Adu pembuktian dua penyerang terbaik akan tercipta pada final Liga Champions di Paris. Mohamed Salah dan Karim Benzema punya misi pribadi demi membawa tim masing-masing menduduki takhta Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
PARIS, JUMAT — Mohamed Salah dan Karim Benzema membawa tekad masing-masing dalam duel Liverpool melawan Real Madrid pada final Liga Champions Eropa 2021-2022, Minggu (29/5/2022) pukul 02.00 WIB, di Stadion Stade de France, Paris, Perancis. Salah ingin mengakhiri nestapa yang telah dirasakannya selama tahun ini dengan menjadikan Liverpool kampiun Eropa, sedangkan Benzema bertekad membuktikan diri sebagai pembawa keberuntungan baru bagi ”Los Blancos”.
Bagi Salah, tahun 2022 penuh perasaan manis dan pahit. Ia memang telah mempersembahkan trofi Piala Liga Inggris dan Piala FA untuk ”Si Merah”. Namun, ia gagal memenuhi misinya bersama tim nasional Mesir untuk menjadi juara pada pertandingan Piala Afrika 2021 dan meloloskan Mesir sebagai wakil Afrika ke Piala Dunia 2022.
Tak hanya itu, pemain berusia 29 tahun itu juga tidak mendapat pengakuan yang sepadan atas kerja kerasnya di Liga Inggris musim ini.
Catatan 23 gol dan 13 asis yang dihasilkannya memang membawa Salah memuncaki daftar pencetak gol dan pemberi asis, tetapi performa itu gagal membantu Liverpool menjadi juara liga. Ia juga tidak dianugerahi sebagai Pemain Terbaik Musim Ini di Inggris.
Meskipun merasakan kekecewaan dalam sejumlah momen di musim ini, terutama bersama Mesir dan gagal menjadi juara Inggris, Salah menekankan lara yang dirasakannya itu membuat dirinya kian termotivasi memberikan yang terbaik bersama Liverpool.
”Saya selalu berpikir positif dari perasaan kecewa itu. Saya hanya berusaha untuk terus memberikan penampilan yang terbaik. Setelah tidak beruntung di liga, saya fokus sepenuhnya untuk membantu Hendo (Jordan Henderson) untuk mengangkat trofi di Paris,” kata Salah seperti dilansir laman klub.
Ketika mengetahui akan bertemu Real di final Liga Champions musim ini, motivasi pemain kelahiran Nagrig, Mesir, itu untuk meraih trofi semakin besar. Dia pun teringat akan kenangannya pada partai puncak Liga Champions 2018 di Kiev, Ukraina.
Kala itu, Salah diganti pada menit ke-31 akibat cedera punggung setelah kontak fisik dengan Sergio Ramos. Alhasil, ia tidak bisa membantu timnya terhindar dari kekalahan 1-3 dari Los Blancos.
Salah menyebut peristiwa di Kiev sebagai momen terburuk dalam karier profesionalnya. Tidak hanya tidak bisa membantu rekan setimnya di lapangan, Salah juga hanya menyaksikan sisa pertandingan itu dari rumah sakit.
”Saya sangat termotivasi, motivasi yang melampaui langit. Saya pikir setelah apa yang terjadi menghadapi (Real) Madrid sebelumnya dan juga di Liga Inggris musim ini, semua orang (di Liverpool) termotivasi untuk memenangi Liga Champions,” ucapnya.
Manajer Liverpool Juergen Klopp memahami dengan baik motivasi besar yang menghinggapi Salah. Menurut Klopp, Liverpool diliputi banyak ketidakberuntungan di final 2018, mulai dari cara mereka kebobolan hingga cedera Salah.
”Saya mengerti apa yang dikatakan Salah bahwa ia ingin momen yang lebih baik kali ini. Di Jerman, kami percaya bahwa setiap peristiwa bisa terjadi dua kali di dalam hidup. Jadi, ketika kesempatan itu datang, kami tidak ingin berpikir untuk balas dendam, tetapi berusaha untuk bersikap lebih baik dibandingkan dengan momen pertama,” tutur Klopp.
Bayang-bayang Ronaldo
Benzema menjadikan final di Paris sebagai momentumnya untuk menciptakan legasi sendiri bagi Real. Benzema memang telah mempersembahkan empat trofi ”Si Kuping Besar” untuk Los Blancos, tetapi ia dianggap bukan aktor utama dari raihan trofi itu.
Saya sangat termotivasi, motivasi yang melampaui langit.
Dalam empat momen itu, Benzema berada di bawah bayang-bayang Cristiano Ronaldo yang menjadi sumber gol utama Real. Pada periode 2009 hingga 2018, pemain berjuluk ”CR7” itu menghasilkan 105 gol dari 101 penampilan bersama Real di Liga Champions.
Pada musim ini, Benzema memiliki kesempatan terbaik untuk keluar dari bayang-bayang sahabatnya itu. Hingga babak semifinal, penyerang berusia 34 tahun itu telah mencetak 10 gol di fase gugur, yang membantu Real tampil di partai puncak.
Benzema hanya butuh satu gol lagi untuk menjadi pemain dengan gol terbanyak di fase gugur Liga Champions. Rekor itu dipegang Ronaldo dengan catatan 10 gol.
Adapun untuk memecahkan rekor gol terbanyak dalam satu musim kompetisi antarklub terbaik Eropa itu, Benzema butuh mencetak tiga gol di laga final. Dengan catatan 15 gol dari 11 penampilan sejak fase grup, pemain kelahiran Lyon, Perancis, itu masih tertinggal dari koleksi 17 gol Ronaldo pada musim 2013-2014.
”Rekor akan selalu eksis dan mereka hadir untuk dipecahkan. Bagi saya, yang terpenting adalah memberikan kemampuan terbaik dan membantu tim menang. Mencetak gol dan membuat asis memang penting, tetapi yang paling utama adalah masuk ke lapangan dan memenangi pertandingan,” tutur Benzema kepada UEFA.com.
Dengan mempersembahkan gelar Liga Champions musim ini, Benzema juga akan masuk dalam buku sejarah Real. Ia akan menyamai tiga legenda Real, seperti Alfredo Di Stefano dan Jose Maria Zarraga yang telah memenangi lima trofi ”Si Kuping Besar” bersama Los Blancos.
Selain Benzema, capaian itu juga berpeluang didapatkan Gareth Bale, Dani Carvajal, Luka Modric, Isco, dan Marcelo.
”Saya ingin membuat sejarah bagi klub ini sebelum menyelesaikan karier sepak bola saya. Tentu, mimpi saya untuk memenangi lagi Liga Champions,” katanya.
Tidak hanya Benzema, Pelatih Real Carlo Ancelotti juga mengejar rekor baru. Ia berpeluang meraih gelar Liga Champions keempat sebagai juru taktik.
Satu gelar lagi akan membuat Ancelotti sebagai pelatih dengan trofi Liga Champions terbanyak. Ia akan meninggalkan Bob Paisley dan Zinedine Zidane yang meraih tiga gelar kompetisi antarjuara Eropa itu.
Ancelotti menyatakan, dirinya memiliki antusiasme besar jelang penampilan kelima di final Liga Champions. Dalam empat kesempatan sebelumnya, ia hanya menderita satu kekalahan ketika melatih AC Milan dan tumbang dari Liverpool pada final Liga Champions 2004-2005.
”Menjuarai (Liga Champions) ini seperti Anda telah memenangi kompetisi paling penting sehingga Anda akan merasa telah mengerjakan tugas dengan baik selama satu musim,” kata Ancelotti. (REUTERS)