Alcaraz dan Ruud Bersaing Menuju Pencapaian Tertinggi
Carlos Alcaraz dan Casper Ruud akan berebut dua status tertinggi dalam final Grand Slam AS Terbuka. Selain bersaing meraih gelar pertama Grand Slam, mereka juga memperebutkan status petenis nomor satu dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT-Final tunggal putra Grand Slam Amerika Serikat Terbuka akan menjadi pertaruhan tinggi bagi Carlos Alcaraz dan Casper Ruud. Final yang akan berlangsung pada hari terakhir AS Terbuka, Minggu (11/9/2022) sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia, itu akan menjadi perebutan gelar Grand Slam pertama kedua finalis, sekaligus posisi nomor satu dunia.
Sejak petenis nomor satu dunia yang juga juara bertahan AS Terbuka, Daniil Medvedev, disingkirkan Nick Kyrgios, pada babak keempat, tiga petenis berpeluang menggantikan posisinya. Selain Alcaraz dan Ruud, Rafael Nadal memiliki kesempatan yang sama. Nadal, bahkan, bisa kembali ke puncak peringkat dunia, sejak terakhir kali pada 4 November 2019, meski kalah pada babak keempat. Itu bisa didapatnya jika Alcaraz dan Ruud tak mencapai final.
Peluang Nadal itu hilang saat Ruud akhirnya mengalahkan Karen Khachanov 7-6 (5), 6-2, 5-7, 6-2 pada semifinal pertama tunggal putra di Flushing Meadows, New York, Jumat. Setelah itu, Ruud dipastikan harus bersaing dengan Alcaraz untuk mencapai posisi tersebut. Itu karena Alcaraz memenangi semifinal kedua atas petenis tuan rumah, Frances Tiafoe.
Dalam pertandingan yang disaksikan mantan ibu negara, Michelle Obama, di tribun penonton ini, Alcaraz menang 6-7 (6), 6-3, 6-1, 6-7 (5), 6-3. Setelah pertandingan, Tiafoe menjawab wawancara di lapangan dengan buru-buru sambil mengatakan bahwa kekalahan itu begitu menyakitkan, apalagi pertandingan berjalan hingga empat jam 19 menit.
Ruud dan Alcaraz memang memiliki syarat, minimal, lolos ke final untuk menjadi petenis nomor satu dunia. Namun, apabila keduanya mencapai final, laga puncaklah yang akan menjadi penentu status yang didambakan semua petenis itu.
Selain Medvedev, yang mulai berada di puncak peringkat pada 28 Februari 2022, tak ada petenis lain selain “Big Three” (Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic) yang menduduki posisi itu sejak 2017. Petenis lain mulai unjuk diri saat tiga petenis senior itu jarang bertanding karena cedera atau hal lain. Alcaraz atau Ruud menjadi petenis ke-28 yang meraih prestasi itu sejak sistem komputer untuk menentukan ranking digunakan pada 1973.
Petenis-petenis yang akan meneruskan generasi “Big Three” itu bersaing pada semifinal tahun ini. Khachanov, dengan usia 26 tahun, menjadi yang tertua, sedangkan Alcaraz (19) adalah yang termuda. Pertandingan Alcaraz melawan wakil tuan rumah menjadi yang paling dinanti penonton Flushing Meadows. Tiafoe menjadi andalan AS untuk menjuarai tunggal putra AS Terbuka setelah Andy Roddick pada 2003.
Tiafoe menumbuhkan harapan dirinya dan penonton saat menggagalkan match point pertama Alcaraz pada posisi 4-5 (30-40) set keempat. Dia mempertahankan servisnya yang membuat stadion riuh oleh standing ovation penonton, hingga akhirnya berlangsung tiebreak pada set ini. Dengan membawa statistik tak pernah kalah pada enam tiebreak dalam lima babak sebelumnya, Tiafoe melakukan hal yang sama ketika berhadapan dengan Alcaraz.
Akan tetapi, pada set kelima, Tiafoe selalu kesulitan mempertahankan servis setelah dia mencuri servis lawan. Faktor ini akhirnya menjadi pembeda hasil antara dua petenis yang baru kali ini menjalani semifinal Grand Slam tersebut.
Rendah hati
Sementara, Ruud mencapai hasil ini setelah tiga tahun lalu berada pada peringkat ke-60 dunia saat mengikuti turnamen Final ATP Next Gen bersama lima petenis lain, diantaranya Tiafoe dan Jannik Sinner. Kini, Ruud berkesempatan membuat catatan paling tinggi dalam karier dan untuk negaranya, Norwegia.
Final AS Terbuka membuktikan bahwa Ruud mengalami perkembangan pesat dalam bermain di lapangan keras. Selama ini, dia lebih menguasai lapangan tanah liat yang memberinya delapan dari sembilan gelar juara.
Hasil lain yang memperlihatkan kenyamanannya bermain di tanah liat adalah ketika dia mencapai final Grand Slam pertama, yaitu di Perancis Terbuka, tiga bulan lalu. Dia hanya kalah tangguh dari Rafael Nadal, yang mengalahkannya pada final, dan meraih gelar juara Grand Slam untuk ke-22 kali.
Setelah Roland Garros, saya sangat sangat senang. Namun, pada saat yang sama, saya pun harus bersikap rendah hati karena bisa saja itu menjadi satu-satunya final Grand Slam dalam karier saya.
“Setelah Roland Garros, saya sangat sangat senang. Namun, pada saat yang sama, saya pun harus bersikap rendah hati karena bisa saja itu menjadi satu-satunya final Grand Slam dalam karier saya. Final saat itu didapat dengan tak mudah. Maka, ketika saya mencapainya lagi, sangat sulit menggambarkan perasaan saya saat ini,” kata Ruud.
Ruud menyatakan bahwa dia (dan kemungkinan Khachanov) tampil gugup dalam awal pertandingan. Apalagi, laga itu dinilainya sebagai momen terbesar dalam karier mereka. Kedua petenis pun dua kali saling merebut servis masing-masing pada set pertama. Ruud akhirnya memenangi poin terakhir tiebreak melalui reli yang berlangsung dalam 55 pukulan.
“Saya tak pernah bermain dalam reli seperti itu. Rasanya sangat menyakitkan kehilangan set pertama dengan cara seperti tadi. Pada awal set kedua, saya merasa baik-baik saja, tetapi setelah itu, permainan saya buruk,” tutur Khachanov.
Sementara, final tunggal putri yang akan berlangsung Minggu dini hari waktu Indonesia mempertemukan petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, dan Ons Jabeur. Pertemuan kelima mereka, dengan hasil 2-2 pada laga sebelumnya, menjadi laga pertama kedua petenis pada final AS Terbuka. (AP/AFP)