Setelah Indonesia Masters, kemampuan pebulu tangkis Indonesia akan diuji pada turnamen berikutnya dengan level lebih tinggi, Indonesia Terbuka. Pemain muda diharapkan tampil lebih menonjol dibandingkan senior.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satu gelar juara dari nomor ganda putra didapat Indonesia dari Daihatsu Indonesia Masters, ajang pertama dari dua kejuaraan bulu tangkis di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, dalam dua pekan ber. Menghadapi persaingan lebih ketat pada East Ventures Indonesia Terbuka, pemain muda ditargetkan bisa tampil lebih menonjol.
Gelar juara tersebut didapat dari Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto setelah menang atas Liang Wei Keng/Wang Chang, 21-10, 21-17, pada final yang berlangsung Minggu (12/6/2022). Wakil tuan rumah lain yang tampil di final, yaitu Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mengimbangi ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Apriyani/Fadia kalah 18-21, 12-21.
Selain dari Chen/Jia, China juga mendapat gelar juara dari tunggal putri, Chen Yu Fei, dan ganda campuran, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong. Adapun pada tunggal putra, Viktor Axelsen tampil dominan saat berhadapan dengan Chou Tien Chen. Tunggal putra nomor satu dunia itu menang 21-10, 21-12.
Fajar/Rian menjadi salah satu dari tujuh ganda putra Indonesia yang tampil di Indonesia Masters, turnamen berlevel BWF World Tour Super 500. Hasil terbaik di antara enam pasangan lain adalah semifinal yang didapat Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Pasangan senior lainnya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, tersingkir pada babak kedua, seperti yang dialami dua ganda putra pelapis pelatnas utama, yaitu Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Adapun Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri tersingkir pada babak pertama.
Mengingat kondisi fisik Marcus yang masih berada dalam tahap pemulihan setelah menjalani operasi engkel kiri, pada April, pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi tak menetapkan target tinggi kepada mereka. Indonesia Masters hanya dijadikan tahap percobaan untuk mengukur kondisi Marcus dalam pertandingan dengan intensitas persaingan tinggi.
Maka, Herry pun tak berharap banyak kepada ganda putra nomor satu dunia itu pada turnamen berikutnya dengan level lebih tinggi, yaitu Indonesia Terbuka super 1000, 14-19 Juni. Dia menginginkan agar Fajar/Rian dan ”adik-adik” mereka bisa tampil lebih menonjol.
Harapan untuk Indonesia Terbuka adalah pasangan muda karena merekalah yang menjadi penerus Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan.
”Harapan untuk Indonesia Terbuka adalah pasangan muda karena merekalah yang menjadi penerus Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan,” kata Herry.
Berdasarkan calon lawan dalam undian, pasangan-pasangan muda yang diandalkan Herry seharusnya bisa memenangi babak pertama. Fajar/Rian akan berhadapan dengan Goh Sze Fei/Nur Izuddin (Malaysia).
Juara All England, Bagas/Fikri, akan melawan Alexander Dunn/Adam Hall (Skotlandia), Leo/Daniel melawan Fabien Delrue/William Villeger, sementara Pramudya/Yeremia berhadapan dengan Ben Lane/Sean Vendy. Tantangan berat, yaitu melawan pasangan unggulan, akan dihadapi pada babak kedua.
”Kami senang bisa konsisten sejak Swiss Terbuka dan akan berusaha mempertahankannya pada Indonesia Terbuka. Setelah hari ini, kami bukan juara lagi karena akan menghadapi tantangan lain dalam dua hari ke depan,” kata Fajar.
Mengenai kondisi Marcus yang belum pulih, Herry akan bertanya kepada Kevin/Marcus apakah akan meneruskan penampilan ke Indonesia Terbuka atau tidak. ”Biasanya, sih, mereka tetap punya keinginan untuk main karena memang tidak gampang menyerah,” kata Herry.
PR Apriyani/Fadia
Meski mensyukuri hasil final Indonesia Masters, Apriyani/Fadia mengevaluasi bahwa mereka memiliki banyak pekerjaan rumah untuk Indonesia Terbuka. Apalagi, persaingan akan lebih berat dengan kehadiran pasangan top dunia yang absen di Indonesia Masters, yaitu Kim So-yeong/Kong Hee-yong, serta dua pasangan Jepang, Nami Matsuyama/Chiharu Shida dan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
”Di Indonesia Masters, kami belajar bahwa kami harus meningkatkan pola permainan, apalagi kalau sudah melawan pasangan peringkat lima besar dunia. Kami tidak puas dengan performa di sini dan masih harus banyak bekerja keras,” kata Apriyani.
Fadia, yang untuk pertama kalinya merasakan tampil pada final turnamen Super 500, mendapat lebih banyak pelajaran. Dia harus meningkatkan kualitas permainan karena pasangan elite dunia memiliki kualitas pukulan konsisten.
”Saat memukul, mereka tahu tujuan mengarahkan bola untuk apa. Mereka juga bisa dengan cepat membantu partner saat partnernya itu diserang. Level pemain dunia seperti itu. Jadi, saya harus mendorong diri sendiri untuk latihan ekstra, enggak mau puas dengan hasil ini karena ini baru awal,” katanya.