Jalan Panjang Mengejar Mimpi
Seleksi sentra pembinaan DBON di empat universitas di Jawa disambut antusias ratusan peserta. Tak sedikit mereka datang dari luar Jawa. Semuanya berusaha mencari tahap pembinaan lebih baik demi menjadi atlet nasional.

Anak-anak seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (13/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Di teras 10x15 meter salah satu gedung Universitas Negeri Jakarta atau UNJ, Rabu (13/7/2022), belasan ibu dan bapak menanti dalam cemas. Ada yang mengintip anak-anaknya dari balik pintu kaca dan ada yang duduk lesehan sambil membahas proses yang akan dijalani anak-anaknya.
Ibu dan bapak itu adalah para orangtua yang tidak sedikit datang dari daerah yang ratusan hingga ribuan kilometer dari Ibu Kota demi mengantarkan sang buah hati mengejar mimpi menjadi pahlawan olahraga nasional. Anak-anak berusia antara 12-14 tahun itu sedang menjalani seleksi Calon Olahragawan pada Sentra Latihan Olahragawan Muda Potensial Nasional 2022 yang menjadi implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Salah satu orangtua itu adalah Firda (46). Dia dan suaminya, Dehendrian (48) berasal dari Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu yang mengantarkan anak satu-satunya, Alfi Zahrin (13) ikut seleksi tersebut. Alfi adalah pemanah cilik yang mulai menekuni olahraga itu sejak 2020 dan dinilai cukup berbakat.
”Alfi sering ikut kejuaraan tingkat SD di Bengkulu dan lumayan sering juara. Dari itu, dia ingin jadi atlet dan ingin seperti seniornya bisa membela daerah ikut kejuaraan keluar daerah,” ujar Firda yang bekerja sebagai ASN di Dinas Kesehatan Bengkulu.

Orangtua menunggu anak-anaknya seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (14/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Demi mewujudkan cita-cita Alfi, Firda dan Dehendrian mengarahkan anaknya mendaftar ikut seleksi sentra DBON yang dibuka 3-10 Juli. Usai mendaftar, mereka belum mendapatkan informasi pasti kapan pengumuman seleksi administrasi. Sementara itu, seleksi lanjutan di Jakarta berlangsung 13-15 Juli.
Kendati demikian, mereka memutuskan berangkat dari Bengkulu ke Jakarta, Senin (11/7) pukul 09.00. Mereka berjudi karena berangkat tanpa tahu apakah Alfi lolos seleksi berkas. Beruntung, di tengah jalan lintas tengah Sumatera, Senin pukul 14.00, mereka mendapatkan kabar Alfi lolos seleksi tahap awal tersebut.
”Kalau menunggu hasil seleksi sampai Selasa (12/7) dan ternyata Alfi lolos, kami tidak ada waktu mengejar sampai Jakarta, Rabu. Jadi, kami putuskan berangkat apapun hasil seleksi tahap awal tersebut. Kalau tidak lolos, kami anggap itu sebagai jalan-jalan mengisi liburan Alfi,” terang Firda.
Penuh perjuangan
Firda mengisahkan, perjalanan itu penuh perjuangan. Dengan keuangan terbatas, mereka berat membeli tiket pesawat Bengkulu-Jakarta yang biayanya sekitar Rp 1,5 juta per orang. Maka itu, mereka naik bus yang jauh lebih murah, yakni Rp 450.000 per orang. Tiket bus itu pun tidak mudah didapat karena rata-rata hanya berangkat sekali sehari.
Baca juga : Peserta Seleksi Sentra Pembinaan Belum sesuai Harapan

