Kiromal Katibin Kembali Gagal Raih Medali Seusai Pecahkan Rekor
Pemanjat tebing Indonesia Kiromal Katibin harus menjaga konsistensi. Sebab, untuk kelima kali, dia sukses memecahkan rekor dunia nomor speed di babak kualifikasi seri Piala Dunia, tetapi antiklimaks di babak final.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
CHAMONIX, MINGGU — Pemanjat tebing Indonesia Kiromal Katibin harus menjaga konsistensinya. Sebab, untuk kelima kalinya, manusia laba-laba berusia 21 tahun itu sukses memecahkan rekor dunia nomor speed dalam babak kualifikasi seri Piala Dunia, tetapi tampil antiklimaks di babak final.
Terbaru, Kiromal mempertajam rekor dunia atas namanya sendiri dari 5,04 detik dalam kualifikasi kedua seri ketujuh Piala Dunia 2022 di Villars, Swiss, 30 Juni 2022, menjadi 5,009 detik dalam kualifikasi kedua seri kedelapan Piala Dunia 2022 di Chamonix, Perancis, Jumat (8/7/2022). Namun, ia malah gagal meraih medali dalam final seri kedelapan, Sabtu (9/7/2022). Pada babak penentuan seri itu, atlet kelahiran 21 Agustus 2000 itu harus puas di urutan kesembilan dengan waktu 5,89 detik.
Pelatih nomor speed Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI) Hendra Basir saat menjawab Kompas mengatakan, Kiromal terpeleset dalam final sehingga gagal mencapai waktu terbaik dan gagal merebut medali. ”Iyah, belum rezeki. Kiromal kepleset,” ujarnya dalam pesan singkat, Minggu (10/7/2022).
Sejauh ini, itu momen kelima kalinya secara berturut Kiromal yang memecahkan rekor dunia justru tidak mendapatkan medali emas atau menjadi yang terbaik di final. Sebelumnya, atlet asal Batang, Jawa Tengah, itu amat mendominasi kualifikasi seri ketujuh Piala Dunia 2022.
Ketika itu, Kiromal dua kali mempertajam rekor dunia atas namanya sendiri, yakni dari 5,10 detik dalam kualifikasi kedua seri keempat Piala Dunia 2022 di Salt Lake City, Amerika Serikat, 27 Mei 2022 menjadi 5,09 detik dalam kualifikasi pertama seri ketujuh Piala Dunia 2022, 30 Juni 2022. Rekor dunia itu lantas dipertajamnya lagi menjadi 5,04 detik dalam kualifikasi kedua seri tersebut. Akan tetapi, pada babak penentuan seri itu, 1 Juli 2022, dia harus puas berada di peringkat kelima setelah jatuh dalam perempat final.
Sebelum itu, Kiromal mempertajam rekor dunia atas namanya sendiri dari 5,17 detik dalam kualifikasi pertama seri kedua Piala Dunia 2022 di Seoul, Korea Selatan, 6 Mei 2022 menjadi 5,10 detik dalam kualifikasi kedua seri keempat Piala Dunia 2022. Namun, pada babak penentuan seri itu, 28 Mei 2022, dia harus puas berada di urutan kelima seusai jatuh dalam perempat final.
Sebelumnya lagi, Kiromal mempertajam rekor dunia dari 5,20 detik milik rekannya di pelatnas, Veddriq Leonardo, yang dicetak dalam final seri ketiga Piala Dunia 2021 di Salt Lake City, 28 Mei 2021, menjadi 5,17 detik dalam kualifikasi pertama seri kedua Piala Dunia 2022. Akan tetapi, pada babak penentuan seri itu, 6 Mei 2022, dia harus puas dengan perak karena melakukan kesalahan start saat perebutan emas.
Jauh sebelumnya, Kiromal mempertajam rekor dunia dari 5,48 detik milik pemanjat Iran Reza Alipour dalam semifinal seri ketiga Piala Dunia 2017 di Nanjing, China, 30 April 2017 menjadi 5,25 detik dalam kualifikasi kedua seri ketiga Piala Dunia 2021, 28 Mei 2021. Namun, pada babak penentuan seri itu, 28 Mei 2021, dia harus puas dengan perak karena jatuh ketika perebutan emas.
Kiromal malah memperoleh emas dengan waktu 5,64 detik dalam seri ketiga Piala Dunia 2022 di Salt Lake City, 21 Mei 2022. Padahal, dia tidak memecahkan rekor dunia dan berada di peringkat kedua kualifikasi seri tersebut, yakni dengan waktu 5,42 detik dalam kualifikasi pertama dan 6,98 detik dalam kualifikasi kedua.
Fokus memperbaiki waktu
Akan tetapi, setelah Kiromal mempertajam rekor dunia menjadi 5,009 detik, Hendra menyampaikan, timnya memang fokus untuk memperbaiki catatan waktu atlet selama mengikuti rangkaian seri Piala Dunia 2022. Mereka pun mendorong para atlet untuk memaksa para pesaing adu balap hingga batas maksimum.
