Wali murid yang anaknya lolos seleksi program sentra DBON resah. Sebab, program yang sedianya dimulai 27 Juli itu ditunda. Situasi kian pelik karena panitia kurang komunikatif menjelaskan hambatan yang terjadi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Peserta mengikuti dengan antusias proses seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri atas tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
JAKARTA, KOMPAS — Wali murid yang anaknya lolos seleksi program pembinaan sentra latihan olahragawan muda potensi nasional yang menjadi implementasi Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON pada pertengahan Juli lalu resah. Sebab, program yang sedianya dimulai pada 27 Juli 2022 itu ditunda. Situasi kian pelik karena panitia program tersebut kurang komunikatif menjelaskan hambatan yang terjadi.
Bahkan, beberapa wali murid akhirnya memutuskan tidak jadi melepas anaknya mengikuti program tersebut. Menurut mereka, gelagat awal program itu sudah tidak positif sehingga dikhawatirkan berlanjut saat program bergulir. Bagi mereka, program itu tidak profesional untuk niat besar mencapai prestasi pada Olimpiade 2028 atau 2032.
”Saya sudah diskusi dengan anak saya yang lolos program ini. Karena tidak ada kejelasan kapan program dimulai dan informasi yang minim dari panitia, kami sepakat mundur sejak Rabu (27/7/2022). Mau menunggu apa lagi, waktu terus berjalan, tetapi tidak ada kepastian. Lebih baik kami fokus dengan program sebelumnya di klub, yang sudah jelas, progres terukur, dan ada hasilnya,” ujar ibu wali murid yang tinggal di luar Jabodetabek itu saat dihubungi Kompas, Sabtu (30/7/2022).
Dia mengatakan, setelah anaknya lolos seleksi, dia mencari dan mendapatkan informasi dari laman program sentra DBON bahwa program itu akan dimulai pada 27 Juli 2022. Lalu, pada awal pekan ini, dia dan para wali murid lainnya dimasukkan dalam grup Whatsapp (WA) program tersebut.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak mengikuti seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri atas tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Namun, ada pengumuman dari grup WA itu bahwa para calon siswa program tersebut diminta melanjutkan proses akademik di sekolah masing-masing sembari menunggu informasi lebih lanjut. ”Kami para wali murid tidak diberikan kesempatan bertanya. Komunikasinya hanya satu arah. Sebab, panitia men-setting (mengatur) hanya admin (pengelola) grup WA itu yang bisa mengirim pesan di grup tersebut,” katanya.
Semakin ragu
Kondisi itu membuat dia semakin ragu dengan program tersebut. Apalagi sejumlah pertanyaannya terkait detail teknis pelaksanaan program belum terjawab oleh panitia, yang ditanyakan sebelum seleksi dan di sela-sela seleksi.
Ini menunjukkan program ini belum siap. Bahkan, kabarnya pelatih pun masih dalam proses seleksi. Kalau dari awal saja tidak siap, bagaimana nanti selanjutnya ketika program berjalan. Bisa-bisa nanti, anak kami justru dianggap gagal bukan karena ketidakmampuannya dalam berlatih, melainkan karena faktor di luar pelatihan.
”Ini menunjukkan program ini belum siap. Bahkan, kabarnya pelatih pun masih dalam proses seleksi. Kalau dari awal saja tidak siap, bagaimana nanti selanjutnya ketika program berjalan. Bisa-bisa nanti, anak kami justru dianggap gagal bukan karena ketidakmampuannya dalam berlatih, melainkan karena faktor di luar pelatihan. Lagi pula, para siswa ini baru beranjak remaja (dari lulus sekolah dasar). Mereka itu lagi rebel (suka berontak) dan labil, yang tidak gampang mengelolanya,” tutur sang ibu.
Hal yang hampir sama diungkapkan seorang ayah wali murid asal Jabodetabek yang anaknya juga lolos seleksi. Tadinya, para orangtua berani membawa anak mereka ikut seleksi karena ada sejumlah janji yang menggiurkan dari panitia. Akan tetapi, sehabis pengumuman seleksi, informasi yang diberikan panitia minim dan sulit membangun komunikasi dengan panitia.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Peserta mengikuti seleksi hari kedua cabang olahraga panahan sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri atas tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
”Saya dan mungkin para wali murid lainnya bingung dengan panitia karena kami dibuatkan grup WA, tetapi tidak bisa mengirim pesan di grup tersebut. Kemudian, saat coba mengirim pesan pribadi, admin grup itu tidak merespons,” ungkapnya.