Anak-anak peserta seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (14/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Mereka menempuh perjalanan sejauh 814 kilometer (km) atau kurang-lebih 24 jam, termasuk menyeberang laut 34 km atau sekitar 1 jam 30 menit dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung-Pelabuhan Merak, Banten. Perjalanan itu melalui lintas tengah Sumatera antara Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung yang berbukit-bukit dan berkelok-kelok.
Ada drama Dehendrian mabuk jalan. Apalagi supir bus telat singgah ke rumah makan, baru mampir Senin sekitar pukul 18.00. ”Jadi di jalan, ayahnya sempat muntah-mutah. Namun, saya terus kuatkan agar sabar karena semua ini demi anak,” ucap Firda.
Sesampai di Jakarta, mereka tidak menginap di hotel melainkan di kos seharga Rp 200 ribu per malam dekat UNJ. ”Karena tesnya bakal lama (tiga hari kalau terus lolos), kami mesti hemat-hemat,” kata Firda.
Perjuangan ditunjukkan pula rombongan Sekretaris Federasi Panjat Tebing Seluruh Indonesia (FPTI) Kota Jambi Kornelius Sitindaon (33). Kornelius membawa dua anak binaan FPTI Kota Jambi, yakni Febrina Rizki (13) dan Firzi Anugerah Pratama (14).
Baca juga : 799 Siswa Ikut Seleksi Sentra Pembinaan DBON

Anak-anak seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (13/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Sejak berlatih tiga tahun lalu, Febrina dan Firzi dinilai pemanjat potensial. Namun, keduanya berasal dari keluarga berekonomi terbatas, seperti Febrina yang ayahnya supir. FPTI Kota Jambi sempat meminta bantuan instansi terkait pemerintah daerah, tetapi tidak ada tanggapan.
Akhirnya, demi mewujudkan mimpi Febrina dan Firzi menjadi atlet nasional, FPTI Kota Jambi mengeluarkan dana sendiri untuk mengantarkan keduanya ikut seleksi ke Jakarta. ”Kami berusaha membantu mereka karena mereka punya bakat dan prestasi. Kalau tidak, nanti mental mereka jatuh. Ujung-ujungnya, latihan mereka tidak maju lagi,” ungkap Kornelius.
Ketiganya naik bus Jambi-Jakarta dengan biaya Rp 500.000 per orang. Perjalanan menempuh jarak sekitar 800 kilometer atau sekitar 24 jam. Sesampai Jakarta, mereka menumpang di Sekretariat Mahasiswa Pecinta Alam Eka Citra UNJ. ”Karena tidak tahu pasti lokasi tes, amannya kami tinggal di Sekretariat Eka Citra,” tutur Kornelius.
Kesenjangan pembinaan
Ada 799 atlet cilik yang baru lulus Sekolah Dasar (SD) ikut seleksi sentra DBON di empat lokasi, yakni UNJ, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Jawa Barat, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Sebanyak 209 atlet ikut seleksi di UNJ.
Baca juga : Pola Pembinaan Baru Segera Dimulai

Anak-anak seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (13/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Sebagian besar peserta bukan hanya dari kawasan sekitar lokasi tes melainkan banyak dari daerah lain luar Jawa, antara lain Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Itu terjadi karena kesenjangan pembinaan antara daerah dan pusat.
Hal itu diungkapkan Rifda Arafah (39), ibu pemanjat cilik asal Bengkulu Ranu Artha Annapurna (13). Menurut Rifda yang berstatus Kepala Bidang Kompetisi FPTI Provinsi Bengkulu, di daerahnya, tidak ada wadah pembinaan untuk atlet lulusan SD. Jenjang termuda baru ada di tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Sekolah Kebakatan Olahraga (SKO) Bengkulu.
Akan tetapi, fasilitas dan sumber daya manusia untuk pembinaan itu kurang memadai. Iklim kompetisi juga sangat terbatas. Dengan begitu, sulit untuk atlet muda berkembang kalau hanya bertahan di Bengkulu.
”Kami tidak mencari beasiswa atau honor sekolah seperti yang dijanjikan sentra DBON. Kami datang mengejar tahapan latihan yang lebih berkualitas untuk Ranu. Apalagi Ranu turun di nomor lead yang butuh dukungan spesifik, seperti pembuat jalur bersertifikat. Itu belum ada di Bengkulu. Kalau terus di sana, kompetensi Ranu bakal jalan di tempat. Sebelum ada seleksi ini, kami sudah berencana membawa Ranu hijrah latihan ke tempat lain saat usianya 15 tahun,” jelas Rifda.
Saya ingin menjadi atlet nasional, ingin bela nama Indonesia, ingin ikut tur kejuaraan ke luar negeri, dan ingin main di Olimpiade.

