Dua pelatih asal Serbia, Rajko Toroman dan Milos Pejic, akan memimpin skuad tim nasional bola basket Indonesia di SEA Games. Keduanya akan menjalani tugas berbeda, bagai dua kutub berlawanan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Ada yang aneh dalam pemusatan latihan tim nasional bola basket di GBK Arena, Jakarta, pada Rabu (27/4/2022). Rajko Toroman (67), yang sebelumnya menjabat pelatih kepala dan kini menjadi direktur teknik timnas, sedang memimpin latihan skema serangan. Milos Pejic (53), pelatih kepala saat ini, hanya mengamati sambil berpangku tangan di tepi lapangan.
Jika dilihat dalam struktur kepelatihan timnas, semestinya Pejic yang memimpin latihan. Peran Toroman lebih ke penasihat tim dari luar lapangan. Namun, Toroman yang menjabat pelatih kepala sejak Juli 2019-Maret 2022 ternyata masih aktif terlibat di dalam lapangan.
Setelah skema serangan selesai dilatih, Andakara Prastawa dan rekan-rekan beristirahat lima menit. Setelah itu, Pejic berganti memimpin latihan tim saat para pemain kembali ke lapangan. Mereka berlatih skema bertahan sekaligus transisi dari bertahan ke serangan dan sebaliknya.
Asisten manajer timnas Ferri Jufry, yang juga menyaksikan latihan, menjawab tanda tanya itu. ”Kami sedang bereksperimen untuk SEA Games Vietnam 2021. Jadi coach Toro yang akan memimpin serangan, sedangkan coach Milos untuk bertahan dan transisi,” ujarnya.
Toroman tetap dilibatkan dengan pertimbangan telah sangat mengenal tim ini. Selain itu, akan terlalu berisiko melimpahkan tugas sepenuhnya kepada Pejic dengan waktu persiapan hanya sebulan sebelum SEA Games. Adapun serangan timnas pada era Toroman cukup bertaji.
Timnas paling butuh penyegaran di lini pertahanan. Mereka selalu kekurangan intensitas ketika bertahan menghadapi tim-tim Asia yang punya postur tubuh lebih besar dan atletis. Karena itu, Pejic yang dikenal sebagai pelatih yang mengutamakan pertahanan pun dipanggil membenahi lubang itu.
Menggunakan dua pelatih, masing-masing untuk memimpin strategi menyerang dan bertahan, lazim digunakan pada cabang sepak bola Amerika. Namun, hal ini tidak biasa dilakukan pada cabang olahraga lain, termasuk bola basket.
Kolaborasi dua kutub berlawanan arah ini menutupi problem masing-masing. Toroman dengan pertahanan rapuh dan Pejic dengan keterbatasan waktu. Duet ini pun akan menghiasi bangku cadangan timnas di SEA Games. Mereka akan bergantian memimpin instruksi saat timeout, tergantung apa yang ingin dibenahi.
”Saat ini semua berjalan baik. Saya mengenal coach Toro hampir 30 tahun. Kami punya pandangan yang sama tentang bola basket. Kami juga datang dari negara yang sama, Serbia. Saya sempat dilatih coach Toro ketika masih jadi pemain. Jadi, kami memang sudah terbiasa melakukan sesuatu bersama,” kata Pejic, yang sebelumnya melatih Indonesia Patriots atau timnas muda.
Gravitasi Bolden
Kolaborasi Toroman dan Pejic punya peluang sukses, bukan hanya karena harmoni di antara mereka. Dua pelatih asal Serbia ini punya senjata baru untuk dimaksimalkan, yaitu pemain naturalisasi keturunan Amerika Serikat, Marques Bolden (24), yang akan menjalani debut bersama timnas di Vietnam.
Kami sedang bereksperimen untuk SEA Games Vietnam 2021. Jadi, coach Toro yang akan memimpin serangan, sedangkan coach Milos untuk bertahan dan transisi.
