Tiket Emas bagi Pemenang Festival Catur BPK Penabur
BPK Penabur kembali menggelar Festival Pelajar Tingkat Nasional yang diikuti 1.365 peserta. Juara dari setiap kategori akan mendapatkan tiket emas ke Asian Youth Chess Championship.
Oleh
EMILIUS CAESAR ALEXEY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Yayasan BPK Penabur kembali menggelar Festival Catur Pelajar Tingkat Nasional BPK Penabur 2022 yang akan diikuti oleh 1.365 pelajar di seluruh Indonesia. Pemenang di setiap kategori pada ajang tersebut akan mendapat tiket emas untuk mengikuti Asian Youth Chess Championship di Bali.
Ketua Umum Yayasan BPK Penabur Adri Lazuardi, Sabtu (3/9/2022) di Jakarta mengatakan, festival itu akan menggunakan sistem catur cepat secara daring atau online. Ajang itu akan dimulai pada 17 September dan babak final digelar pada 24-25 September. Banyaknya peserta yang berasal dari berbagai kota dan kabupaten membuat catur daring lebih memungkinkan untuk digelar karena peserta tidak perlu hadir secara fisik ke lokasi lomba.
Turnamen ini dibagi menjadi 8 kategori yaitu mencakup kategori SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, SMP dan SLTA Putra dan Putri, dengan total hadiah mencapai Rp20 juta.
“Catur merupakan olahraga yang dapat digunakan untuk membentuk karakter generasi muda. Mereka berlatih tanggung jawab pada apa yang dilakukan dan berhati-hati dalam setiap langkah,” kata Adri.
Ajang tersebut dipantau oleh pemandu bakat dari Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) dan Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA). Para pecatur terpilih akan dibina oleh SCUA agar berkembang menjadi pecatur andal di masa depan. Di sisi lain, hadiah tiket emas untuk berlaga di Asian Youth Chess Championship bagi para pemenang festival menjadi kesempatan yang luar biasa bagi para pecatur remaja untuk menunjukkan kualitas mereka.
“Hadiah tiket emas untuk mengikuti Asian Youth Chess Chamapionships di Bali adalah hadiah yang luar biasa. Tidak semua pecatur remaja dapat menembus ajang itu. Pemenang festival catur BPK Penabur dapat menguji kemampuan mereka di sana,” kata Kristianus Liem, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Percasi dan Direktur SCUA.
Menurut Kristianus, SCUA selalu memberikan pelatihan secara daring bagi para pecatur muda yang terpilih dari beberapa kejuaraan catur. Namun, sebagian pecatur remaja tidak memiliki kedisiplinan untuk berlatih. Hal itu justru merugikan mereka karena tidak bisa berkembang dengan baik.
“Untuk menjadi pecatur hebat, harus ada pengorbanan dari para pecatur remaja untuk berlatih, baik itu waktu maupun tenaga. Pecatur yang nanti memenangi Festival Catur Pelajar BPK Penabur ini juga harus mau tekun berlatih untuk menjadi pecatur yang andal,” kata Kristianus.
Untuk menjadi pecatur hebat, harus ada pengorbanan dari para pecatur remaja untuk berlatih, baik itu waktu maupun tenaga.
Ketua Dewan Pembina Percasi Eka Putra Wirya mengapresiasi konsistensi BPK Penabur menggelar Festival Catur Pelajar Tingkat nasional setiap tahunnya. Menurut Eka, ajang itu memiliki banyak fungsi, baik dari sisi pendidikan, pembentukan karakter, maupun pembibitan atlet di dunia catur.
“Dengan digelar secara rutin, para siswa akan rajin berlatih untuk menghadapi festival catur tahunan. Sikap jujur dan ksatria mereka juga akan diuji karena berlaga dengan sistem daring yang masih memiliki celah untuk kecurangan,” kata Eka.
Eka juga mendorong BPK Penabur menggelar festival catur secara tatap muka dan menggunakan catur klasik, bukan catur cepat. Langkah itu memerlukan usaha dan biaya yang lebih besar, tetapi kualitas pecatur remaja akan benar-benar teruji.
Sementara itu, banyaknya jumlah peserta secara daring dalam sebuah festival catur membuat ajang tersebut mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.