Rifda menasbihkan dirinya sebagai ”Ratu Senam" Asia Tenggara saat semua hal tidak berpihak kepadanya. Pesenam yang masih bermimpi tampil di Olimpiade itu menyabet medali emas ”all-around” pertama dalam kariernya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
HANOI, KOMPAS — SEA Games Vietnam 2021 membuktikan, hanya langit yang menjadi batasan pesenam artistik Indonesia, Rifda Irfanaluthfi (22). Di tengah segala tantangan, mulai dari cedera, minim persiapan, dan lawan yang juga mantan pesenam tim Amerika Serikat, Rifda meraih emas all-around pertama dalam kariernya. Dengan program tepat, jalan Rifda menjadi pesenam olimpian pertama Indonesia terbuka lebar.
Suasana tegang menyelimuti salah satu sudut di Quan Ngua Gymnasium, Hanoi, Vietnam, tempat berlangsungnya final all-around senam pada Sabtu (14/5/2022). Sudut itu dipenuhi kontingen Indonesia. Rifda, pelatih tim putri Eva Novalina Butar Butar, manajer tim Dian Arifin, Ketua Kontingen Indonesia Ferry Kono, dan orangtua Rifda tampak tegang.
Sekitar sejam berlalu setelah pertandingan itu usai, daftar pemenang belum keluar. Eva dan Dian bolak-balik ke meja juri untuk meminta hasil akhir penilaian. Sementara Rifda hanya bisa menunggu dengan cemas. Kecemasan itu hilang setelah layar raksasa di arena menampilkan hasil akhir all-around.
”Yeah!”, bunyi teriakan dari sudut arena itu yang berisi tim Indonesia. Dengan air mata berlinang, Rifda langsung memeluk erat Eva, lalu orangtuanya. Tak lupa pula dia bersujud syukur. Ayahnya, yang datang dari Jakarta, ikut bersimpuh. Suasana tegang pun tiba-tiba hilang, berganti menjadi haru.
Rifda, dalam penampilan keempatnya di SEA Games, memenangi nomor individu all-around untuk kali pertama. Dia meraih nilai 49.650 dari penampilan alat, mengalahkan wakil Filipina yang merupakan mantan pesenam AS, Aleah Finnegan (nilai 49.250).
”Ini pengumuman yang paling menegangkan karena keluar hasilnya sangat lama. Tadi, di vault (meja lompat), juga tidak keluar nilainya. Jadi, tidak bisa membandingkan dengan nilai lawan lain,” ucap Rifda.
Masalah cedera
Ia kesulitan menjelaskan rahasia bisa meraih emas all-around pertamanya justru ketika banyak masalah tengah menghalanginya. Dia tampil dengan cedera retak tulang kering kiri dan bahu. Akibat cedera itu, persiapan efektif dari atlet DKI Jakarta itu kurang dari dua bulan. Selain itu, lawannya merupakan pesenam top jebolan tim nasional AS.
Bagi Rifda, Vietnam 2021 merupakan SEA Games terakhirnya. Namun, dia belum ingin pensiun. Sang ”Ratu Senam” Asia Tenggara masih bermimpi lolos ke Olimpiade Paris 2024.
”Rifda juga enggak tahu, ya. Mungkin, ini juga berkat doa Rifda, orangtua, dan pelatih. Rifda beruntung karena latihan belum semaksimal biasanya. Apalagi, belum pernah bertemu lawan (Finnegan) sebelumnya,” ujarnya kemudian.
Rifda tampil konsisten di semua alat, yaitu meja lompat, palang bertingkat, senam lantai, dan balok keseimbangan. Dia melakukan kesalahan kecil di senam lantai dan balok keseimbangan, tetapi tidak sampai terjatuh. Adapun rival terberatnya, Finnegan, sempat terjatuh di gerakan senam lantai. Perbedaan itulah yang membuat Rifda berjaya.
”Dia (Rifda) luar biasa. Saya sempat berlatih bersamanya sebelum bertanding. Di situ, dia terlihat sangat fokus, penuh dedikasi, dan konsisten. Dia sangat pantas mendapatkan emas itu. Saya ikut bangga untuknya. Dia veteran di sini, sementara saya pendatang baru,” ungkap Finnegan yang juga sempat berlatih dengan peraih emas Olimpiade Tokyo, Sunisa Lee.
Menuju Olimpiade
Bagi Rifda, Vietnam 2021 merupakan SEA Games terakhirnya. Senam artistik putri kemungkinan besar tidak dimainkan di Kamboja pada edisi tahun depan. Namun, dia belum ingin pensiun. Sang ”Ratu Senam” Asia Tenggara masih bermimpi lolos ke Olimpiade Paris 2024.
”Dari dulu punya kemauan dan target. Tetapi, saat menggebu-gebu, belum ada dukungan dari banyak pihak, seperti misalnya kesempatan untuk pemusatan latihan ke luar negeri. Padahal, kalau ingin fokus, seharusnya ada pemusatan latihan jangka panjang,” ujar Rifda yang meraih medali perak di Asian Games Jakarta-Palembang 2018 silam.
Padahal, menurut Eva, anak asuhnya itu punya kesempatan lolos ke Olimpiade. Namun, Rifda butuh mengikuti program pemusatan latihan di Eropa. Di sana mereka akan membenahi teknik gerakan sang pesenam. Sebagai cabang prioritas Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) sudah seharusnya senam mendapatkan program yang layak untuk pembinaan atlet.
Namun, sebelum persiapan ke ajang selanjutnya, Rifda akan menjalani pemulihan cedera terlebih dulu. Pemulihan itu butuh waktu sekitar setengah tahun. ”Baru akhir tahun nanti kami akan memulai lagi program untuk dia,” ujar Eva.
Kiprah Rifda di Vietnam belum akan berhenti. Dia masih akan menjalani final di empat alat. Mengingat pengalaman dan penampilan bagusnya, kemarin, bukan tidak mungkin Rifda akan menambah lagi pundi-pundi medali untuk Indonesia.