Mengarungi Ujian Sesungguhnya
SEA Games 2021 menjadi ujian sesungguhnya kontingen menembak Indonesia. Kali ini, mereka tidak bisa lagi menggantungkan nasib dari nomor non-Olimpiade.
SEA Games Vietnam 2021 menjadi ujian sesungguhnya bagi kontingen menembak Indonesia. Ini kesempatan untuk membuktikan, prestasi gemilang beberapa waktu terakhir benar-benar dari hasil pembinaan ataukah kebetulan belaka. Pada ajang kali ini, mereka tidak bisa lagi menggantungkan nasib dari nomor pertandingan non-Olimpiade yang membantu tim Merah Putih menjadi juara umum menembak SEA Games Filipina 2019.
”Situasi SEA Games 2021 sangat berbeda dengan 2019. Sisi positifnya, kalau bisa mempertahankan tujuh emas atau juara umum menembak di Vietnam, ini kredit positif untuk pembinaan menembak Tanah Air. Artinya, pembinaan yang kami lakukan sudah berjalan di jalur yang tepat,” ujar Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Pengurus Besar Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (PB Perbakin) Glenn Clipton Apfel yang dihubungi di Jakarta, Minggu (24/4/2022).
Kontingen menembak Indonesia membuat kejutan dengan menjadi juara umum SEA Games 2019, meraih 7 emas, 6 perak, dan 2 perunggu. Itu pertama kalinya tim menembak Indonesia menjadi tim terbaik sejak pesta olahraga negara Asia Tenggara perdana di Kuala Lumpur 1977.
Melalui capaian itu, Indonesia seolah terlahir kembali setelah selalu kesulitan membawa pulang medali menembak SEA Games. Sebelum SEA Games 2019, prestasi terbaik tim menembak Indonesia adalah peringkat kedua pada SEA Games Jakarta 1997 dengan 11 emas, 5 perak, dan 8 perunggu. Setelah itu, grafik Indonesia terus melorot.
Baca Juga: Pengalaman Berharga Vidya di Olimpiade
Pada SEA Games 1999, mereka hanya mendapat dua emas. Disusul pada SEA Games 2001 (3 emas, 2 perak, 1 perunggu), SEA Games 2003 (0-1-0), SEA Games 2005 (1-0-1), SEA Games 2007 (0-0-2), SEA Games 2009 (1-1-3), SEA Games 2011 (2-0-2), tanpa medali pada SEA Games 2013 dan 2015, dan pada SEA Games 2017 (1-0-0).
Namun, hasil di Filipina itu bukan berarti prestasi Indonesia membaik. Dari tujuh emas, hanya dua yang berasal dari nomor Olimpiade, yakni lewat Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba di senapan angin 10 meter individu putri dan pasangan Fathur Gustafian/Vidya di senapan angin 10 m tim campuran. Adapun terdapat tujuh nomor nomor Olimpiade yang dipertandingkan.
Lima emas lainnya berasal dari nomor non-Olimpiade, yakni Rio Danu Utama Tjabu di pistol presisi individu putra. Agus Domosarjito di menembak metal siluet pistol angin, Ahmad Rifqi Mukhlisin di menembak metal siluet senapan angin, Tirano Baja di menembak duduk senapan angin light varmint, dan Fafan Khoirul Anwar di menembak duduk senapan angin heavy varmint.
Pada SEA Games 2021 yang diperlombakan adalah 17 nomor resmi Federasi Olahraga Menembak Internasional (ISSF) di Olimpiade. Tujuh belas nomor itu terdiri atas 6 nomor senapan, 9 nomor pistol, dan 2 nomor shotgun.
Nomor senapan, terdiri atas senapan angin 10 m individu putra dan putri, 10 m tim putri, 10 m tim campuran, 50 m tiga posisi individu putra dan putri. Nomor pistol terdiri atas pistol angin 10 m individu putra dan putri, 10 m tim putra dan putri, 10 m tim campuran, pistol api 25 m individu putra dan 25 m tim putra, pistol standar 25 m individu putra, dan pistol bebas 50 m individu putra.
Baca Juga: Andalkan Atlet Muda untuk Pertahankan Juara Umum
Kemudian dua nomor shotgun, yakni trap individu putra dan putri. PB Perbakin menurunkan 17 atlet, 6 pelatih, dan 7 tenaga pendukung. ”Kami mengikuti hampir semua nomor, terutama di nomor senapan,” kata Glenn.
