Baru dua bulan tampil dalam kejuaraan, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti menjuarai turnamen BWF World Tour di Malaysia Terbuka Super 750. Setelah ini, mereka siap menghadapi tantangan lebih besar.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, MINGGU-“Cukup sampai di sini?” Pertanyaan itu disampaikan Pelatih ganda putri, Eng Hian, pada Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. “Enggak. Kami siap untuk yang berikutnya,” jawab mereka.
Percakapan tersebut terjadi sesaat setelah Eng Hian memeluk dan memberi selamat atas gelar juara Malaysia Terbuka yang didapat Apriyani/Fadia di sudut lapangan Axiata Arena, Kuala Lumpur, Minggu (3/7/2022). Mereka hanya membutuhkan waktu dua bulan sejak menjalani debut dalam kompetisi untuk meraih gelar juara turnamen BWF World Tour.
Medali juara itu didapat dari Malaysia Terbuka yang berlevel Super 750 setelah mengalahkan Zhang Shu Xian/Zheng Yu (China) 21-18, 12-21, 21-19. Gelar dari pasangan baru itu menjadi satu-satunya gelar bagi Indonesia karena ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto kalah dari Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang) 22-24, 21-16, 9-21.
Gelar itu pun menjadi gelar kedua setelah Apriyani/Fadia meraih medali emas SEA Games Vietnam 2021, yang digelar Mei 2022. Itu menjadi debut mereka dalam kejuaraan.
Setelah itu, mereka mulai menjalani turnamen BWF World Tour yang dimulai dengan dua turnamen di Jakarta, Indonesia Masters Super 500 dan Indonesia Terbuka Super 1000, 7-19 Juni. Pada Indonesia Masters, Apriyani/Fadia tak hanya memberi kejutan pada penggemar bulu tangkis yang untuk pertama kalinya, dalam dua tahun terakhir, boleh hadir di Istora. Mereka juga mengejutkan lawan dengan menembus final.
Meski akhirnya kalah dari ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, dua pemain Indonesia bergaya tomboy itu menyingkirkan salah satu pasangan peringkat sepuluh besar dunia, Lee So-hee/Shin Seung-chan. Sepekan kemudian, pada babak pertama Indonesia Terbuka, mereka mengalahkan juara dunia 2018 dan 2019, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.
Di Malaysia, giliran juara All England, Nami Matsuyama/Chiharu Shida, yang merasakan kecepatan permainan Apriyani/Fadia pada babak kedua. Belajar dari kekalahan pada final Indonesia Masters, mereka menang atas Chen/Jia pada perempat final. Kemenangan atas Zhang/Zheng menjadi yang kedua setelah bertemu pada babak kedua Indonesia Terbuka.
Apriyani/Fadia merayakan kemenangan itu dengan berpelukan lama di lapangan dan memberi salam pada penonton yang mendukung mereka. Ketika menghampiri dan dipeluk Eng Hian, pertanyaan dari pelatih ganda putri pelatnas itu sekaligus menjadi pengingat bahwa gelar juara tersebut hanya menjadi bagian dari awal perjalanan. Perjalanan pemain yang masing-masing berusia 24 dan 21 tahun tersebut masih panjang.
Alhamdulillah, kami memang ingin juara. Setiap pertandingan pasti ada target dan hari ini tercapai dengan menjuarai Malaysia Terbuka. Namun, kami tidak mau berpuas diri. Masih ada Malaysia Masters minggu depan, kami harus bersiap lagi.
"Alhamdulillah, kami memang ingin juara. Setiap pertandingan pasti ada target dan hari ini tercapai dengan menjuarai Malaysia Terbuka. Namun, kami tidak mau berpuas diri. Masih ada Malaysia Masters minggu depan, kami harus bersiap lagi. Perjalanan kami baru dimulai, ketika turun dari podium, balik dari nol lagi," tutur Apriyani.
Apriyani juga mengatakan bahwa kemenangan tersebut menambah rasa percaya diri untuk menghadapi perjalanan berikutnya. Namun, mereka harus lebih waspada karena makin banyak lawan yang mengetahui pola permainan mereka.
“Saat pertama kali bertemu kami, mereka pasti tidak tahu cara main saya dan Fadia, jadi, kami berusaha mengambil keuntungan dari situ. Ke depannya, kami harus hati-hati,” kata peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020, bersama Greysia Polii itu.
Apriyani/Fadia dipasangkan karena pensiunnya Greysia yang telah direncanakan sejak 2021. Hampir dalam setiap pembicaraan, Eng Hian mengatakan bahwa membentuk Apriyani/Fadia untuk menjadi pemain elite dunia berbeda dengan Greysia/Apriyani.
Apriyani diduetkan bersama Greysia, lalu menjalani debut pada Piala Sudirman, Mei 2017, dengan posisi Greysia sebagai pemain berpengalaman. Dia jauh lebih berpengalaman dibandingkan Apriyani saat ini. Maka, Eng Hian pun menetapkan target berjenjang untuk Apriyani/Fadia, meski keduanya memiliki potensi menjadi bagian dari ganda putri top dunia.
Mereka telah mencapai tahap pertama dengan mengalahkan pemain-pemain peringkat sepuluh besar dunia, sambil terus mematangkan pola permainan. Setelah itu, Apriyani/Fadia harus mencapai tahap konsisten. Indikator pada tahap ini adalah bisa menjuarai (atau minimal semifinal) turnamen-turnamen besar dan tidak kalah dari pasangan yang levelnya di bawah mereka.
"Rasanya sangat senang bisa juara karena saat dipasangkan dengan Kak Apri, kami harus menunda debut karena Kak Apri sedikit cedera. Alhamdulillah, kami bisa juara SEA Games dan turnamen BWF World Tour dari empat turnamen awal. Semoga ke depan makin percaya diri, makin baik lagi dan saya akan terus belajar," kata Fadia.
Sementara, kekalahan Fajar/Rian membuat mereka gagal menambah enam gelar juara BWF World Tour level Super 300 dan 500 yang diraih sejak 2018. "Kami tidak tampil maksimal hari ini, banyak melakukan kesalahan. Kuncinya, mungkin pada gim pertama kami kurang berani saat mendapat game point,” kata Fajar.
Axelsen juara lagi
Pada tunggal putra, Viktor Axelsen tak terbendung untuk menambah gelar juara dari tur Asia. Kemenangan telak atas Kento Momota 21-4, 21-7 menjadi gelar ketiga setelah menjuarai Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka.
Tunggal putra nomor satu dunia asal Denmark itu tak tertandingi siapapun, terutama sejak 2021, termasuk Momota yang memiliki keunggulan 14-2 dalam statistik pertemuan sebelum bersaing dalam final Malaysia Terbuka. Momota kesulitan menghadapi permainan cepat dan pukulan-pukulan tajam Axelsen.
Namun, pemain Jepang itu setidaknya menunjukkan kebangkitan dengan tampil pada final pertama tahun ini. Sebelum tampil di Malaysia Terbuka, dia empat kali tersingkir pada babak pertama dari lima turnamen.
Dua nomor lain, ganda campuran dan tunggal putri, juga dijuarai pemain dari negara berbeda. Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China) menjuarai ganda campuran, sementara Ratchanok Intanon menjadi juara tunggal putri. Ini menjadi gelar pertama Intanon dari BWF World Tour setelah Indonesia Masters 2020.