Kecelakaan Fabio Quartararo di Aragon merapuhkan posisinya di puncak klasemen MotoGP karena dalam jangkauan Francesco Bagnaia dan Aleix Espargaro. Peluang Quartararo juara pun bisa lepas dalam lima balapan tersisa.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
ALCANIZ, MINGGU — Grand Prix MotoGP Aragon berubah dari sulit menjadi nestapa bagi Fabio Quartararo, yang keluar balapan setelah terjatuh di tikungan 3 pada lap pertamakarena menabrak ban belakang Marc Marquez. Poin nol di Aragon membuat posisi pebalap Monster Energy Yamaha itu di puncak klasemen sangat rapuh. Keunggulan 30 poin dari Francesco ”Pecco” Bagnaia pun terpangkas menjadi 10 poin seusai balapan.
Peluang Quartararo mempertahankan gelar juara MotoGP pun semakin berat dengan sisa lima balapan lagi. Quartararo yang start dari posisi keenam, Minggu (18/9/2022), tidak melakukan start dengan bagus sehingga berada di posisi ketujuh tepat di belakang Marc Marquez yang start dari posisi ke-13. Saat keluar dari tikungan 3, Quartararo berusaha masuk di sisi dalam Marquez yang melebar ke kiri, tetapi motor Marquez bergerak ke kanan sehingga ”El Diablo” menabrak ban belakang pebalap Repsol Honda itu dan terjatuh. Dia mengalami memar pada bagian dada dan perut, tetapi pemeriksaan medis menyatakan kondisinya baik.
”Sangat disayangkan karena untuk pertama kali saya memiliki pace untuk meraih hasil yang sangat bagus di sini.Balapan saya sangat singkat, tetapi senang tidak mendapat cedera besar. Berusaha tetap positif dan memberikan yang terbaik pada balapan-balapan berikutnya,” ujar Quartararo kepada BT Sport.
Marquez kemudian bersenggolan dengan pebalap LCR Honda, Takaaki Nakagami, di tikungan 8 dan pebalap Jepang itu terjatuh. Marquez akhirnya kembali ke garasi karena kerusakan pada ban dan roda belakang.
”Start berjalan bagus, tikungan pertama juga sangat bagus, tetapi di tikungan 3 saya mengalami situasi saat nyaris kecelakaan. Itu juga karena Enea (Bastianini) dan Aleix (Espargaro) berada di luar (jalurnya).Saya berusaha mengambil jalur, tetapi kondisi ban mungkin belum cukup (panas) dan pada saat itu Fabio sangat dekat.Hal itu wajar karena dia pasti berusaha mendahului saya di tikungan berikutnya, dan di sana saya mengalami kontak,” ungkap Marquez.
”Saya merasa semuanya baik-baik saja, tetapi di tikungan 5 saya mulai merasakan sesuatu yang aneh, dan saya memasuki tikungan 6 dan 7, tetapi semuanya oke. Saat keluar dari tikungan 7, saya mengaktifkan rear device, tetapi sayangnya saya bersandingan dengan Taka (Takaaki Nakagami). Saat itu saya merasakan bagian belakang mulai mengunci dan motor mulai berbelok ke sisi kiri karena masalah mekanis itu. Start yang tidak beruntung dan saya berharap Fabio dan Taka baik-baik saja,” tuturnya.
Insiden di Aragon ini membuat Quartararo kehilangan banyak poin sehingga posisinya di puncak klasemen sangat rapuh. Dia pun berpotensi dikudeta oleh pebalap Ducati Francesco ”Pecco” Bagnaia yang kini tinggal terpaut 10 poin. Pecco bisa saja merebut poin penuh, 25 poin sebagai juara, atau hanya tinggal 5 poin dari El Diablo, jika saja Enea Bastianini tidak merebut posisi finis terdepan dalam lap terakhir.
Pebalap Gresini Racing yang musim depan akan menjadi rekan setim Pecco itumelakukan manuver jitu di tikungan 7 lap terakhir. Dia mendahului Pecco dengan mulus dan finis di posisi terdepan, yang menjadi kemenangan keempatnya musim ini. Bastianini kini di posisi ketiga klasemen dengan 163 poin, tertinggal 48 poin dari Quartararo di puncak klasemen.