Peluang
Sejauh ini, perkembangan nomor-nomor itu di Indonesia belum stabil. Pembinaan berkelanjutan hanya terjadi di nomor senapan. Untuk nomor pistol, Indonesia baru mulai berbenah tiga tahun terakhir. Pada nomor shotgun, Indonesia baru memulai lagi pembinaan setelah lama mati suri.
Di nomor senapan, kekuatan Indonesia relatif berimbang dengan dua pesaing terberat, Singapura dan Thailand. Dalam ISSF Grand Prix Rifle/Pistol di Jakarta, Indonesia, 8-18 Februari 2022, Indonesia memimpin dengan 4 emas dari 10 nomor, disusul Singapura dengan 3 emas, dan Thailand 2 emas.
Dari 4 emas itu, 2 emas dari nomor yang dilombakan di Vietnam, yakni senapan angin 10 m tim campuran dan 50 m tiga posisi individu putra. Dua lainnya tidak dilombakan di SEA Games, yakni 50 m tiga posisi tim putri dan tim campuran.
Senapan angin 10 m tim campuran dan 50 m tiga posisi individu putra tetap menjadi tumpuan emas Indonesia di SEA Games 2021. Selain itu, nomor 10 m individu putri diharapkan bisa mempertahankan emas walau tidak lagi diperkuat Vidya yang dialihkan ke 50 m tiga posisi individu putri seusai Olimpiade Tokyo 2020.
Baca Juga: Tim Senapan Matangkan Persiapan di Hongaria
PB Perbakin cukup yakin Indonesia memiliki peluang merebut emas di semua nomor senapan. ”Peluang kami 50:50 dengan peserta lain di setiap nomor senapan. Kami berupaya meningkatkan satu persen saja dari peluang itu. Caranya dengan menjalani pelatnas dan ikut kejuaraan di Budapest, Hongaria, 24 April-9 Mei. Satu persen itu meliputi kesiapan mental yang diharap meningkat selama di Hongaria,” tutur asisten pelatih senapan pelatnas Ipung Saeful Tammamie.
Di bawah Vietnam
Untuk nomor pistol, kekuatan Indonesia masih di bawah Vietnam, yang belajar olahraga menembak dari Indonesia pada era 1990-an. Vietnam kini mendominasi nomor pistol di Asia Tenggara, terlihat dari prestasi Hoang Xuan Vinh yang meraih emas pistol angin 10 m putra dan perak pistol 50 m putra Olimpiade Rio 2016.
”Sulit menyaingi Vietnam di nomor pistol. Mereka sudah membina dengan serius sejak lama, sedangkan kita baru mulai serius tiga tahun terakhir. Kalau bisa dapat dua emas saja, dari pistol angin 10 m tim campuran dan pistol standar 25 m individu putra, itu sudah bagus sekali,” ujar Glenn.
Peluang kami 50:50 dengan peserta lain di setiap nomor senapan. Kami berupaya meningkatkan 1 persen saja dari peluang itu.
Pada nomor shotgun, Indonesia tidak berharap banyak. Nomor itu cukup lama tidak diperhatikan, bahkan nyaris tak berpartisipasi di SEA Games 2021. Karena dukungan Ketua Umum Joni Supriyanto, mereka akhirnya diberangkatkan.
”Kami hanya berharap bisa lolos final trap putri. Syukur-syukur bisa dapat medali di nomor itu,” terang Glenn.
Menurut Glenn, shotgun kurang berkembang karena butuh modal besar untuk pembinaan. Sebagai gambaran, modal latihan shotgun sekitar Rp 1,8 juta per orang per hari, yakni Rp 1,35 juta untuk peluru (180 butir x Rp 7.500 per butir) dan Rp 437.500 untuk piring sasaran (125 x Rp 3.500 per piring).
Bandingkan dengan latihan senapan, sekitar Rp 150.000 per orang untuk tiga hari, untuk membeli satu kaleng peluru isi 500 butir. ”Karena itu, pembinaan atlet di daerah lebih banyak diarahkan ke senapan atau pistol,” katanya.
Oleh karena itu, Glenn mengakui sulit bagi Indonesia mempertahankan predikat juara umum. Bahkan, dari 17 emas yang tersedia, mereka hanya berani menargetkan 7 emas, seperti pada SEA Games 2019.
