Bagi para atlet debutan Indonesia, SEA Games Vietnam 2021 terasa seperti kolam suci. Mereka akan masuk kolam itu dan berjuang untuk menasbihkan diri jadi bintang masa depan sesungguhnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Bagai mimpi pada siang bolong. Begitulah dunia yang dijalani perenang nasional berbakat, Joe Aditya Kurniawan (21). Dia tak menyangka karier di dunia renang melesat begitu cepat dalam rentang setengah tahun, dari bintang baru di PON Papua 2021 hingga jadi andalan di SEA Games nanti.
Masih lekat dalam ingatan Joe ketika dirinya bertarung sengit dengan sang mentor yang merupakan perenang veteran Triady Fauzi Sidiq di PON. Dalam nomor 100 meter gaya bebas, dia yang meraih perak hanya kalah 0,04 detik dari Triady Fauzi.
Pertarungan itu menjadi panggung pergantian sebuah era. Triady pensiun dari pemusatan latihan nasional seusai PON. Joe, debutan paling bersinar di Papua dengan raihan tiga emas, enam perak, dan dua perunggu, kini menjadi suksesor sang senior.
"Sebelum PON kami masih sempat berlatih bersama di Pelatnas. Oleh karena itu, waktu (Triady) pensiun saya sebenarnya sedih karena seharusnya bisa belajar banyak di SEA Games nanti," kata Joe.
Namun, kesedihan itu tidak sebanding dengan gelora antusiasmenya. Joe tidak pernah mengikuti kejuaraan di luar Indonesia. Atlet jangkung ini bertekad mencuri pengalaman dari perenang hebat lain.
Joe tidak sabar bersaing dengan idolanya, perenang Singapura Joseph Scooling. Keduanya mungkin bertemu di beberapa nomor, salah satunya 100 meter gaya kupu-kupu. "Saya ingin menjadi seperti dia (Schooling). Dia perenang Asia Tenggara yang bisa dapat emas Olimpiade. Pasti semangat, tetapi juga grogi karena harus lawan idola sendiri," kata atlet asal DKI Jakarta itu.
Menurut tim pelatih renang, Joe merupakan salah satu atlet muda paling gigih di pelatnas. Dia selalu menjalani program berat dari pelatih asing tim renang, Michael Piper, tanpa mengeluh sedikit pun. Kerja keras itulah yang akan dibuktikan di Vietnam nanti.
Menurut Piper, SEA Games nanti akan menjadi ajang terpenting untuk karier Joe. Jika bisa menampilkan performa terbaik, dia akan menemukan percaya diri untuk ajang-ajang selanjutnya. Percaya diri tersebut krusial bagi para perenang muda.
Sorotan juga mengarah kepada lifter debutan Natasya Beteyob (21). Atlet asal Papua ini adalah bintang yang baru terbit di PON Papua lalu. Dia dipanggil masuk ke pelatnas oleh pelatih kepala tim angkat besi Dirdja Wihardja setelah meraih perak kelas 55 kilogram putri.
Kelebihan Natasya, menurut Dirdja, adalah tenaga besar dalam tubuhnya. Dia hanya butuh pengembangan teknik untuk bisa menjadi andalan masa depan Indonesia. "Dia adalah mutiara tersembunyi yang kami temukan di Papua, bisa jadi penerus Lisa Rumbewas pada masa depan," kata Dirdja.
Natasya sedang dalam grafik performa menanjak. Dia sempat gagal lolos PON Jabar 2016. Namun, dia berhasil membalas rasa haus prestasi pada lima tahun setelah itu, di Papua. Sekarang, hasratnya untuk beprestasi lebih besar karena telah ditempa di pelantas, bersama para juara seperti lifter langganan Olimpiade, Eko Yuli Irawan.
Namun, lifter asli "Bumi Cendrawasih" ini agak takut menatap debutnya. Dia dinanti peraih emas Olimpiade asal Filipina, Hidilyn Diaz. "Semangat, tetapi grogi juga. Takut tidak bisa memberikan yang terbaik. Apalagi lawannya nanti sangat berat," ucap Natasya.
Di cabang senam artistik, beban berat menghinggapi pundak pesenam bertubuh mungil Ameera Rahmajanni Hariadi, yang baru berusia 16 tahun. Dia menjadi satu-satunya atlet yang akan mendampingi pesenam berpengalaman, Rifda Irfanaluthfi (22). Ameera yang baru memasuki usia senior di senam tahun ini, masih sangat minim pengalaman.
Jangankan level internasional, dia bahkan tidak mengikuti PON Papua karena usianya belum cukup. Dia masih berada di usia yunior. Beban bertambah berat karena cabang senam sedang mencari "ratu" baru.
Rifda yang dijuluki "ratu senam Indonesia" menyampaikan ajang di Vietnam akan menjadi SEA Games terakhirnya. Namun, Ameera tidak mau terlalu tenggelam dalam beban. Dia lebih mensyukuri kesempatan untuk bisa tampil di SEA Games pertamanya.
"Grogi pasti ada, tetapi karena diberi kesempatan harus lakukan yang terbaik. Aku ingin memanfaatkan sebaik mungkin tampil bersama kak Rifda. Dia idolaku sejak dulu," kata Ameera.
Aku ingin memanfaatkan sebaik mungkin tampil bersama kak Rifda. Dia idolaku sejak dulu. (Ameera Rahmajanni Hariadi)
Joe, Ameera, dan Natasya hanyalah tiga dari sekian banyak atlet debutan dalam kontingen Indonesia. Mereka sama-sama datang dengan satu tujuan, menyumbang prestasi untuk Indonesia dan juga melecut karier mereka sendiri. Adapun SEA Games dijadikan sebagai batu loncatan. menuju ajang yang lebih tinggi, seperti Asian Games dan Olimpiade.
Oleh karena itu, jika sukses berprestasi di Vietnam nanti, pembinaan para debutan ini patut dikawal terus. Mereka harus mendapat program dan fasilitas sepadan untuk berkembang. Jangan menyia-nyiakan talenta besar itu.
Sebaliknya, jangan terlalu kecewa andai mereka gagal menampilkan performa terbaik. Tidak semua burung langsung bisa terbang luwes pada percobaan pertama. Mereka perlu dievaluasi, lalu diberi kesempatan lagi. Inilah panggung terbaik mereka untuk berhasil dan gagal, mengingat SEA Games hanyalah sasaran antara.