Indonesia Patriots versi baru belum segarang musim lalu. Para pemain muda yang mayoritas remaja ini masih diselimuti rasa takut dan kurang percaya diri.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Indonesia Patriots atau tim nasional muda merupakan magnet terbesar pada IBL musim lalu. Dengan kualitas individu dan penampilan eksplosif di setiap laga, tim berisi pebasket potensial ini selalu menjadi ancaman terbesar untuk para klub peserta liga sekaligus hiburan terbaik untuk para penonton.
Sosok itu diharapkan muncul kembali di IBL Tokopedia 2022 lewat Patriots versi baru yang dipimpin oleh pelatih asing Milos Pejic. Sayangnya, hingga memasuki separuh musim reguler, Patriots belum mampu memperlihatkan taring sesungguhnya.
Ali Bagir dan rekan-rekan menelan lima kali kekalahan beruntun setelah takluk dari Bumi Borneo Basketball Pontianak 43-51 di Hall Basket Senayan, Jakarta, Jumat (11/3/2022). Laga yang berakhir dengan skor rendah itu sangat mengecewakan untuk sang pelatih.
Pejic sampai menggelengkan kepalanya pada akhir kuarter keempat. ”Setelah kegagalan (menembak) demi kegagalan, kami kehilangan percaya diri. Kami hanya memasukkan 1 dari 27 lemparan tiga angka. Tidak bisa dipercaya. Anda tidak bisa mengalahkan siapa pun dengan itu,” ucap pelatih yang musim lalu mengantar Satria Muda Pertamina Jakarta juara liga tersebut.
Akurasi lemparan tiga angka mereka hanya 3 persen. Satu-satunya pemain yang berhasil memasukkan lemparan adalah guard Mario Davidson. Itu pun setelah lima kali percobaan menembak. Akibat inefisiensi tersebut, kekalahan pun tidak bisa dihindari.
Tembakan dari jauh merupakan salah satu spesialisasi Patriots musim lalu, di bawah era pelatih Youbel Sondakh. Mereka yang punya penembak jitu, seperti Yudha Saputra dan Muhamad Arighi, begitu sering menghujani tim lawan dengan tiga angka. Ciri khas itu belum terlihat musim ini, tanpa Yudha dan Arighi.
Kata Pejic, timnya sama sekali tidak kekurangan bakat penembak. Namun, para pemain masih terlalu canggung untuk tampil di panggung tertinggi seperti IBL. Kepercayaan diri mereka cepat tergerus ketika tembakan tidak masuk.
”Saya selalu membicarakan masalah ini (serangan tim). Masalahnya adalah kekurangan rasa percaya diri. Kami akan semakin terpuruk ketika terjatuh. Tim ini selalu memberikan segalanya saat bertahan, tetapi berbeda jauh saat menyerang. Kami masih mencari cara menyelesaikannya,” ujar Pejic, yang baru saja ditunjuk jadi pelatih kepala timnas senior di SEA Games Hanoi 2022.
Persoalan kurangnya jam terbang tidak bisa dimungkiri. Tim ini hanya menyisakan beberapa pemain dari Patriots musim lalu, antara lain Bagir, Aldy Izzatur, dan pemain naturalisasi Dame Diagne. Sisanya merupakan para debutan di IBL yang berusia rata-rata 19 tahun.
Berbeda dengan Patriots musim lalu. Tim era Youbel lebih dewasa dengan usia beragam dari remaja hingga 22 tahun. Contohnya, Yudha dan Arighi sudah berusia 22 tahun pada musim lalu. Keduanya sudah punya jam terbang cukup tinggi dengan mengantarkan universitas masing-masing ke final Liga Mahasiswa.
Masalahnya adalah kekurangan rasa percaya diri. Kami akan semakin terpuruk ketika terjatuh. Tim ini selalu memberikan segalanya saat bertahan, tetapi berbeda jauh saat menyerang.
Bagir yang terlibat dalam dua versi Patriots, melihat perbedaan tersebut. ”Yang beda kekuatan mental. Kalau menurut saya, karena kurang pengalaman saja sih. Mereka masih kurang bermain. Jadi banyak yang takut-takut, kurang percaya diri. Pasti bisa lebih baik karena semua akan dibangun dari pengalaman ini,” ucap pemain yang sempat masuk dalam skuad timnas senior pada jendela kedua kualifikasi Piala Dunia 2023 itu.
Di sisi lain, tantangan tim asuhan Pejic memang lebih berat. Mereka harus menghadapi tim lawan yang punya dua pemain asing, meskipun hanya satu pemain yang bisa berada di lapangan. Seperti diketahui, pemain asing punya kualitas teknik dan keunggulan fisik di atas pemain lokal. Kesulitan ini tidak dirasakan Patriots musim lalu, sebab liga berlangsung tanpa pemain impor.
Bagi Patriots, kemenangan bukanlah hal utama. Sebelumnya, mantan manajer Andi Batam Poedjakesuma menyampaikan, tim ini sengaja dibentuk untuk menampung para pemain muda terbaik di Indonesia. Dengan Patriots, mereka punya kesempatan untuk tampil di IBL dengan menit bermain yang banyak.
Kehadiran timnas muda di liga, sejak musim lalu, merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan problem regenerasi. Pemain muda berbakat jarang bersinar karena banyaknya panggung itu direbut oleh pemain asing. Para debutan biasanya hanya menjadi pemanis bangku cadangan saat masuk klub.
Karena itu, Patriots adalah wadah terbaik untuk para pemain muda mengekspresikan diri. Mereka tidak perlu takut karena target utama bukan kemenangan. Buktinya, mereka hanya akan mengikuti musim reguler, tidak sampai playoff untuk jadi juara.
Tujuan utama mereka adalah berkembang selangkah demi selangkah dalam setiap pertandingan. Tekad untuk berkembang itulah yang semestinya diperlihatkan pada 13 pertandingan tersisa di liga. Para pebasket muda ini harus menjadikan IBL seperti sekolah terbaik mereka.