”Dengan tujuh emas, berat untuk jadi juara umum. Untuk itu perlu setidaknya 10 emas. Lagi pula, Vietnam berambisi besar menjadi juara umum, terutama melalui nomor pistol,” ungkapnya.
Baca Juga: Henry Oka, Pembuka Jalan Juri Menembak Indonesia
Peluang Indonesia kian berat karena tidak bisa menurunkan kekuatan penuh. Dari 35 atlet yang diusulkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga hanya merestui 17 atlet. Meski tak ada jaminan merebut emas, dengan 35 atlet lebih mudah mengoptimalkan petembak untuk nomor beregu.
”Kami masih mengusahakan setidaknya menambah 11 atlet dengan biaya mandiri. Kehadiran mereka bisa meningkatkan peluang mendapatkan medali di nomor beregu,” tutur Ketua Harian PB Perbakin Siswanto.
Komitmen kuat
Terlepas dari hal itu, PB Perbakin berkomitmen untuk meraih emas dari potensi sekecil apa pun. Mereka ingin menunjukkan bahwa banyak hal berubah ke arah lebih baik. Mereka ingin menjaga momentum kebangkitan tersebut.
Sejak era Joni, perubahan positif dilakukan. Perhatian diberikan dari sisi teknis dan nonteknis. Semua kebutuhan latihan tersedia melimpah sehingga pembinaan terus berkelanjutan setiap hari. Tak ada lagi keterbatasan amunisi yang membuat latihan lebih banyak dalam bentuk menembak kering atau tanpa peluru.
Atlet lebih rutin ikut kejuaraan nasional dan internasional. Kini, atlet bisa berlomba satu-dua kali per bulan. Adapun sebelum Asian Games 2018, mereka hanya ikut satu atau dua kejuaraan dalam setahun.
PB Perbakin juga mendatangkan tiga pelatih asing, dua pelatih asal Iran, Ebrahim Inanloushaviklo alias Ali Reza di nomor senapan, dan Nariman Nikkhou di nomor shotgun, serta pelatih asal India Abdul Kayyum M Umar Shah di nomor pistol. Mereka cukup berpengalaman di nomor masing-masing dan diharapkan bisa menularkan ilmu baru untuk atlet dan pelatih lokal.
Lihat Juga: Cabang Menembak Persiapkan Atlet untuk SEA Games Vietnam 2021
Arena latihan di Lapangan Tembak Senayan diperbaiki sehingga layak untuk tempat latihan dan lomba. Arena itu turut dilengkapi asrama yang membuat atlet dan pelatih bisa menghemat waktu perjalanan pergi-pulang dari tempat latihan dan memungkinkan waktu beristirahat lebih berkualitas.
”Dengan semua perhatian itu, kami pun merasa tanggung jawab semakin besar. Tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik karena semua kebutuhan tercukupi. Di SEA Games, saya berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Setidaknya, saya ingin mencatat skor lebih baik daripada skor terbaik saya 1.153 poin saat latihan,” kata Audrey Zahra Dhiyaanisa, petembak nomor 50 meter tiga posisi individu putri.
Ali menilai, dengan komitmen kuat dari pengurus, pelatih, dan atlet, pembinaan menembak Indonesia telah berjalan di jalur yang tepat. Terbukti banyak atlet baru berusia muda muncul dan pretasi prestisius tercipta.
Baca Juga: Vidya Menjalani 60 Tendangan Penalti
Selain juara umum SEA Games 2019, Indonesia bisa meloloskan petembak secara langsung ke Olimpiade lewat Vidya merebut tiket Olimpiade 2020 pada Kejuaraan Menembak Asia 2019 di Doha, Qatar. Merah Putih juga berkibar untuk pertama kalinya di seri Piala Dunia saat tim putri meraih perunggu 50 m tiga posisi pada seri Piala Dunia 2021 di New Delhi, India.
Namun, Indonesia masih harus bekerja keras untuk mengejar prestasi menembak Thailand, Singapura, dan Vietnam yang lebih dulu serius menggarap cabang ini.
”Untuk bisa menyamai bahkan melampaui tiga negara itu butuh proses lebih panjang yang konsisten. Hasilnya tidak bisa langsung terlihat, tetapi untuk jangka panjang di SEA Games berikutnya atau Asian Games, seri Piala Dunia, dan Olimpiade,” pungkas Ali.