Tim sepak bola ”cerebral palsy” Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand di final ASEAN Para Games 2022. Kesempatan untuk melanjutkan kiprah di level internasional pun sirna.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Isak tangis dan ratapan kekecewaan terpancar tiada henti dari para pesepak bola cerebral palsy Indonesia di atas lapangan Stadion Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (5/8/2022) sore. Air mata itu jadi saksi musnahnya impian mereka untuk melanjutkan kiprah di level yang lebih tinggi.
Tim Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand di partai perebutan medali emas sepak bola cerebral palsy ASEAN Para Games. Kedua tim bermain imbang 4-4 hingga waktu normal laga itu berakhir. Pemenang kemudian ditentukan melalui babak adu penalti. Indonesia kalah, 1-2, usai Yahya Hernanda dan Yusuf Suhendar gagal melaksanakan tugasnya mengeksekusi bola dengan sempurna.
“Kami padahal sudah berusaha semaksimal mungkin. Sepertinya jalan kami memang hanya sampai di sini saja,” ujar Yahya yang juga merupakan kapten tim. Ia masih berusaha menahan isak tangis saat diwawancara.
Bukan tanpa alasan para pesepak bola cerebral palsy sedemikian bersedih. Kegagalan meraih emas di ASEAN Para Games juga berarti hilangnya kesempatan mereka untuk mendapatkan kesempatan menjajal pertandingan di level yang lebih tinggi.
Menurut Anshar Ahmad, pelatih tim sepak bola cerebral palsy Indonesia, para pemainnya akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti sejumlah kejuaraan internasional bila mampu meraih emas. Salah satu ajang sepak bola cerebral palsy yang mereka nantikan adalah sebuah turnamen di Italia pada tahun ini.
“Kami hanya bisa tunggu nasib keputusan dari NPC (Komite Paralimpiade Nasional) pusat. Kalau dilanjut ya kami akan jalan. Kalau tidak, ya sudah (hanya sampai di ASEAN Para Games 2022),” kata Anshar.
Yahya menyayangkan kegagalan timnya meraih medali emas. Sebab, hanya dengan cara itu mereka bisa melanjutkan kiprah berkompetisi di level internasional. Selama ini, tim sepak bola cerebral palsy Indonesia hanya mengikuti ASEAN Para Games.
Situasi kontras
Situasi itu kontras dengan Thailand yang rutin mengirimkan timnya mengikuti turnamen-turnamen internasional. Thailand bahkan sempat mengikuti kejuaraan dunia sepak bola cerebral palsy. Jam terbang internasional skuad sepak bola cerebral palsy Thailand sudah sangat tinggi. Mereka pernah menjadi lawan-lawan kuat semacam Irlandia, Brasil, dan Jerman.
“Thailand bisa ikut Piala Dunia, kan, karena sering ikuti kejuaraan dunia. Di sana mereka mengumpulkan poin. Ranking mereka di federasi sepak bola cerebral palsy dunia itu masuk 16 besar karena sering ikut Piala Dunia, sedangkan kami belum. Maka, sebenarnya kami ingin sekali cari poin dengan ikut kejuaraan dunia,” tutur Yahya.
Memompa semangat
Janji mendapatkan kesempatan untuk berkiprah lebih lanjut di level internasional bila mendapat emas terbukti menjadi bahan bakar yang sangat efektif untuk memompa semangat para pemain Indonesia. Mereka mampu menaklukkan Thailand di laga awal. Kemenangan demi kemenangan kemudian diperoleh Indonesia hingga kembali bertemu dengan Thailand di final.
Situasi itu kontras dengan Thailand yang rutin mengirimkan timnya mengikuti turnamen-turnamen internasional. Thailand bahkan sempat mengikuti kejuaraan dunia sepak bola cerebral palsy.
Kendati belum banyak mendapatkan kesempatan untuk mencicipi pertandingan internasional, tim sepak bola cerebral palsy Indonesia mampu memberikan perlawanan kepada Thailand di final. Indonesia tertinggal dua kali, pertama dari gol penalti Chanatip Deeman di babak pertama. Indonesia mampu menyamakan kedudukan berkat tandukan Cahyana.
Pada babak kedua, Indonesia bahkan berbalik unggul 2-1 berkat gol Yahya. Namun, Thailand kembali menunjukkan kekuatan mental mereka dengan menyamakan kedudukan melalui Narongchai Thaohong. Pertandingan kemudian harus dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu karena kedua tim bermain imbang 2-2.
Di babak perpanjangan waktu, Indonesia membuka asa setelah Yahya membuat Indonesia memimpin 3-2. Thailand kembali mampu menyamakan kedudukan dari gol penalti Phonpipat. Thailand bahkan mampu memimpin 4-3 berkat gol Siwadol. Ketika babak perpanjangan waktu akan berakhir, Cahyana muncul sebagai penyelamat Indonesia. Pertandingan pun harus dilanjutkan ke babak adu penalti hingga Thailand memastikan kemenangan dan mengunci medali emas.