Indonesia dipastikan meraih medali emas terbanyak dalam ASEAN Para Games 2022 dengan 168 medali emas. Pencapaian ini diharapkan memacu motivasi atlet difabel untuk memperbaiki prestasi hingga level Paralimpiade.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi kontingen dengan perolehan medali emas terbanyak, 168 keping, dan dipastikan menjadi juara umum ASEAN Para Games Surakarta 2022. Perolehan medali emas itu melampaui target 104 emas dari 14 cabang olahraga yang dipertandingkan dan dilombakan. Indonesia mendulang banyak medali emas dari delapan cabang yang melampaui target awal. Prestasi yang dicapai oleh atlet-atlet penyandang disabilitas ini sebagian diraih oleh atlet-atlet muda yang masih bisa berkembang hingga ke level Paralimpiade.
Ketua Kontingan Indonesia Andi Herman memastikan Indonesia menjadi juara umum dengan medali emas 168 keping yang dicatat oleh timnya setelah dilakukan pengesahan oleh delegasi teknik di setiap cabang. Jumlah ini ada perbedaan dengan yang ada di laman resmi ASEAN Para Games Surakarta 2022, karena sebagian data belum diunggah.
Dari taget cabang yang meraih medali emas, hanya satu yang meleset, yaitu sepak bolacerebral palsykarena kalah dari Thailand. Sementara tiga cabang memang tidak ditargetkan meraih medali emas, yaitu goal ball, basket kursi roda, dan tenis kursi roda.
”Dari taget cabang yang meraih medali emas, hanya satu yang meleset, yaitu sepak bola cerebral palsy karena kalah dari Thailand. Sementara tiga cabang memang tidak ditargetkan meraih medali emas, yaitu goal ball, basket kursi roda, dan tenis kursi roda,” ungkap Andi, Jumat (5/8/2022) malam.
Ketiga cabang yang tidak ditargetkan meraih medali emas itu, lanjut Andi, saat ini levelnya memang belum bisa bersaing di level yang tinggi. Dia mencontohkan, basket kursi roda Indonesia baru dibentuk saat Asian Para Games 2018, sedangkan Filipina dan Thailand levelnya sudah dunia.
Sementara di cabang-cabang andalan Indonesia, lanjut Andi, pencapain medali justru melebihi target. Tujuh dari delapan cabang yang melebihi target perolehan medali emas adalah atletik dari semula 35 menjadi 60 medali emas, bulu tangkis dari target 6 mendapat 13 emas. Catur juga naik dari target 10 emas menjadi 13 emas, angkat berat mengalami lonjakan dari target 6 emas menjadi 18 emas. Renang yang semula ditargetkan 27 emas bisa mendapat 29 emas, panahan dari dua emas mendapat 3 emas, dan judo buta dari target 3 emas menjadi 9 emas. Andi tidak menyebutkan perolehan medali tenis meja yang juga melebihi target.
”Sedangkan di cabang boccia dan bola voli duduk sesuai target masing-masing mendapat satu medali emas,” ungkap Andi.
Pencapaian medali emas Indonesia ini disumbangkan oleh atlet-atlet senior dan muda Indonesia yang memiliki potensi besar untuk mencapai prestasi di level Asia dan Paralimpiade. Atlet-atlet senior seperti Saptoyogo Purnomo dan Nanda Mei Sholihan di atletik, bahkan meraih empat medali emas. Perenang Jendi Pangabean juga panen medali emas dengan lima keping.
Terkait dengan level kompetisi ASEAN Para Games, sejumlah nomor di klasifikasi tertentu memang sedikit pesertanya. Karena syarat minimal untuk bisa diperlombakan atau dipertandingkan tidak terpenuhi, digunakan peraturan penggabungan klasifikasi, tetapi dengan perhitungan tertentu untuk menjaga fairness atau asas keadilan.
”Untuk aturan penyelenggaraan pertandingan, sebuah nomor bisa dipertandingkan jika jumlah peserta minimal 4 atlet dari 2 negara untuk nomor tunggal, dan minimal 4 negara di beregu. Jika peserta kurang, diterapkan kombinasi kelas,” ungkap Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdiansyah.
Untuk menjaga asas keadilan dari penggabungan klasifikasi itu, diterapkan perhitungan poin untuk mengompensasi pencapaian atlet berdasar derajat disabilitas. Sebagai contoh di atletik, diterapkan sistem Raza Point untuk menghitung catatan waktu maupun jarak lemparan.
”Jika kemudian masih kurang pesertanya, misalnya hanya ada tiga peserta maka diterapkan aturan -1, yaitu medali hanya diberikan emas dan perunggu. Jika hanya dua, maka hanya ada peraih emas,” ungkap Rima.
”Kalau ada yang sendirian, aturannya beda lagi. Medali emas hanya akan diberikan jika atlet mampu memecahkan rekor ASEAN Para Games. Jika tidak bisa memecahkan rekor ASEAN Para Games, maka tidak mendapat medali,” pungkas Rima.
Kekurangan jumlah peserta terjadi di sejumlah cabang, salah satunya atletik, di mana ada beberapa nomor yang hanya diikuti dua atau tiga atlet, bahkan ada yang hanya sendirian.