Selama ini, hanya atlet bulu tangkis yang meraih emas bagi Indonesia di Olimpiade. Pada Olimpiade Paris 2024, atlet panjat tebing berpeluang menyumbang emas bagi Merah Putih.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
Sejak keikutsertaan pertama pada Olimpiade Helsinki 1952, hanya ada tiga cabang olahraga yang mampu menyumbangkan medali untuk Indonesia. Ketiga cabang itu adalah panahan, bulu tangkis, dan angkat besi.
Cabang panahan membuka jalan medali Indonesia pada Olimpiade Seoul 1988 dengan medali perak. Adapun angkat besi konsisten menyumbang medali sejak Olimpiade Sydney 2000 hingga kini. Dalam dua dekade terakhir, hanya bulu tangkis dan angkat besi yang terus menyumbangkan medali untuk Indonesia.
Bulu tangkis menjadi istimewa karena selalu menyumbangkan medali emas untuk Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992, kecuali pada Olimpiade London 2012.
Kini, kesempatan untuk memburu emas baru di cabang selain bulu tangkis terbuka pada Olimpiade Paris 2024. Kepastian masuknya cabang olahraga panjat tebing di Olimpiade Paris 2024 membuka harapan tersebut.
Panjat tebing melakukan debut pada Olimpiade Tokyo, tetapi hanya mempertandingkan nomor kombinasi; yaitu lead, kecepatan (speed), dan boulder. Poin dari ketiga nomor itu diakumulasi untuk menentukan posisi kualifikasi dan lomba.
Artinya, atlet panjat tebing yang berpartisipasi di Tokyo perlu memiliki kekuatan dan kecepatan dengan kemampuan berpikir akurat serta taktis untuk melewati rintangan di nomor lead dan boulder. Hal itu membuat Indonesia tidak bisa mengirim atlet panjat tebing ke Olimpiade Tokyo karena hanya memiliki atlet yang unggul pada nomor kecepatan.
Indonesia gagal menembus enam besar dalam ajang prakualifikasi Federasi Panjat Tebing Internasional (IFSC) Combined Qualifier 2019 di Toulouse, Perancis, sebagai syarat meraih tiket ke Olimpiade Tokyo 2020.
Atlet panjat tebing Indonesia yang tampil di ajang itu adalah Aries Susanti Rahayu dan Alfian M Fajri. Karena hanya unggul dalam nomor kecepatan, keduanya kewalahan dalam menjalani babak kualifikasi.
Banyak hal yang menyebabkan prestasi Indonesia pada nomor lead dan boulder tertinggal dari negara lain. Pertama, infrastruktur latihan baru dibangun beberapa tahun terakhir.
Infrastruktur yang belum merata menyebabkan kemampuan atlet-atlet daerah masih terbatas. Sementara atlet-atlet senior di pelatnas terbiasa dengan latihan kecepatan. Mereka belum menguasai teknik di nomor lead dan boulder terkait dengan volume dan poin pegangan.
Masalah kedua adalah Indonesia kekurangan ahli pembuat jalur dengan sertifikasi tingkat Asia. Perlu ahli yang punya kemampuan tinggi untuk membuat jalur lead.
Harapan di Paris
Pada Olimpiade Paris 2024, panjat tebing memperlombakan nomor kecepatan yang dipisahkan dari nomor kombinasi. Dengan demikian, Indonesia berpeluang merebut medali emas.
Beberapa kali atlet Indonesia berhasil memecahkan rekor dunia di nomor kecepatan. Pada Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat, dua atlet Indonesia, Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin, merebut peringkat pertama dan kedua.
Veddriq juga memecahkan rekor dunia dengan waktu 5,208 detik di final. Rekor yang dicetak Veddriq tersebut mematahkan catatan waktu Kiromal yang juga sempat menjadi rekor dunia, yaitu 5,258 detik pada babak penyisihan.
Pemanjat putri Aries Susanti Rahayu juga sempat memegang rekor dunia dengan waktu 6,995 detik yang dibuat pada Piala Dunia 2019 di Xiamen, China. Namun, rekor itu dipecahkan pemanjat putri Rusia, Yulia Kaplina, dengan 6,964 detik dalam Kejuaraan Eropa 2020 di Moskwa, Rusia.
Veddriq dan Kiromal merupakan dua aset panjat tebing Indonesia paling berharga saat ini.
Veddriq dan Kiromal merupakan dua aset panjat tebing Indonesia paling berharga saat ini. Di pundak mereka terdapat harapan Indonesia meraih emas pertama dari cabang selain bulu tangkis.
Veddriq menduduki peringkat pertama Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 dan Kiromal menempati posisi kedua. Veddriq meraih total 200 poin dari seri Piala Dunia di Salt Lake City dan Villars di Swiss.
Selain Veddriq dan Kiromal, bakat-bakat panjat tebing Indonesia terus bermekaran. Pada PON 2021 di Papua, rekor dunia Veddriq sempat dipecahkan pemanjat asal Jawa Barat, Raharjati Nursyamsa.
Ia mencatatkan waktu panjat 5,143 detik dalam semifinal nomor speed perseorangan putra. Namun, catatan itu tidak menjadi rekor dunia baru karena arena pertandingan PON Papua tidak berlisensi internasional.
Iklim kompetitif
Untuk menjaga harapan meraih emas pada Olimpiade Paris, Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) mesti menjaga iklim persaingan di antara atlet panjat tebing pelatnas tetap terjaga. Dengan persaingan yang sehat, mereka terpacu menjaga performa hingga Olimpiade Paris.
Iklim yang kompetitif juga dibutuhkan agar bakat-bakat baru dari sejumlah daerah naik ke permukaan. PP FPTI perlu terus mencari atlet-atlet panjat tebing yang berpotensi untuk dibina di pelatnas.
Regenerasi atlet panjat tebing juga sebaiknya disiapkan agar prestasi pemanjat tebing nomor kecepatan tidak putus di Veddriq dan Kiromal. Selama dua tahun menjelang Olimpiade Paris, PP FPTI harus terus memonitor perkembangan para atlet dan mengevaluasi performa mereka.
Komitmen untuk menjaga performa atlet panjat tebing Indonesia telah diutarakan Ketua Umum PP FPTI Yenny Wahid. Ia mengatakan, program PP FPTI menuju Olimpiade Paris, antara lain, adalah menjaga kualitas para pemanjat nomor speed agar konsisten menjadi yang terbaik di dunia.
Dengan komitmen dan upaya berkesinambungan itu, impian masyarakat Indonesia untuk melihat emas tambahan dari cabang selain bulu tangkis bisa menjadi kenyataan.