Wimbledon 2022 Penuh Kontroversi sejak Awal
Kontroversi, yaitu larangan tampil untuk petenis Rusia dan Belarus serta tak adanya poin ranking, mewarnai Wimbledon 2022. Namun, petenis top, seperti Djokovic, Swiatek, bahkan Serena Williams, akan tetap tampil.
Wimbledon 2022 akan menjadi turnamen yang berbeda. Kontroversi turnamen tenis paling prestisius ini terjadi sejak dua bulan lalu sebelum digelar pada 27 Juni-10 Juli mendatang. Oleh beberapa petenis, Wimbledon tahun ini bahkan disebut sebagai turnamen ekshibisi.
Istilah itu salah satunya disebut Naomi Osaka, tunggal putri dengan empat gelar Grand Slam. Alasannya, turnamen tenis tertua di dunia itu, yaitu digelar sejak 1877, tidak akan memberikan poin peringkat bagi pesertanya pada tahun ini.
Peniadaan poin dari turnamen di lapangan rumput All England Club, London, Inggris, itu merupakan respons dari organisasi tenis dunia, yaitu Asosiasi Tenis Profesional (ATP), Asosiasi Tenis Putri (WTA), dan Federasi Tenis Internasional (ITF), terhadap keputusan panitia penyelenggara Wimbledon.
All England Lawn Tennis and Croquet Club (AELTC), dalam keputusan pada April lalu, melarang petenis Rusia dan Belarus ikut serta pada turnamen yang digelar untuk ke-135 kalinya itu. Larangan itu terkait dengan serangan Rusia, yang dibantu Belarus, kepada Ukraina sejak Februari.
Baca juga: Iga Swiatek Menahan Ekspektasi di Wimbledon
Pemerintah Inggris tidak ingin ada petenis Rusia dan Belarus di Wimbledon, apalagi sampai juara. Enam kali juara Wimbledon, Novak Djokovic, menyebut larangan itu sebagai keputusan gila. Maka, bintang-bintang tenis dari kedua negara itu, salah satunya tunggal putra nomor satu dunia asal Rusia, Daniil Medvedev, tidak bisa tampil di Wimbledon.
Musim kompetisi lapangan rumput bagi Medvedev pun hanya berlangsung di ATP 250 ’s-Hertongenbosch (Belanda), ATP 500 Halle (Jerman), dan ATP 250 Mallorca (Spanyol). Maka, saat larangan tampil di Wimbledon bagi petenis Rusia dan Belarus diumumkan, Medvedev menyebutnya sebagai diskriminasi.
Mantan tunggal putri nomor satu dunia, Martina Navratilova, menyebut larangan tampil itu sebagai kesalahan.
”
Apa iya, petenis dari dua negara itu harus pindah negara?” kata sembilan kali juara Wimbledon itu.
Ketika AELTC bersikukuh pada keputusan mereka, ATP, WTA, dan ITF meniadakan poin ranking demi ”membela” petenis-petenis dari Rusia dan Belarus. Selain Medvedev, para petenis Rusia dan Belarus yang juga tak dapat bersaing di Wimbledon, antara lain, adalah Andrey Rublev, Karen Khachanov, Aryna Sabalenka, dan Victoria Azarenka.
Saya mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit. Saya sempat berharap ada keputusan berbeda karena ini tidak adil. (Matteo Berrettini)
Namun, peniadaan poin itu memunculkan dampak besar bagi semua peserta, mulai dari petenis top hingga peserta yang harus tampil dari babak kualifikasi. Djokovic, misalnya, dipastikan akan kehilangan 2.000 poin dari gelar juara 2021 yang akan berpengaruh pada posisinya di peringkat dunia. Ia diperkirakan berada di peringkat ketujuh dari sebelumnya di peringkat kedua setelah Wimbledon berakhir.
Matteo Berrettini, yang dikalahkan Djokovic pada final 2021, juga menyayangkan tidak adanya ranking dunia yang bisa diperebutkan. Padahal, Wimbledon menjadi harapan terbesarnya untuk meraih gelar juara Grand Slam.
”Saya mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit. Saya sempat berharap ada keputusan berbeda karena ini tidak adil,” kata petenis Italia tersebut dikutip BBC.
