Prinsip fokus ”meraih satu poin demi satu poin” bukanlah omong kosong dalam olahraga. Berkat keteguhan pada prinsip itu, ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti memenangi babak kedua Indonesia Masters.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Selama pertandingan belum selesai, upaya untuk mendapatkan poin demi poin tidak boleh berhenti. Prinsip itu dipegang ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, saat tampil pada babak kedua turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters.
Ditambah dukungan penonton, dengan teriakan yang memekakkan telinga di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (9/6/2022), Apriyani/Fadia mengalahkan Vivian Hoo/Lim Chiew Sien (Malaysia), 21-17, 21-19. Kemenangan itu didapat Apriyani/Fadia setelah tertinggal 3-12, 6-15, hingga 15-19, pada gim kedua pertandingan itu.
Dalam posisi tertinggal jauh, meskipun masih ada gim ketiga, Apriyani/Fadia tidak ingin melepas gim tersebut. Prinsip ”satu poin demi satu poin” tidak sekadar teori. Apriyani mengingatkan hal itu kepada Fadia.
”Fadia sudah mengerti apa yang saya maksud. Kami akhirnya bisa mendapatkan satu poin demi satu poin dengan saling berkomunikasi dan mengembalikan fokus,” kata Apriyani.
Berbeda ketika berpasangan dengan Greysia Polii, kali ini Apriyani berperan sebagai pemain yang lebih senior. Ia harus membimbing Fadia. Maka, Apriyani membuka diri pada rekannya itu. ”Dia boleh segan ke saya, tetapi tidak boleh untuk takut berpendapat. Saya akan menerima apa pun pendapatnya,” kata Apriyani.
Tidak heran, peraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 bersama Greysia itu bahkan meminta Fadia tetap menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers. Padahal, Apriyani sendiri telah menjawabnya.
Dengan cara berkomunikasi yang terbuka, Fadia tak sungkan mengingatkan Apriyani agar tidak bermain terburu-buru saat skor 19-19. ”Apalagi, suasana di stadion meriah dengan teriakan ’habisin, habisin!’. Kami tak boleh terbawa suasana, harus fokus ke diri sendiri,” kata Fadia.
Apriyani pun bersyukur mereka bisa keluar dari tekanan setelah kehilangan fokus pada gim kedua. Hal itu, menurut dia, terjadi karena mereka kesulitan membalikkan posisi tersebut saat bertahan. ”Akhirnya, kami sekadar memukul, tidak jelas target pukulannya untuk apa,” kata pemain berusia 24 tahun itu.
Setelah bisa mengatasi tekanan seperti yang dihadapi pada babak kedua dengan baik, mereka selanjutnya akan menghadapi tes lebih berat pada perempat final, yaitu melawan ganda putri peringkat kedua dunia, Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan).
Tes tahap kedua
Menurut Eng Hian, pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Indonesia, laga melawan pemain peringkat sepuluh besar dunia menjadi tes tahap kedua untuk salah satu ganda putri baru tersebut. Apriyani dan Fadia dipasangkan seiring bakal pensiunnya Greysia.
Selain mereka, ada Ribka Sugiarto/Febby Valencia Dwijayanti Gani. Mereka memenangi babak kedua saat melawan sesama pasangan Indonesia, Melani Mamahit/Tryola Nadia, 21-10, 21-12. Pada perempat final, Ribka/Febby akan menghadapi ganda Korsel lainnya, Jeong Na-eun/Kim Hye-jeong.
Apriyani/Fadia memiliki bekal menjadi pemain top dunia. Keduanya memiliki motivasi, semangat, kedisiplinan, dan target dalam menjalani profesi sebagai pebulu tangkis. Dari sisi teknis, mereka bisa saling beradaptasi dengan karakter permainan rekannya.
Tes tahap pertama pada masa awal dipasangkan telah mereka lewat saat tampil pada SEA Games Vietnam 2021. Pelatih menargetkan mereka berkomunikasi dengan baik, menjalankan pola main di lapangan, dan beradaptasi ketika diperlukan. Apriyani/Fadia menjalaninya dengan hasil medali emas, sementara Ribka/Febby terhenti di babak perempat final.
Meski belum bisa bertemu banyak pasangan peringkat sepuluh besar dunia, karena baru tampil di SEA Games, Eng Hian mengatakan, Apriyani/Fadia memiliki bekal menjadi pemain top dunia. Keduanya memiliki motivasi, semangat, kedisiplinan, dan target dalam menjalani profesi sebagai pebulu tangkis. Dari sisi teknis, mereka bisa saling beradaptasi dengan karakter permainan rekannya.
Eng Hian pun berharap dua ganda putri baru itu akan berpartner untuk jangka panjang. Apalagi, semua atlet bulu tangkis akan dihadapkan pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024, yaitu mulai 2023.
Atas dasar itu, mantan pemain ganda putra tersebut berharap, pemain-pemainnya, terutama Apriyani/Fadia, bisa menaikkan level permainan hingga bisa memenuhi target tahap kedua. Target itu adalah mengalahkan pemain-pemain peringkat 10 besar dunia.
Mereka pernah melakukannya ketika mengalahkan ganda putri peringkat kedelapan dunia, Jongkolphan Kittitharakul/Rawinda Prajongjai (Thailand) pada perempat final. ”Setelah mencapai target itu, tahap selanjutnya juara. Tentu tidak ditargetkan untuk terus-terusan juara. Tetapi, dengan juara, artinya level kemampuan mereka meningkat,” tutur Eng Hian.
Ketat di ganda putra
Pada ganda putra, persaingan berlangsung ketat. Kondisi itu membuat jalan ataupun hasil pertandingan tak ditentukan oleh peringkat dunia dan status unggulan. Unggulan kedua, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, misalnya, tersingkir pada babak kedua setelah kalah dari Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae (Korea Selatan), 19-21, 21-18, 19-21.
Meski Kang/Seo hanya berperingkat ke-75 dunia, mereka memiliki tipe permainan seperti ganda putra Korea Selatan lainnya, yaitu ulet dan cepat. Bersama partner sebelumnya, Choi Sol-gyu, Seo pernah menempati peringkat ketujuh dunia pada 2019. Kemenangan atas Hendra/Ahsan pun bukan yang pertama bagi Kang/Seo. Mereka sebelumnya memenangi pertemuan pertama yang terjadi pada semifinal Korea Terbuka, April lalu.
Selain kekalahan Hendra/Ahsan, ketatnya persaingan ganda putra ditandai dengan lolosnya dua pasangan China berstatus pemain kualifikasi ke perempat final. Mereka adalah He Ji Ting/Zhou Hao Dong, yang akan menjadi lawan Kang/Seo, dan Liang Wei Keng/Wang Chang yang akan berhadapan dengan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia).
Seperti dikatakan pemain ganda putra Indonesia, Fajar Alfian, kemampuan pemain-pemain ganda putra, terutama pada peringkat 20 besar dunia, berada pada posisi setara. Untuk itu, persaingan di Indonesia Masters pun berlangsung ketat. ”Namun, pemain Indonesia diuntungkan karena mendapat dukungan dari suporter. Itu harus dijadikan motivasi, bukan beban,” ujar Fajar.
Fajar, yang berpasangan dengan Muhammad Rian Ardianto, akan melawan Lee Yang/Wang Chi Lin pada perempat final. Pada babak kedua, Fajar/Rian mengalahkan rekan senegaranya, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, 16-21, 21-17, 21-13.