Dia menuturkan, tak sedikit calon siswa program itu adalah perempuan dengan rentang usia 12-14 tahun. Kalau diterima, mereka dan para peserta lainnya akan tinggal di asrama salah satu dari empat perguruan tinggi yang ditunjuk menjalankan program tersebut. Mereka tinggal, latihan, dan sekolah di fasilitas perguruan tinggi terkait.
Kalau ternyata komunikasi tidak lancar, tentu itu akan membuat para wali murid cemas. Dugaan negatif itu tak tertutup kemungkinan terjadi karena panitia sudah menunjukkan pola komunikasi yang buruk sebelum program bergulir.
”Kami membawa anak ikut seleksi program ini karena percaya bahwa panitia akan mengawasi anak-anak selama di asrama. Sayangnya, belum juga program berjalan, panitia tidak komunikatif. Itu membuat kami takut nanti sulit berkomunikasi ketika ingin menanyakan keadaan atau perkembangan anak,” terang sang ayah.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Para peserta mengikuti seleksi hari kedua cabang olahraga menembak sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri atas tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Maka itu, tambah sang ayah, dia ragu melepas anaknya yang sudah lolos mengikuti program tersebut. ”Semula, anak saya sangat menggebu-gebu ikut seleksi karena dia ingin tampil di Olimpiade 2028 atau 2032 yang menjadi target program tersebut. Namun, karena tidak ada kepastian, dia mulai tidak tanya-tanya lagi dan fokus ke sekolahnya yang sekarang serta latihan di klub yang menaunginya sejak lama,” ucapnya.
Tidak profesional
Secara keseluruhan, kedua orangtua tersebut menilai pelaksana ataupun pengelola program itu tidak profesional. Itu sangat disesalkan karena program tersebut punya mimpi mencetak atlet yang siap membela Indonesia dan berprestasi di Olimpiade 2028 atau 2032.
Bahkan, kurang komitmennya panitia dalam menyampaikan jadwal akan menjadi bumerang yang ditiru para siswa yang tetap lanjut ikut program tersebut. ”Program ini luar biasa, sasarannya prestasi Olimpiade 2028 atau 2032. Namun, panitia tidak disiplin dengan janjinya. Rencana mulai 27 Juli 2022, ternyata batal. Sekarang tidak jelas kapan dimulai. Ini bisa menjadi citra buruk di mata anak-anak. Bukan tidak mungkin, mereka meniru ketidakdisiplinan itu dalam pelatihan,” tegas sang ayah.
Sementara itu, Ketua Tim Pakar UU No 11/2022 dan DBON sekaligus Ketua Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Prof Dr Moch Asmawi mengutarakan, program itu batal dimulai pada 27 Juli 2022 karena empat perguruan tinggi yang menjadi penyelenggara masih menggodok kebutuhan anggaran untuk membina para peserta.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Lifter cilik mengikuti seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri atas tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Ada 799 atlet cilik yang baru lulus SD ikut seleksi secara menyebar di Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Negeri Surabaya. Dari tiga hari seleksi, hanya 112 atlet yang diterima. ”Empat perguruan tinggi itu dan Kemenpora sedang memastikan berapa biaya untuk setiap atlet dalam menjalani program tersebut, dari biaya untuk kebutuhan tempat tinggal, konsumsi, latihan, hingga sekolahnya,” ujar Asmawi.
Asmawi memastikan, pembahasan anggaran itu sudah masuk tahap akhir dan kemungkinan selesai dalam waktu dekat. Kalau semuanya beres, program tersebut bisa dimulai paling cepat awal Agustus ini.
”Kami harap para wali murid tenang dan tidak resah. Program ini akan tetap jalan. Jikapun proses akademik sudah berjalan, tahapannya akan disesuaikan saat yang siswa bersangkutan masuk asrama DBON,” katanya.