Pada tunggal putri, semifinalis dan finalis 2021, Sabalenka dan Karolina Pliskova, akan menjadi yang paling terpengaruh. Saat ini, Sabalenka berada di peringkat keenam dunia, sementara Pliskova ketujuh.
Daya tarik
Meski tak menyediakan poin ranking, dengan nama besarnya, Wimbledon tetap menjadi daya tarik petenis elite. Djokovic, Rafael Nadal, Carlos Alcaraz, dan Iga Swiatek berada dalam daftar undian yang dirilis Jumat (24/6/2022). Berada pada paruh atas undian, Djokovic berpeluang bertemu Alcaraz pada perempat final.
Baca juga: Keseimbangan Hidup Iga Swiatek
Di paruh bawah, perempat final bisa mempertemukan Berrettini dengan Stefanos Tsitsipas serta Nadal dengan Felix Auger-Aliassime. Dalam Grand Slam Perancis Terbuka di lapangan tanah liat Roland Garros, Auger-Aliassime menjadi satu-satunya petenis yang memaksa Nadal bermain lima set, yaitu pada babak keempat. Nadal memenangi laga itu hingga menjuarai Perancis Terbuka untuk ke-14 kali.
Pada persaingan tunggal putri, Swiatek tak akan menjadi satu-satunya sorotan berkat enam gelar juara beruntun dari enam turnamen terakhir, termasuk Perancis Terbuka. Kehadiran Serena Williams, yang bertanding karena mendapat wild card, akan menarik perhatian penggemar tenis.
Total hadiahnya Rp 736 miliar atau naik 15 persen dari tahun sebelumnya sekaligus menjadi yang terbesar dalam sejarah Wimbledon.
Petenis yang saat ini berperingkat ke-1.208 dunia itu kembali ke turnamen setelah tersingkir pada babak pertama Wimbledon 2021. Dia tak dapat menyelesaikan pertandingan pada skor 3-3 set pertama ketika berhadapan dengan Aliaksandra Sasnovich karena cedera hamstring kanan. Lapangan licin sehingga membuatnya jatuh dan memperparah cedera itu. Selama setahun, Serena pun istirahat dari turnamen.
Spekulasi Serena
Spekulasi yang menyebut bahwa Serena akan segera pensiun ternyata tak terjadi. Dia membuat kejutan ketika berduet bersama Ons Jabeur dalam turnamen pemanasan Wimbledon, WTA Eastbourne. Namun, mereka mundur sebelum tampil pada semifinal karena cedera yang dialami Jabeur. Pada Kamis, Serena telah menjadi bagian dari petenis yang berlatih di All England Club.
Wimbledon menjadi Grand Slam yang memberi Serena peluang untuk menambah gelar. Serena, pemilik 23 gelar Grand Slam, hanya tertinggal satu gelar dari Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak dari nomor tunggal putri. Dia akan berhadapan dengan Harmony Tan pada babak pertama dan berpeluang melawan Pliskova pada babak ketiga. Jika perjalanannya mulus, Serena bisa bertemua Cori Gauff dalam babak keempat.
Selain prestise, hadiah yang diperebutkan menjadi daya tarik lain. Total hadiahnya Rp 736 miliar atau naik 15 persen dari tahun sebelumnya sekaligus menjadi yang terbesar dalam sejarah Wimbledon. Juara tunggal putra dan putri, masing-masing, akan menerima 36,5 miliar. Adapun mereka yang kalah pada babak pertama tunggal akan mendapat Rp 912,5 juta, naik dari Rp 876 juta pada 2021.
Baca juga: Buah Kesederhanaan Prinsip Nadal
Bagi petenis level bawah, kenaikan hadiah itu sangat berarti. ”Poin ranking tentu penting bagi saya yang berada dalam tahap awal membangun karier. Akan tetapi, hadiah yang disediakan menjadi bonus yang bagus,” kata Paul Jubb, petenis Inggris peringkat ke-21, yang tampil dengan mendapat wild card.
Berrettini berpendapat serupa. ”Di luar masalah poin ranking, Wimbledon telah menciptakan rekor hadiah. Ini membuat banyak pemain tetap ingin main. Apalagi, Wimbledon menjadi turnamen terpenting bagi petenis,” katanya. (ap)