Kehadiran Carlos Alcaraz (19) dan Casper Ruud (23) dalam final tunggal putra Grand Slam AS Terbuka bisa menjadi pembuka jalan lahirnya generasi baru tenis tunggal putra. Sang juara akan menjadi petenis nomor satu dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Prinsip winner takes all tepat disematkan pada laga final tunggal putra Amerika Serikat Terbuka. Jika bisa memenangi laga final, Carlos Alcaraz (19) atau Casper Ruud (23) akan menjadi pendatang baru dalam daftar juara Grand Slam sekaligus tunggal putra nomor satu dunia. Final itu juga menandakan masa transisi menuju era baru tunggal putra.
Laga pemuncak itu akan berlangsung di Flushing Meadows, New York, AS, Minggu (11/9/2022) petang atau Senin dini hari WIB, sehari setelah pertemuan Iga Swiatek dan Ons Jabeur pada final tunggal putri.
Bagi Alcaraz, laga itu akan menjadi pengalaman pertama tampil di final Grand Slam. Adapun Ruud akan menjalani final kedua setelah kalah dari Rafael Nadal pada Perancis Terbuka, Juni.
Sebagai bonus, tambahan 2.000 poin untuk pemenang akan menempatkan salah satu dari mereka pada puncak peringkat dunia, menggantikan Daniil Medvedev. Alcaraz akan naik dari urutan keempat dan menjadi petenis nomor satu dunia termuda sejak sistem ranking komputerisasi dipakai pada 1973. Adapun Ruud, yang saat ini di posisi ketujuh, bisa menjadi petenis Norwegia pertama pada posisi tersebut.
Alcaraz juga berpeluang menyamai Nadal, yaitu masih berusia 19 tahun saat pertama kali menjuarai Grand Slam. Nadal meraihnya pada Perancis Terbuka 2005.
”Sangat luar biasa mendapat peluang bersaing untuk hal yang besar. Final pertama Grand Slam dan peluang menjadi nomor satu ada di depan saya. Meski tinggal satu laga lagi, saya juga melihatnya itu masih sangat jauh karena Casper adalah pemain yang luar biasa. Dia pernah bermain di final Roland Garros,” tutur Alcaraz.
Meski kalah dari Nadal di Roland Garros, setidaknya Rudd pernah merasakan atmosfer final Grand Slam. Dia juga makin percaya diri dengan permainannya di lapangan keras, terutama sejak menembus final ATP Masters 1000 Miami, April, meski kalah dari Alcaraz.
Ruud lebih dikenal piawai di lapangan tanah liat. Delapan dari sembilan gelar juara turnamen ATP Tour didapatnya di lapangan tanah liat.
”Setelah Roland Garros, saya sangat senang. Pada saat yang sama, saya harus bersikap rendah hati karena bisa saja itu menjadi satu-satunya final Grand Slam dalam karier saya. Final saat itu didapat dengan tak mudah. Maka, ketika bisa mencapainya lagi, sangat sulit menggambarkan perasaan saya saat ini,” kata Ruud.
Petenis yang masuk peringkat sepuluh besar dunia sejak September 2021 itu memiliki karakter tenang. Sifatnya itu selalu terlihat saat berada dalam tekanan saat di lapangan.
Final pertama Grand Slam dan peluang menjadi nomor satu ada di depan saya. Meski tinggal satu laga lagi, saya juga melihatnya itu masih sangat jauh karena Casper adalah pemain yang luar biasa.
Sifat ini berbeda dengan Alcaraz yang selalu tampil ”meledak-ledak”. Dia pun sangat kompetitif, terlihat melalui upayanya mengejar setiap pukulan, meski harus dengan cara menjatuhkan diri.
Seperti yang ditunjukkannya selama 13 jam 28 menit pada tiga babak terakhir, Alcaraz memberikan semua kemampuannya. Dia bertahan meski tubuhnya lelah karena bermain hingga pukul 02.26 dan 02.50 pada babak keempat dan perempat final. Saat memenangi babak keempat, atas Jannik Sinner, Alcaraz menggagalkan match point lawan pada set keempat.
”Untuk final, saya akan melakukan segalanya seperti yang saya lakukan pada semifinal. Saya juga akan berusaha mengatasi rasa gugup karena belum pernah tampil pada final Grand Slam,” katanya.
Alcaraz membutuhkan waktu 4 jam 19 menit untuk mengalahkan wakil tuan rumah, Frances Tiafoe (24), 6-7 (6/8), 6-3, 6-1, 6-7 (5/7), 6-3 pada semifinal. Dalam laga itu, Tiafoe mendapat dukungan atlet bola basket dan sepak bola Amerika, serta mantan ibu negara, Michelle Obama, di tribune. Adapun pada semifinal sebelumnya, Ruud menang atas Karen Khachanov (26) dengan 7-6 (7/5), 6-2, 5-7, 6-2.
Usia termuda
Persaingan Alcaraz dan Ruud, dengan rata-rata usia 21 tahun, bahkan menjadi rata-rata usia termuda sejak final Perancis Terbuka 1989. Saat itu, Michael Chang (17) mengalahkan Stefan Edberg (23).
Total usia semifinalis AS Terbuka 2022, yaitu 92 tahun, adalah yang termuda pada Grand Slam sejak semifinal AS Terbuka 2008. Kala itu, Roger Federer (27) mengalahkan Novak Djokovic (21) dan Andy Murray (21) menang atas Nadal (22) dalam total usia 91 tahun. Federer akhirnya menjuarai turnamen itu.
Tahun ini, Djokovic absen di AS Terbuka karena tidak bisa masuk AS sehubungan tidak pernah divaksinasi. Federer tidak bermain karena cedera lutut, sedangkan Nadal tersingkir pada babak keempat.
Munculnya empat petenis berusia maksimal 26 tahun pada sejak perempat final bisa disebut sebagai masa transisi dari dominasi ”Big Three” ke generasi baru di Grand Slam. Federer, yang absen dari turnamen selama 15 bulan, tak akan lama lagi mengakhiri kariernya sebagai petenis profesional, sedangkan Nadal sering terganggu cedera. Djokovic sebenarnya masih fit, tetapi sering terkendala masuk negara tertentu karena tak memiliki sertifikat vaksin Covid-19.
Meski demikian, seperti dikatakan Alcaraz, selama masih ada Federer, Nadal, atau Djokovic yang bertanding, mereka tetap sulit untuk dikalahkan. Sejak Federer menjadi petenis pertama ”Big Three” yang menjadi juara Grand Slam, pada Wimbledon 2003, salah satu di antara mereka selalu menjadi juara Grand Slam di setiap tahun. Jumlah gelar juara Grand Slam memang menjadi patokan untuk membandingkan prestasi para petenis di era Terbuka, sejak 1968.
Walau dominasi dan rivalitas ”Big Three” akan sulit terulang, kehadiran Alcaraz dan Ruud pada final AS Terbuka 2022 bisa menjadi pintu lahirnya bintang generasi baru, dengan catatan mampu mempertahankan kemampuan mereka pada level tertinggi. (AP/AFP)