Anak-anak seleksi hari pertama sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Rabu (13/7/2022). Hari pertama seleksi terdiri dari tes antropometri, kesehatan umum, serta biomotorik umum dan spesifik.
Hal serupa diungkapkan Firmansyah (48), ayah atlet taekwondo cilik asal Depok, Jawa Barat Quinsha Azzahra Nirwasita (12). Firmansyah menyampaikan, anaknya cukup berbakat dengan rentetan prestasi di nomor kyorugi sejak mulai berlatih enam tahun lalu dan bercita-cita menjadi atlet nasional yang bisa membela Indonesia di Olimpiade.
Namun, mimpi itu terasa lebih panjang kalau hanya berlatih di klub di Depok. Lagi pula, SKO terdekat di Ragunan, Jakarta Selatan tidak menerima atlet taekwondo dua tahun terakhir dan Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jawa Barat cuma menerima atlet kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP) untuk persiapan SMA.
”Kalau di sentra, Quinsha ada harapan diproyeksi sebagai atlet nasional. Sebab, yang kami tahu sentra punya program jangka panjang menuju Olimpiade (2028 atau 2032), serta disiapkan fasilitas dan tim pendukung terbaik yang diawasi langsung pemerintah pusat melalui Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olahraga),” kata Firmansyah.
Rela berkorban
Demi mengantarkan cita-cita sang buah hati, Firmansyah rela melepas Quinsha yang anak tunggal masuk asrama sentra DBON. ”Ada rasa was-was juga melepas anak satu-satunya masuk asrama. Apalagi dia baru beranjak ke remaja yang butuh pengawasan ekstra. Tetapi, tekadnya sudah bulat ingin jadi atlet nasional,” tutur Firmansyah.

Anak-anak seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Adapun Quinsha dinyatakan lolos sentra dalam pengumuman, Kamis (21/7). Atlet kelahiran, Samarinda, Kalimantan Timur, 29 April 2010 itu juga ikhlas melepas kesempatan menimba ilmu di SMP Negeri 2 Depok yang menjadi sekolah favoritnya.
”Pasti ada takutnya karena bakal tinggal di asrama dan jauh dari papa dan mama. Namun, saya ingin menjadi atlet nasional, ingin bela nama Indonesia, ingin ikut tur kejuaraan ke luar negeri, dan ingin main di Olimpiade,” terang Quinsha mengungkapkan tekadnya.
Ketua Tim Pakar UU 11/2022 dan DBON sekaligus Ketua Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kemenpora Prof Dr Moch Asmawi dihubungi Jumat (22/7), mengatakan, dari tiga hari seleksi (UNJ dan Unnes 13-15 Juli, serta UPI dan Unesa 18-20 Juli), ada 112 atlet yang diterima gelombang pertama sentra DBON.
Mereka akan mulai masuk asrama per Rabu (27/7). Mereka akan menjalani latihan dan sekolah yang tersebar di empat perguruan tinggi tersebut. Semuanya bakal mengarungi program jangka panjang dengan sentuhan sport science.

Anak-anak seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
Seiring dengan itu, tim pakar DBON bakal terus mencari atlet-atlet berbakat lain lewat rekomendasi atau hasil pencarian langsung. ”Kami menyadari masih banyak kekurangan dari tahap awal program ini. Namun, semuanya harus tetap dimulai dan kami akan belajar membenahi semua kelemahan yang ada sambil program berjalan,” pungkas Asmawi.
Program sentra pembinaan DBON adalah langkah pemerintah mengisi ruang kosong dalam rantai pembinaan. Dengan fasilitas yang dijanjikan, sentra menawarkan angin surga perbaikan prestasi olahraga nasional. Sebagaimana harapan sejumlah wali para atlet cilik, mereka berharap program itu tidak hanya hangat di awal dan bisa menyebar ke daerah-daerah lain. Kadang, ada bakat berlian yang terpendam dan tidak terjangkau untuk diasah.