Kecurangan Nodai Festival Catur Pelajar Tingkat Nasional
Beberapa peserta Festival Catur Pelajar Tingkat Nasional yang digelar secara daring berbuat curang dengan bantuan ”engine” catur. Kecurangan itu sangat memprihatinkan karena kejujuran adalah nilai utama dalam catur.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kecurangan menodai babak penyisihan Festival Catur Pelajar Tingkat Nasional BPK Penabur Cup yang digelar secara daring. Kecurangan itu terungkap oleh mesin antikecurangan yang dimiliki oleh platform Lichess. Kini, panitia memperketat pengawasan dan melakukan pendekatan secara psikologis kepada para pecatur yang masuk final.
”Terdapat 18 pecatur yang di-banned oleh Lichess karena melakukan kecurangan dengan memakai bantuan engine. Kecurangan ini menyedihkan karena salah satu tujuan festival catur ini digelar adalah untuk membangun karakter unggul anak bangsa dan kejujuran adalah salah satu karakter utama yang ingin dibentuk,” kata Eka Putra Wirya, Dewan Pembina Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) dan penggagas festival catur tersebut, Jumat (21/8/2021) malam, di Jakarta.
Babak penyisihan Festival Catur Pelajar Tingkat Nasional BPK Penabur Cup digelar pada 14-15 Agustus 2021. Ajang tersebut diikuti oleh 1.360 siswa, dari tingkat SD sampai SMA. Dari setiap kategori, 20 pecatur terbaik lolos ke putaran final pada 21 Agustus 2021. Terdapat empat kategori dalam festival itu sehingga terdapat 80 pecatur ke final.
”Anak-anak yang lolos ke final berarti tidak melakukan kecurangan, menurut Lichess. Kejujuran yang sudah dipraktikan selama ini harus dipertahankan saat final dan seterusnya. Festival ini tidak sekadar kejuaraan catur yang hanya cari pemenang, tetapi juga lebih difokuskan untuk membentuk karakter kejujuran dan karakter positif lainnya,” kata Eka.
Menurut Eka, tidak semua peserta festival itu akan menjadi pecatur internasional, tetapi karakter kejujuran akan dibawa oleh semua peserta sampai tua. Jika menjadi orang jujur, mereka akan mempunyai masa depan yang cerah karena dipercaya oleh semua orang.
Festival ini tidak sekadar kejuaraan catur yang hanya cari pemenang, tetapi juga lebih difokuskan untuk membentuk karakter kejujuran dan karakter positif lainnya.
Kepala BPK Penabur Adri Lazuardi mengatakan, para finalis dapat menjadi generasi baru pecatur Indonesia jika tetap mempertahankan keejujuran mereka. Percasi membuat tim pemandu bakat yang akan menganalisis permainan mereka dan menentukan pemain dengan pola pikir terbaik.
”Pecatur yang terpilih dapat menekuni catur secara serius di Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA). Beasiswa di SCUA juga bisa dicarikan bagi pecatur muda terbaik,” kata Adri.
Peningkatan pengawasan
Untuk menghindari kecurangan, panitia festival dan Percasi membuat aturan yang lebih ketat bagi para finalis. Hendry Jamal sebagai pengawas pertandingan dari Percasi mengatakan, finalis harus menggunakan aplikasi Zoom dengan mengarahkan kamera ke pecatur dan layar laptop. Speaker suara juga harus diaktifkan.
”Pecatur tidak boleh berbicara dengan siapa pun selama pertandingan. Tidak boleh ada orang yang di dekat pecatur. Hanya aplikasi Lichess yang boleh dibuka di laptop dan pecatur tidak boleh menggunakan earphone atau headset,” kata Hendri.
Di sisi lain, aplikasi Lichess juga tetap menggunakan mesin pendeteksi kecurangan. Tim pemandu bakat Percasi juga akan melakukan analisis langkah untuk mengetahui potensi pecatur dan sekaligus mendeteksi langkah yang terlalu luar biasa, yang biasanya bukan merupakan langkah manusia.