Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti terus memperlihatkan potensi mereka sebagai ganda putri top dunia. Mereka mengalahkan pasangan nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, pada perempat final Malaysia Terbuka
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, JUMAT — Kemenangan atas pebulu tangkis ganda putri nomor satu dunia, Chen Qingchen/Jia Yifan, setelah kalah tiga pekan sebeumnya menandakan permainan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti telah mencapai standar top dunia. Mereka akan tampil pada semifinal Malaysia Terbuka.
Kemenangan itu didapat Apriyani/Fadia pada laga perempat final di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Jumat (1/7/2022), 14-21, 21-13, 21-16. Di semifinal, Sabtu, mereka akan melawan pasangan Korea Selatan, Jeong Na-eun/Ki Hye-jeong.
Hasil yang didapat Apriyani/Fadia menjadi pembalasan kekalahan dari lawan yang sama pada final Indonesia Masters di Jakarta, 7-12 Juni. Pada pertemuan pertama dengan juara dunia itu, Apriyani/Fadia kalah 18-21, 12-21.
Pelatih ganda putri pelatnas, Eng Hian, menilai positif perbaikan penampilan kemampuan Apriyani/Fadia mengatasi tekanan pasangan China itu. ”Perubahan penampilan dan hasil melawan ganda putri nomor satu dunia itu menandakan bahwa permainan Apri/Fadia sudah masuk level top dunia,” kata Eng Hian yang mendampingi pasangan baru itu di lapangan.
Sejak dipasangkan sebagai generasi penerus Greysia Polii/Apriyani, Apriyani/Fadia baru menjalani dua turnamen BWF sebelum bertanding di Malaysia yang berlevel BWF World Tour Super 750. Mereka mencapai final Indonesia Masters Super 500, salah satunya dengan mengalahkan ganda putri peringkat kedua dunia, Lee So-hee/Shin Seung-chan.
Sepekan berikutnya, Apriyani/Fadia berbalik kalah dari Lee/Shin pada perempat final Indonesia Terbuka Super 1000. Namun, pasangan yang saat ini berperingkat ke-131 dunia itu mengalahkan dua pasangan yang lebih berpengalaman, yaitu juara dunia 2018 dan 2019, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara, dan finalis All England, Zhang Shuxian/Zheng Yu.
Meski Apriyani/Fadia telah berkali-kali mengalahkan pasangan peringkat sepuluh besar dunia, Eng Hian masih menanti konsistensi mereka. Dia menantang pasangan berusia 24 dan 21 tahun itu untuk menjadi juara turnamen besar.
”Saya akan menyebut konsisten jika mereka sudah menjadi juara di turnamen-turnamen besar dan tidak kalah dari pemain yang levelnya di bawah mereka,” kata Eng Hian.
Tantangan itu seolah dijawab Fadia saat memberi komentar seusai pertandingan pada tim Humas dan Media PP PBSI di Malaysia. Mereka mendapat pelajaran dari Chen/Jia sebagai pasangan dengan semangat pantang menyerah yang tinggi.
”Jadi, fokus pada satu poin demi satu poin itu sangat penting. Ini menjadi pelajaran bagi kami untuk ke depan. Kami belum puas karena ingin juara. Harus haus juara,” tegasnya.
Selain Apriyani/Fadia, ganda putri baru yang tampil di Malaysia Terbuka adalah Febby Valencia Dwijayanti Gani/Ribka Sugiarto. Namun, langkah mereka dihentikan Zhang/Zheng pada perempat final, 13-21, 14-21.
Saya akan menyebut konsisten jika mereka sudah menjadi juara di turnamen-turnamen besar dan tidak kalah dari pemain yang levelnya di bawah mereka.
Kekalahan itu menjadi motivasi mereka untuk bangkit pada turnamen berikutnya di tempat yang sama, yaitu Malaysia Masters Super 500. ”Pekan depan, kami harus meningkatkan fokus agar tidak banyak membuat kesalahan,” kata Febby.
Ganda putri lainnya, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, tersingkir pada babak kedua. Meski demikian, mereka memberi perlawanan terbaik pada pasangan China, Du Yue/Li Wenmei, sebelum kalah 21-19, 16-21, 21-23.
Kalah lagi dari Axelsen
Walaupun telah mengeluarkan kemampuan terbaik, Anthony Sinisuka Ginting lagi-lagi harus mengakui ketangguhan tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen. Anthony kalah 21-18, 17-21, 12-21. Ini menjadi kekalahan keempat beruntun Anthony dari Axelsen pada tahun ini setelah perempat final All England, semifinal Indonesia Masters, dan perempat final Indonesia Terbuka.
Anthony sebenarnya tampil kian baik dalam empat laga tersebut, tetapi dia belum menemukan cara untuk mengalahkan Axelsen yang mendominasi persaingan tunggal putra sejak tahun lalu. Dengan jangkauan lebih baik, didukung tinggi badan 194 sentimeter, Axelsen bisa mengembalikan pukulan-pukulan sulit dari Anthony, yang berpeluang besar menghasilkan angka saat menghadapi pemain lain.
Sebelum pertandingan berlangsung, pelatih tunggal putra Irwansyah mengatakan, Anthony harus bermain dengan tempo lebih cepat untuk mengatasi permainan Axelsen. Namun, kecepatan saja ternyata tak cukup.
Melawan Axelsen, Anthony harus tampil bagai pelari pada nomor 400 meter, yaitu memiliki kecepatan, sekaligus daya tahan. Ini karena Axelsen sangat jarang membuat kesalahan. Dengan demikian, mereka yang menjadi lawan juara All England, Indonesia Masters, dan Indonesia Terbuka itu harus mengantisipasi permainan sulit dalam setiap perebutan poin.
”Saya mendapat pelajaran lagi dari pertandingan melawan Axelsen. Harus dicari lagi strategi yang tepat untuk melawan dia. Pelan-pelan, semoga bisa menemukan cara untuk mengalahkan dia,” kata Anthony.
Selain Anthony, kekalahan dialami tunggal putra Indonesia lain, Shesar Hiren Rhustavito. Dia tak bisa menyelesaikan pertandingan pada skor 6-13 saat melawan Kento Momota. Shesar meninggalkan lapangan dengan kursi roda karena cedera betis kanan.
”Kata dokter, kemungkinan ada otot betis kanan yang robek. Semoga tidak ada yang serius,” kata Irwansyah.
Dengan demikian, Jonatan Christie akan menjadi wakil tunggal putra Indonesia dalam semifinal, Sabtu. Jonatan akan melawan Axelsen setelah mengalahkan Prannoy HS, 21-18, 21-16.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga akan bersaing pada semifinal melawan pasangan Malaysia, Goh Sze Fei/Nur Izuddin. Namun, kekalahan dialami Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dalam laga ketat melawan pasangan tuan rumah lainnya, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-13, 20-22, 21-19.