Jiwa Pelindung Sang Ayah Terpanggil sampai Vietnam
Sosok ayah, dibandingkan ibu, sering kali terlupakan dalam hal kasih sayang orangtua terhadap anak. SEA Games Vietnam 2021 menjadi pengingat betapa besarnya jiwa pelindung para ayah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Gora Nebulana (45), berdiri dengan wajah khawatir di dalam ruang pemanasan atlet wushu, Cau Giay Gymnasium, Hanoi Vietnam, pada Minggu (15/5/2022). Dia mendampingi sang anak yang merupakan atlet wushu nasional, Zoura Nebulani (18). Engkel kaki Zoura sedang dirawat setelah penampilan di nomor changquan atau tangan kosong.
Zoura yang sudah cedera robek otot tendon sebelum tampil, mendapatkan cedera baru. Engkelnya terkilir karena beban lebih yang dialihkan dari lutut. Juara dunia yunior wushu itu tidak mau membebani lututnya sejak penampilan hari pertama, Jumat lalu.
"Saya datang ke sini karena khawatir dengan Zoura. Lututnya yang sudah cedera kena lagi seminggu sebelum ke Vietnam. Jadi saya mendadak berangkat. Langsung beli tiket empat hari lalu. Padahal, tidak ada rencana ke sini," ucap Gora yang merupakan mantan atlet wushu pada era 1990-an.
Bagi para pewushu, cedera sudah menjadi konsekuensi yang sulit dihindari. Setiap gerakan akrobatik mereka selalu bertumpu di engkel dan lutut. Dua titik itu pun menjadi sangat rawan cedera karena tugas berlebih. Cedera itu bisa mengancam karier mereka kapan saja.
Gora yang melatih Zoura sejak usia 3 tahun, tidak mau hal buruk menimpa sang anak. Apalagi, dia pensiun dari dunia wushu juga karena cedera. Mimpinya meraih emas di SEA Games berakhir akibat cedera tersebut.
Sang ayah pun datang untuk menjaga anaknya. Dia selalu mengingatkan Zoura agar tidak memaksakan kondisinya. "Jangan sampai dia kenapa-kenapa karena kariernya masih panjang. Kalau dipaksakan, tetapi berhenti di sini, kan, sayang," jelas Gora, yang memiliki padepokan wushu terbesar di Indonesia, Harmony Wushu.
Namun, Zoura yang mewarisi darah pejuang dan mimpi dari sang ayah, tidak mau menyerah begitu saja. Di tengah cedera, dia tetap menampilkan performa sebaik-baiknya. Dia tetap melakukan gerakan akrobatik seperti salto serta melompat dan mendarat dengan satu kaki.
Saya datang ke sini karena khawatir dengan Zoura. Lututnya yang sudah cedera kena lagi seminggu sebelum ke Vietnam. (Gora Nebulana)
"Tadi karena lutut tidak bisa tahan di satu gerakan wajib, jadi ditahan pake engkel. Jadi cedera engkelnya. Namun, aku tidak mau berhenti juga. Aku, kan, membela Merah Putih, masa menyerah begitu saja di tengah penampilan," ucap Zoura yang merupakan peraih emas PON Papua 2021.
Hanya saja, atlet debutan ini belum beruntung karena menempati peringkat ke-4 dalam nomor changquan. Dengan cedera yang membebani langkahnya, Zoura hanya berselisih satu peringkat untuk menyumbang medali ke kontingen "Merah Putih".
Meskipun tidak meraih medali, ayah dan anak itu sama-sama bisa pulang dengan bahagia. Zoura telah menepati janji untuk tampil maksimal dalam debutnya. Sementara Gora bisa membawa sang anak pulang tanpa cedera parah.
Kecemasan juga terlihat jelas dari raut wajah Utu Solihin (55) di Quan Ngua Gymnasium, Hanoi, Vietnam, pada Sabtu. Lelaki itu sedang mendampingi sang anak yang merupakan pesenam nasional Rifda Irfanaluthfi, menunggu hasil final nomor all-around atau individu keseluruhan.
Sekitar sejam berlalu setelah lomba usai, hasil belum juga keluar. Sampai akhirnya, layar raksasa di atas arena menampilkan hasil pemenang all-around. Di peringkat pertama, terpampang nama Rifda. Suasana yang semula tegang akhirnya berubah menjadi haru.
Rifda memeluk Utu dengan sangat erat selama kurang lebih setengah menit. "Ratu Senam" Asia Tenggara ini menyandarkan wajahnya ke bahu sang ayah. Dia seolah mengucapkan terima kasih kepada Utu yang datang jauh-jauh dari Jakarta, dan mendampingi hingga Vietnam.
Setelah itu, Utu langsung bersujud. Dia mencium lantai Quan Ngua Gymnasium sebanyak dua kali. Lalu, dia berdoa mengucapkan syukur dalam posisi bersujud. Utu masih merasakan haru campur bahagia, meskipun Rifda telah berkali-kali meraih medali di SEA Games.
Rifda mengaku tidak tahu bagaimana bisa meraih emas itu. Dari empat gelaran SEA Games, dia baru sekali meraih emas di nomor all-around. Apalagi, dia berlomba dengan cedera retak tulang kering kiri dan harus melawan wakil Filipina yang merupakan mantan atlet tim Amerika Serikat, Aleah Finnegan.
Rifda merasa kehadiran sang ayah, juga ibu, menjadi salah satu pendorong terbesarnya. Setelah selesai lomba, dia langsung mencari sang ayah di tribune penonton. Dia ingin segera menyapa sang ayah yang datang jauh-jauh demi mendukungnya. "Rifda juga tidak tahu ya (kenapa bisa emas), dengan semua persiapan yang terbatas karena cedera. Mungkin karena doa orangtua (ayah dan ibu) juga pelatih," ucapnya.
Menurut Utu, tidak ada yang lebih indah di dunia ini selain melihat anaknya sukses dan bahagia. “Saya selalu tegang saat pengumuman walaupun sudah menonton Rifda berkali-kali. Mungkin karena saya ingin melihat dia berhasil. Apalagi saya tahu usaha yang dicurahkannya selama ini seperti apa,” ucapnya. Seperti Utu dan Gora, begitulah cinta ayah kepada sang anak. Sering kali, cinta itu tidak terlihat begitu jelas. Akan tetapi, jangan pernah meragukan dalamnya rasa cinta itu. Dalamnya laut pun mungkin tidak cukup untuk mengukur hal tersebut.