Daihatsu Indonesia Masters 2022 memberi berkah terselubung kepada sejumlah pebulu tangkis ganda putri debutan Indonesia. Banyak pelajaran berharga yang bisa mereka petik saat berhadapan dengan pebulu tangkis elite dunia.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menghadapi pebulu tangkis terbaik dunia di babak awal bukanlah sebuah kemalangan. Kesempatan itu justru menjadi berkah terselubung bagi pasangan ganda putri Indonesia yang baru menjajal turnamen BWF World Tour. Kendati harus terhenti lebih cepat, mereka merasa beruntung bisa memetik pelajaran berharga saat menghadapi lawan-lawan kuat di Daihatsu Indonesia Masters 2022.
Pelajaran berharga itu diperoleh ganda putri asal klub Mutiara Cardinal, Bandung, Arlya Nabila Thesa Munggaran/Agnia Sri Rahayu. Tampil di Indonesia Masters dari babak kualifikasi, Arlya/Agnia melampaui ekspektasi hingga mampu menembus 16 besar. Raihan itu diperoleh saat mereka baru empat bulan dipasangkan.
Indonesia Masters juga menjadi turnamen BWF World Tour pertama yang mereka ikuti. Agnia tidak menyangka bisa mendapat kesempatan tampil langsung pada turnamen berlevel Super 500 tanpa pernah mengikuti Super 100 atau Super 300 sebelumnya. Kesempatan menjajal Indonesia Masters datang karena ada beberapa pebulu tangkis yang mengundurkan diri.
Berjuang dari babak kualifikasi, Arlya/Agnia melaju mulus hingga babak 32 besar. Di sana mereka bertemu wakil Malaysia berperingkat 75 dunia, Low Yeen Yuan/Valeree Siow. Arlya/Agnia, yang belum memiliki ranking dunia, di luar dugaan mampu mengatasi Low/Valeree dengan skor 21-18 dan 21-16.
Ujian mereka selanjutnya, di babak 16 besar, lantas datang dari pasangan China, Liu Xuan Xuan/Xia Yu Ting, Kamis (9/6/2022). Menghadapi pasangan berperingkat 22 dunia itu, Arlya/Agnia memberikan perlawanan yang cukup sengit dengan gigih mengejar bola. Meski sudah melawan sekuat tenaga, kualitas mereka masih kalah jauh dari Liu/Xia. Gim pertama pun ditutup dengan keunggulan Liu/Xia, 21-7.
Arlya/Agnia tetap tertekan di gim kedua. Akan tetapi, mereka tampil dengan penuh semangat juang serta gigih mengejar bola. Kegigihan itu berbuah poin demi poin yang lahir dari kesalahan pasangan China dalam mengembalikan bola. Meski begitu, Liu/Xia mampu merebut gim kedua dengan skor 21-13, sekaligus mengakhiri laga.
Pelajaran berharga
Walau kalah, Arlya/Agnia merasa senang bisa menjajal kemampuan pebulu tangkis yang levelnya jauh di atas mereka. Menurut Arlya, ada banyak pelajaran berharga yang ia petik dari pengalaman berhadapan dengan pebulu tangkis papan atas dunia. Dari Liu/Xia, Arlya/Agnia belajar soal kecepatan, ketenangan, dan mental, yang harus dimiliki seorang pebulu tangkis. Semua itu menjadi bahan pelajaran dan evaluasi bagi mereka.
"Pengalaman yang langka sekali bisa melawan pebulu tangkis peringkat 22 dunia. Baru pertama kali saya main di pertandingan dunia dan langsung Super 500. Itu suatu kebanggaan, apalagi bisa sampai 16 besar," kata Arlya di Istora Senayan, Jakarta.
Berhadapan dengan pebulu tangkis dunia, kata Agnia, juga menyibak kelemahan yang sangat perlu perbaiki, yaitu kekuatan pukulan. Kelemahan itu belum tentu bisa mereka ketahui bila tidak berhadapan dengan lawan yang lebih kuat.
"Kami jadi lebih mau meningkatkan power karena kuat di bertahan. Tapi, saat menyerang balik, belum bisa membunuh lawan," kata Agnia.
Lantaran baru pertama kali mencicipi turnamen dunia, pelatih tidak membebani Arlya/Agnia dengan target khusus. Hal itu membuat mereka bisa tampil lepas. Meski begitu, mental Arlya/Agnia belum cukup matang sehingga mereka merasa gugup saat tampil pertama kali di Istora Senayan, terutama saat bertanding di babak kualifikasi. Setelah itu, lambat laun, mereka mulai terbiasa dengan suasana hingga mampu menjungkalkan pasangan Malaysia di babak 32 besar.
Mereka merasa beruntung bisa berhadapan langsung dengan pasangan yang biasa mereka saksikan di televisi. Meilysa/Rachel bahkan mengidolakan Chen/Jia yang saat ini merupakan ganda putri ranking satu dunia.
Pengalaman serupa juga diperoleh ganda putri Indonesia Meilysa Trias Puspita Sari/Rachel Allessya Rose yang tumbang di babak 16 besar dari juara Kejuaraan Asia 2022 asal China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Meilysa/Rachel takluk dua gim langsung 21-9 dan 21-16. Indonesia Masters kali ini menjadi turnamen BWF World Tour pertama bagi ganda putri pelapis di pelatnas itu.
Maka dari itu, bertanding dengan Chen/Jia memberi banyak pengalaman berharga bagi Meilysa/Rachel. Mereka merasa beruntung bisa berhadapan langsung dengan pasangan yang biasa mereka saksikan di televisi. Meilysa/Rachel bahkan mengidolakan Chen/Jia yang saat ini merupakan ganda putri ranking satu dunia.
"Dari cara main saja mereka berbeda dengan pasangan lain. Tenaga, kekuatan pukulan, kecepatan, dan stamina, nyaris sempurna. Kami harus bersusah payah demi mendapatkan satu poin lawan mereka," kata Meilysa.
Menyusul Arlya/Agnia dan Meilysa/Rachel, ganda putri Indonesia lainnya, Anisanaya Kamila/Az Zahra Ditya Ramadhani, juga tersingkir di babak 16 besar dari pasangan unggulan kedelapan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai, 21-6 dan 21-15, dalam laga yang berlangsung selama 34 menit.