Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti akan menjalani final ketiga, dari empat kejuaraan, dalam waktu dua bulan sebagai ganda putri baru. Final itu akan berlangsung pada turnamen Malaysia Terbuka Super 750.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, SABTU—Tiga final dari empat kejuaraan dicapai ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Namun, mereka mengingatkan diri sendiri agar tak cepat puas karena hasil baik yang didapat pada awal perjalanan akan mendapat ujian yang berat pada langkah-langkah berikutnya.
Tiga final tersebut dicapai Apriyani/Fadia pada SEA Games Vietnam 2021 yang menghasilkan medali emas, Indonesia Masters BWF World Tour Super 500 (kalah dari Chen Qingchen/Jia Yifan), serta final Malaysia Terbuka Super 750 yang akan berlangsung Minggu (3/7/2022). Apriyani/Fadia akan berhadapan dengan Zhang Shuxian/Zheng Yu (China) di Axiata Arena, Kuala Lumpur.
Laga puncak melawan finalis All England itu akan dijalani setelah Apriyani/Fadia mengalahkan Jeong Na-eun/Kim Hye-jeong (Korea Selatan), 21-14, 22-20. Sementara Zhang/Zheng menang atas juara dunia 2018 dan 2019, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Jepang), 11-21, 21-19, 21-17.
Sebelum mengalahkan Jeong/Kim, Apriyani/Fadia menyingkirkan juara dunia, Chen/Jia, pada perempat final dan juara All England, Nami Matsuyama/Chiharu Shida, pada babak kedua. Hasil ini meneruskan rangkaian kejutan sejak debut mereka pada SEA Games Vietnam 2021 yang digelar Mei 2022.
Dalam perjalanan menuju final Indonesia Masters, Apriyani/Fadia mengalahkan pasangan peringkat sepuluh besar dunia lainnya, Lee So-hee/Shin Seung-chan. Mereka juga menyingkirkan Matsumoto/Nagahara pada babak pertama Indonesia Terbuka.
”Rasanya senang dan bangga, tetapi masih ada satu langkah lagi besok. Kami mau terus konsisten dan tidak mau cepat puas,” kata Apriyani.
Selepas berpasangan dengan seniornya, Greysia Polii, Apriyani kini berperan membimbing Fadia yang berusia 21 tahun. Dia pun bersyukur Fadia, yang tiga tahun lebih muda darinya, bisa beradaptasi dengan cepat.
”Fadia bisa membawa saya sejauh ini, kembali ke final lagi. Kami terus menjaga komunikasi, berusaha semaksimal mungkin dan menata apa yang harus diperbaiki,” tuturnya.
Fadia, yang sebelumnya berpasangan dengan Ribka Sugiarto, tak menduga bisa mencapai final ketiga dari empat kejuaraan. Namun, dia yakin, hasil pada awal duetnya dengan peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 ini didapat berkat kerja kerasnya. Dia juga menyadari harus bekerja lebih keras untuk mengimbangi Apriyani yang lebih berpengalaman untuk bersaing dengan pasangan top dunia.
Atas dasar itu, mereka pun mewaspadai lawan di final meski pernah mengalahkan Zhang/Zheng pada babak kedua Indonesia Terbuka. ”Besok harus benar-benar tampil maksimal,” kata Apriyani.
Meski mendapat hasil baik dalam dua bulan perjalanan awal mereka, Apriyani/Fadia masih memerlukan banyak waktu untuk menjadi ganda putri elite dunia. Pertemuan dengan pasangan-pasangan top dalam empat kejuaraan menjadi kesempatan bagi lawan untuk mempelajari pola main mereka.
Rasanya senang dan bangga, tetapi masih ada satu langkah lagi besok. Kami mau terus konsisten dan tidak mau cepat puas.
Dalam perjalanan ke depan, ganda Indonesia yang baru memiliki ranking ke-133 dunia ini harus meningkatkan level kewaspadaan karena pasangan lain telah menghafal karakter mereka. Matsumoto/Nagahara, misalnya, setelah dikalahkan pada Indonesia Terbuka, mengaku terkejut dengan pola main cepat Apriyani/Fadia. Pola ini sangat berbeda ketika Apriyani berpasangan dengan Greysia. Matsumoto pun menyatakan targetnya bisa bermain lebih baik jika bertemu kembali dengan Apriyani/Fadia.
Final pertama
Ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga menyimpan kegembiraan mereka setelah memastikan lolos ke final pertama dalam turnamen di atas level Super 500. Apalagi, mereka akan menjalani laga puncak melawan juara dunia, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, yang menghentikan wakil Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 23-21, 21-9.
Final itu bagai misi tertunda bagi Fajar/Rian. Pada pertemuan terakhir dengan Hoki/Kobayashi di final Thailand Terbuka, Mei, mereka gagal menyelesaikan pertandingan karena cedera pinggang yang dialami Fajar.
Pasangan Indonesia peringkat ketujuh dunia itu mendapatkan tiket final setelah mengalahkan wakil tuan rumah lainnya, Goh Sze Fei/Nur Izuddin, 21-14, 21-12. ”Tentu kami senang, tetapi belum cukup sampai di sini. Masih ada final,” kata Fajar. Rian menambahkan, mereka harus memulihkan fisik dan mental yang telah terkuras karena turnamen beruntun.
Wakil Indonesia lain pada semifinal, yaitu Jonatan Christie, harus mengakui keunggulan tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen, meski bisa memaksanya bermain tiga gim. Jonatan kalah 15-21, 22-20, 11-21.
Ini menjadi final kelima dan ketiga beruntun Axelsen pada tahun ini. Dia tiba di Malaysia dengan berbekal dua gelar dari dua turnamen di Jakarta, yaitu Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka.
Axelsen akan menghadapi Kento Momota, yang menjalani final pertama tahun ini setelah menang atas Kunlavut Vitidsarn (Thailand), 21-11, 21-12. Pemain Jepang itu mengalami masa sulit setelah empat kali tersingkir pada babak pertama dari lima turnamen sebelum Malaysia Terbuka. Kepercayaan dirinya yang mulai tumbuh akan diuji Axelsen yang mendominasi persaingan tunggal putra sejak tahun lalu.