Tujuannya, antara lain, untuk memancing para pesaing menunjukkan semua kemampuan terbaiknya. ”Dengan begitu, kami bisa memiliki data lebih akurat untuk tahun depan. Data itu penting untuk mengentahui posisi kami di mana dan pesaing di mana. Itu akan menjadi gambaran untuk merebut tiket ke Olimpiade Paris 2024 (kualifikasi dimulai tahun depan),” katanya.
Salah satu data yang ingin dikumpulkan adalah catatan waktu sesungguhnya dari para pemanjat China. Atlet-atlet dari ”Negeri Tirai Bambu” itu cukup menonjol dalam dua seri Piala Dunia 2022 terakhir. Tiga atlet putra mereka memborong medali dalam seri ketujuh Piala Dunia 2022, yakni Jianguo Long meraih emas dengan waktu 5,23 detik, Peng Wu merebut perak (5,24 detik), dan Jinbao Long memperoleh perunggu (5,16 detik).
Adapun dua atlet putri China menjadi dua besar seri ketujuh tersebut, yakni Lijuan Deng meraih emas (6,87 detik) dan Di Niu merebut perak (8,22 detik). Grafik positif manusia laba-laba mereka berlanjut dalam seri kedelapan Piala Dunia 2022, yakni Jinbao Long memperoleh emas (5,11 detik) di putra dan Lijuan Deng membawa pulang emas (6,55 detik) di putri.
Kiprah Jinbao Long dalam babak penentuan seri kedelapan Piala Dunia 2022 patut diwaspadai. Sebab, catatan waktunya amat dekat dengan rekor dunia milik Kiromal, yakni dia pernah membukukan waktu 5,07 detik dalam perempat final dan 5,05 detik dalam semifinal sebelum 5,11 detik dalam perebutan emas.
Mantan Sekretaris Jenderal PB FPTI yang kini menjadi Penasihat PB FPTI Sapto Hardiono menuturkan, konsistensi Kiromal memang menjadi perhatian khusus. Mengingat, melihat perjalanan kariernya, Kiromal belum konsisten di babak final. Dia belum bisa mengatasi tekanan mental saat memasuki putaran delapan besar.
Maka itu, tim pelatih coba membenahinya dengan mempertinggi jam terbang. Setidaknya, tahun ini, Kiromal dan rekan-rekannya di pelatnas diberi kesempatan ikut seri Piala Dunia jauh lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya. Sampai seri kedelapan Piala Dunia 2022, mereka selalu ikut semua seri yang memperlombakan nomor speed.
Kalau upaya itu belum jua berhasil, selain frekuensi perlombaan lebih ditingkatkan, tahun depan atlet perlu didampingi tim psikolog untuk membantu mengatasi hal-hal yang memengaruhi mental mereka. ”Tetapi, semoga dengan frekuensi pertandingan yang diikuti banyak, maka mental juaranya akan tumbuh,” ujar Sapto.
Kendati demikian, di balik performa Kiromal yang belum konsisten, PB FPTI tetap mendapatkan kabar positif. Paling tidak, pemanjat kawakan Indonesia Aspar Jaelolo kembali menunjukkan tajinya seusai ”menghilang” beberapa waktu terakhir. Dalam seri kedelapan Piala Dunia 2022, atlet berusia 34 tahun itu sukses meraih perunggu (5,53 detik).
Bahkan, Aspar mencatat waktu 5,49 detik dalam dua kali sesi kualifikasi seri kedelapan Piala Dunia 2022. Itu menjadi rekor pribadi baru untuk dirinya. ”Saya kembali ke putaran final dengan rekor pribadi baru 5,49 (detik) setelah semua perjalanan panjang yang dilewati. Berharap terus membaik,” ujar Aspar dalam akun Instagram pribadinya, Sabtu.
Hendra menjelaskan, dua tahun lalu, Aspar mengalami cedera putus tendon jari yang butuh proses pemulihan panjang. Namun, sekarang, sudah mulai pulih. Untuk itu, hasil yang diraih Aspar dinilai memuaskan. ”Hasilnya lumayan,” ungkap Hendra.
PB PFTI dalam akun Instragram ofisialnya, Minggu, turut mengapresiasi capaian Aspar yang notabene legenda panjat tebing Indonesia. ”Ini merupakan raihan positif seorang Aspar untuk menatap seri Piala Dunia selanjutnya,” tegas FPTI.
Kabar menggembirakan pun datang dari pemanjat putri nasional, Desak Made Rita Kusuma Dewi. Atlet kelahiran Buleleng, Bali, 24 Januari 2001 menjaga marwah Indonesia dalam dua seri Piala Dunia 2022 terakhir, yakni dengan merebut perunggu seri ketujuh (7,06 detik) dan perunggu seri kedelapan (6,82 detik). Dia menjadi satu-satunya pemanjat putri Merah-Putih yang membawa pulang medali dari delapan seri Piala Dunia 2022 sejauh ini.