Agassi Goantara tidak takut dengan beban ekspektasi di pundaknya. Bintang muda itu menatap debutnya bersama tim nasional bola basket di SEA Games Vietnam.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Kritik tajam warganet mengarah ke bintang muda tim nasional bola basket Indonesia, Agassi Goantara (22), setelah penampilan kurang optimal pada laga kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023, Februari 2022. Agassi dinilai tidak pantas lagi menjadi pemain mula untuk timnas.
Tak seperti biasanya, mantan pemain Pelita Jaya ini hanya mencetak total tiga poin dalam dua laga lawan Arab Saudi dan Jordania di kualifikasi Piala Dunia 2023, Februrari 2022. Pemain berposisi guard itu total tampil selama 41 menit.
”Jujur, kemarin itu memang aku tampil di bawah ekspektasi. (Ketika dikritik) aku lebih ke introspeksi diri. Melihat ulang gim itu. Apa yang salah, apa yang bisa aku perbaiki di kesempatan selanjutnya,” kata pemain kelahiran 1999 tersebut.
Kritik dalam dunia olahraga adalah hal lumrah. Hal itu adalah wujud kekecewaan yang bermula dari ekspektasi. Meskipun begitu, penilaian itu sering kali kurang adil, tidak obyektif, misalnya saja kepada Agassi.
Rookie of The Year Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2019 itu adalah starter termuda dalam skuad timnas. Sebagai pemain muda, inkonsitensi menjadi bagian yang tak terhindarkan. Di sisi lain, dia juga bukan hanya seorang yang tampil di bawah standar, melainkan juga nyaris seluruh pemain termasuk para veteran.
Ditambah lagi, penurunan performa itu cukup berdasar. Dia sedang menjalani kuliah di Universidad Catolica de Murcia, Spanyol. Di sana, dia memulai karier dengan ikut serta di klub yang bermain di liga level kelima.
Agassi pun absen di IBL 2022 setelah selalu hadir sejak 2019. ”Di klub itu hanya satu pertandingan setiap minggu. Latihannya juga kurang. Jauh dibandingkan dengan ketika aku di Walnut (SMA di Amerika Serikat). Ya begitulah, kan harus mencari nama dulu di Spanyol, jadi mulai dari bawah,” jelas pemain dengan tinggi 1,87 meter ini.
Dari sisi positif, kritik tersebut justru bisa dilihat sebagai pujian terhadapnya. Agassi dianggap sudah setara dengan seniornya di timnas, seperti Arki Dikania Wisnu dan Andakara Prastawa. Dia sudah dinilai sebagai tulang punggung tim sehingga mendapat sorotan dan tanggung jawab lebih besar daripada pebasket muda lain.
Semua itu tidak lepas dari kariernya yang melejit pesat di Tanah Air. Setelah menjadi debutan terbaik dan membawa Stapac Jakarta juara IBL 2019, dia mulai meraih status bintang muda. Status itu dipertegas pada IBL musim lalu ketika mengantar Pelita Jaya ke final.
Tidak menyangka bisa dapat kesempatan lagi. Antusias banget karena ini debut di SEA Games. Aku ingin membantu Indonesia dapat medali emas.
Rajko Toroman, direktur teknik timnas yang sebelumnya menjabat pelatih kepala, begitu kagum kepadanya. Agassi punya gaya main dan karakter seperti bintang NBA, Devin Booker. Dia piawai mengatur serangan dan menembak jauh, serta bisa memimpin tim dengan kedewasaan pada usia muda.
Tidak pelak, Agassi kembali dipanggil ke timnas untuk SEA Games Vietnam 2021. ”Tidak menyangka bisa dapat kesempatan lagi. Antusias banget karena ini debut di SEA Games. Ingin membantu Indonesia dapat medali emas,” katanya.
Takdir bintang
Agassi seperti ditakdirkan menjadi bintang bola basket. Pada kelas III SD, dia sempat menekuni bulu tangkis. Namun, dia berhenti karena tertampar raket temannya saat bermain ganda. ”Mungkin jalannya beda kalau tidak tertampar. Sejak itu, aku pindah main basket,” ujarnya.
Waktu membawanya hingga usia remaja. Pada usia 14 tahun, Agassi sempat berlatih di Stapac, dulu Aspac. Di tempat itu, dia bertemu dengan ayah temannya yang menawarkan untuk bersekolah di AS. Dia dijanjikan bisa sekolah sambil bermain bola basket.
Agassi begitu semangat untuk pergi ke negara kiblat bola basket dunia. Ayahnya yang merupakan mantan pebasket amatir mendukung keinginan itu, sementara sang ibu kurang merelakan kepergian sang anak bungsu dari dua bersaudara itu.
Pada akhirnya, dia berangkat ke AS pada usia 15 tahun setelah bisa meyakinkan kedua orangtua. Karier Agassi meningkat pesat di Walnut High School, California. Dengan tubuh tidak setinggi dan seatletis pemain keturunan AS, dia justru menjadi andalan tim dengan rata-rata mencetak 19,6 poin.
Kabar lahirnya bintang baru itu terdengar hingga Jakarta. Stapac yang sudah punya ikatan dengan Agassi sejak remaja pun merekrutnya untuk tampil di IBL. Dari sana, sisanya adalah sejarah manis.
Garisan takdir membawa Agassi dari bocah yang tertampar raket bulu tangkis hingga jadi sosok andalan di timnas basket. Bukan tidak mungkin dia akan menjadi jimat keberuntungan Indonesia meraih emas pertama di SEA Games nanti. Agassi optimistis, tetapi juga realistis. ”Sebelum berpikir emas, kami harus meningkatkan level permainan dulu,” pungkasnya.