”Balapan yang sangat bagus. Saat start saya sedikit bersenggolan dengan Aleix (Espargaro) dan setelah itu saya mengambil alih posisi lagi. Itu sangat sulit dan saya juga melakukan beberapa kesalahan dalam balapan. Saya kemudian bisa mengejar Pecco (Bagnaia) lagi, dan di lap terakhir saya bisa berada dalam posisi untuk menyerang. Bisa memenangi balapan ini bagi saya merupakan mimpi yang luar biasa, dan sekarang kami menuju ke Jepang,” kata Bastianini diiringi senyum lebar.
Manuver Bastianini itu diakui oleh Pecco sangat sulit untuk dibendung, dan dia pun tidak bisa mengambil alih posisi karena risikonya terlalu besar. Pebalap tim pabrikan Ducati itu memilih meraih 20 poin dengan finis di posisi kedua untuk memperbesar peluangnya menjadi juara.
Balapan saya sangat singkat, tetapi senang tidak mendapat cedera besar. Berusaha tetap positif dan memberikan yang terbaik pada balapan-balapan berikutnya.
”Ini sangat bagus. Dalam balapan saya berusaha maksimal, dan di akhir balapan Enea terlihat memiliki traksi yang lebih baik. Dia melakukan pekerjaan dengan sangat baik, di sepanjang akhir pekan ini dia sangat kompetitif. Saya sudah tahu bahwa dia dan Fabio yang tercepat, sayangnya Fabio mengalami kecelakaan di lap pertama. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik dan di lap terakhir saya pikir tidak akan bisa mengambil alih posisi dari Enea lagi, karena dalam lap-lap sebelumnya saya sudah mengambil risiko terlalu besar. Dua puluh poin sangat penting dan itu bagus,” ujar Pecco.
Di belakang Pecco, pebalap Aprilia Aleix Espargaro meraih podium ketiga, pencapaian yang sempat meredup menyusul awal pekan yang tidak mulus. Dia dua kali terjatuh dalam sesi latihan dan tidak bisa mendapatkan setelan motor yang ideal, hingga harus menjalani kualifikasi dari Q1. Espargaro kemudian bangkit, melaju ke Q2 dan meraih posisi start keempat, pencapaian yang brilian dengan hanya satu set ban kompon lunak.
Dalam balapan, dia mengubah pola pikirnya untuk menjalani balapan dengan lepas, tanpa memikirkan hasil. Dia pun menjalani balapan dengan sangat bagus, terutama dalam mengelola ban, hingga bisa menyerang di lap-lap akhir dan mengambil alih posisi ketiga dari pebalap KTM Brad Binder.
”Hidup saya adalah tentang kemampuan untuk bangkit dan pulih,” ucap Espargaro di parc ferme.
”Akhir pekan ini sangat sulit, saya datang ke sini dengan harapan yang tinggi karena ini salah satu akhir pekan yang penting dalam musim ini. Tetapi, saya tidak mengawali dengan baik, dua kali terjatuh, tidak mendapat feeling yang bagus dengan motor, tetapi selangkah demi selangkah saya bisa lebih baik,” ujar Espargaro.
”Saya mengawali balapan tanpa ada halangan dalam pikiran, saya hanya menjalani dan berusaha meraih kegembiraan, dan itu yang saya lakukan. Tetapi, tidak mungkin mengikuti dua Ducati di depan.Posisi ketiga sudah menjadi hasil yang fantastik,” kata Espargaro yang peluangnya meraih gelar juara juga masih terbuka lebar.
MotoGP musim ini masih menyisakan lima balapan, yaitu seri Jepang, Thailand, Australia, Malaysia, dan seri penutup di Valencia. Di atas kertas, para pebalap Ducati memiliki peluang besar meraih poin maksimal di lima balapan terakhir itu. Pecco pun bertekad keras mewujudkan impiannya menjadi juara dunia MotoGP.
”Saya tidak pernah kehilangan tekad untuk memikirkan kejuaraan. Sangat penting untuk bisa terus konstan dan kompetitif dalam lima balapan terakhir,” ujarnya.