Bolden merupakan pebasket paling berbakat yang pernah membela Indonesia. Center setinggi 2,08 meter ini sempat bermain untuk klub NBA Cleveland Cavaliers, sebelum musim ini bermain untuk tim NBA G-League, Salt Lake City Stars.
Toroman berkata, pebasket naturalisasi Indonesia sebelumnya, Lester Prosper, dominan dalam kemampuan individu dan bisa menjadi mesin skor tim. Namun, Prosper tidak membuat rekan setim lain lebih baik. Berbeda dengan Bolden, yang bisa menjadi gravitasi dalam sistem permainan kolektif timnas.
Dalam skema menyerang, Bolden selalu terlibat dalam rotasi bola, meskipun bukan eksekutor akhir.
”Bolden tubuhnya tinggi. Tangannya juga sangat panjang. Kelebihan itu bisa membantu kami di dua sisi lapangan. Saat menyerang, dia mungkin akan dijaga dua orang dan akan membuka ruang buat penembak,” kata Agassi Goantara, guard timnas.
Bolden, yang merupakan pemain spesialis bertahan, sudah pasti lebih baik daripada Prosper dalam pertahanan. Pejic sangat membutuhkannya untuk menjaga pemain raksasa tim lawan. Hal itu belum mampu konsisten dilakukan Prosper dalam rentetan laga kualifikasi Piala Asia dan Piala Dunia.
Hal paling penting, menurut Pejic, Bolden adalah pemain cerdas yang mudah beradaptasi dengan sistem permainan baru. Dia pernah bermain di tim Universitas Duke, salah satu tim kampus terbaik di AS, dan dilatih oleh pelatih legendaris Mike Krzyzewski atau Coach K. Kecepatan adaptasi ini dibutuhkan karena sang raksasa baru bergabung kurang dari sebulan sebelum SEA Games.
Menantang Asia
Manajemen timnas menjadikan SEA Games 2021 ini sebagai sasaran antara. Target utama mereka adalah Piala Asia FIBA Jakarta 2022, pada Juli nanti. Adapun timnas ditargetkan lolos 8 besar di kandang sendiri demi bisa lolos langsung ke Piala Dunia 2023, yang juga bertempat di Jakarta.
Kesuksesan eksperimen sosok dua pelatih akan terbukti di Vietnam. Meskipun menjadi sasaran antara, timnas perlu menunjukkan mereka bisa bersaing dengan tim Asia Tenggara. Sebab, lawan yang sudah menanti di Piala Asia punya kualitas lebih baik dari seluruh tim ASEAN, kecuali Filipina.
Terakhir kali berlaga di kualifikasi Piala Dunia 2023, Indonesia takluk dari Arab Saudi (66-95) dan Jordania (64-94), Februari 2022. Dua kekalahan dari calon lawan timnas di babak grup Piala Asia itu memperlihatkan lubang besar lini pertahanan.
Karena itu, pertahanan menjadi sorotan terbesar untuk diperbaiki. Pejic perlu mengubah mentalitas timnas saat sedang bertahan, demi menjaga asa untuk bisa bersaing di Piala Asia nanti.
Sebab, bagi Pejic, bertahan tidak butuh bakat hebat, hanya perlu disiplin dan kegigihan. Semua tentang kekuatan mental untuk mau bertarung. Mentalitas itulah yang dituntut olehnya kepada para pemain setiap sesi latihan.
”Anda harus menjadi seperti tentara ketika di lapangan. Saya butuh tanggung jawab dari setiap pemain untuk bertahan,” kata pelatih yang membawa Satria Muda Pertamina Jakarta juara IBL 2021 tersebut.
Apa pun hasilnya di Vietnam nanti, eksperimen dua kutub di kursi pelatih ini patut dicoba. Timnas butuh perubahan setelah rentetan hasil buruk di era Toroman. Gagal atau tidak di SEA Games, yang terpenting adalah mencapai tujuan utama di Piala Asia.