukulan pembuka itu dengan arah yang sulit dibaca lawan.
Serena Williams mengatakan hal itu ketika berkesempatan melawan Federer pada nomor ganda campuran kejuaraan Piala Hopman 2019 di Australia. ”Servisnya, wow! Saya sangat sulit untuk menerka arahnya. Saya akan minta tips untuk servis seperti itu,” katanya.
Baca juga: Transformasi Roger Federer
Servis seperti itu serta groundstroke datar dan tajam dari Federer biasa dibalas dengan forehand heavy topspin dari Nadal. Pukulan ini membuat bola cenderung melambung, tetapi bukan berarti mudah dikembalikan karena bola berputar sangat cepat.

Aksi Roger Federer yang berpasangan dengan Rafael Nadal dari tim Eropa dalam pertandingan nomor ganda putra kejuaraan beregu Piala Laver melawan pasangan Jack Sock/Frances Tiafoe dari tim Dunia, di Arena O2, London, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Federer/Nadal kalah, 6-4, 6-7 (2), 9-11.
Sementara gerakan efektif Federer diimbangi rivalnya dengan pergerakan energik setiap mengejar bola. Fisik Nadal bagaikan gabungan sprinter dan pelari maraton. Ia memiliki kecepatan, juga daya tahan yang tinggi.
Perbedaan karakter itu melahirkan laga-laga epik, seperti final Wimbledon 2008 dan final Australia Terbuka 2017. Final Wimbledon 2008, yang disebut sebagai laga tenis terbaik sepanjang sejarah, bahkan dibahas detail dalam buku autobiografi Nadal, Strokes of Genius, serta film dokumenter dengan judul yang sama.
Persaingan mereka melahirkan kemampuan terbaik masing-masing. ”Selama berkarier di tenis, saya melihat banyak petenis yang bekerja keras dan menginspirasi. Namun, bagi saya, Rafa adalah yang paling berpengaruh dan membuat saya menjadi seperti sekarang,” kata Federer.
Pengaruh Federer pada Nadal diakui Toni Nadal yang telah 27 tahun melatih keponakannya itu. ”Rafael tak akan menjadi petenis yang kuat tanpa Roger Federer. Setiap bertemu Roger, Rafael harus selalu meningkatkan level permainannya,” katanya.
Untuk waktu yang lama, kami bersaing, tetapi juga saling menghormati. Tidak hanya saya dan Rafa, tetapi juga keluarga dan tim pelatih. Semua sangat akrab.
Karakter mereka pun berbeda. Federer adalah sosok ekstrover dan periang. Pergaulannya sangat luas di luar tenis. Dia berteman dengan pendiri Microsoft, Bill Gates, hingga pemimpin redaksi majalah Vogue, Anna Wintour. Diceritakan dalam New York Times, ketika bekerja di ruang kerja untuk salah satu sponsornya, Federer selalu membuat setiap tamu merasa terhubung.

Petenis Swiss, Roger Federer, diangkat beramai-ramai oleh rekan setimnnya di tim Eropa setelah tampil di Piala Laver di Arena O2, London, Inggris, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Laga itu menandai akhir karier Federer di tenis profesional.
Nadal adalah sebaliknya, kaku dan selalu serius. Petenis peringkat kedua dunia yang berlatih di Akademi Rafa Nadal, Spanyol, Casper Ruud, bercerita, dirinya membayangkan suasana santai dan ceria ketika bermain golf dengan Nadal. ”Ternyata, dia sangat serius, seperti sedang mengikuti turnamen,” katanya.
Antitesis
Meskipun karakter keduanya merupakan antitesis, hubungan Federer dan Nadal sangat spesial karena mereka juga bersahabat. Federer beberapa kali mengundang Nadal dalam acara pertandingan amal di Swiss dan Afrika Selatan. Federer pun datang ketika Nadal mengundangnya dalam pembukaan Akademi Tenis Rafa Nadal pada 2016. Di akademi ini bahkan terdapat kamar yang diberi nama ”Roger Federer Lounge”.
”Untuk waktu yang lama, kami bersaing, tetapi juga saling menghormati. Tidak hanya saya dan Rafa, tetapi juga keluarga dan tim pelatih. Semua sangat akrab,” kata Federer.
Ketika Federer tiba di Arena O2, lalu melihat ayah Nadal (Sebastian) dan adik Nadal (Mariabel), dia menyapanya dengan sebutan ”keluargaku”. Lima tahun lalu, setelah Federer mengalahkan Nadal dalam final Australia Terbuka 2017, Sebastian buru-buru menghampiri ketika Federer melewati ruang ganti Nadal. Dia memberi selamat dan memeluknya.
Baca juga: Ketika Lawan Menjadi Kawan
Beberapa bulan sebelum Federer mengumumkan pensiun, Nadal sering mendapat pertanyaan dari wartawan tentang temannya yang tak bertanding sejak Wimbledon 2021 itu. ”Bagaimana kondisi Roger? Apakah Anda dan Roger berbicara tentang rencana pensiun dia?” tanya wartawan.

Roger Federer yang bermain bersama Rafael Nadal dari tim Eropa sedang memukul bola dalam pertandingan ganda putra kejuaraan beregu Piala Laver melawan pasangan Jack Sock/Frances Tiafoe dari tim Dunia di Arena O2 Arena, London, Sabtu (24/9/2022) dini hari WIB. Federer/Nadal kalah, 6-4, 6-7 (2), 9-11.
”Saya tak ingin terdengar seperti pacarnya Roger. Kami beberapa kali berbicara tentang hal itu (pensiun), tetapi bukan hak saya untuk menjelaskannya,” kata Nadal.
Seiring bertambahnya usia, mereka menilai, hubungan personal menjadi lebih penting dibandingkan dengan persaingan. Federer berharap hubungannya dengan Nadal bisa menjadi pesan untuk dunia tenis dan olahraga secara umum. Meski bersaing ketat, bukan tak mungkin persahabatan pun tercipta.
”Saya tak tahu apakah hubungan seperti saya dan Rafa akan muncul lagi. Jika ada, tentu sangat menyenangkan untuk melihatnya,” kata Federer. (ap/afp)