IBL All-Star 2022, Kamis malam, menjadi tempat nostalgia sejarah basket di Tanah Air sejak era 1980-an. Ajang hiburan ini menyajikan begitu banyak kenangan dan pesan
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Ajang Liga Bola Basket Indonesia (IBL) Tokopedia All-Star 2022 di Hall Basket Senayan, Jakarta, pada Kamis (31/3/2022), terasa seperti perjalanan menjelajahi lorong waktu. Sosok, kisah, hingga memorabilia sejumlah mantan pemain legendaris dari era 1980-an hingga 2000-an menghiasi ajang bertema ”Blast From The Past” tersebut.
Selain pertunjukan para pemain bintang alias All-Star di lapangan, pengelola IBL juga menyediakan ruangan pameran khusus berisi tulisan dan foto-foto yang menceritakan perjalanan liga basket itu sejak masih bernama Kobatama. Dalam pameran itu, antara lain, dipajang jersei milik sejumlah mantan pemain legendaris Indonesia.
Salah satu jersei yang dipamerkan itu adalah Indonesia Muda Texmaco bertanda tangan Romy ”Gepeng” Chandra, pebasket era 1990-an. Gepeng, yang turut datang pada hari itu, melihat bekas jerseinya dengan saksama. Dia seolah-olah bisa merasakan lagi masa jayanya di Kobatama.
”Ini sebuah apresiasi buat kami, para mantan pebasket. Itu sangat bagus untuk mengingatkan kembali sejarah bola basket Indonesia. Kalau kita mau maju, pastinya jangan sampai melupakan yang dulu,” ucap Gepeng.
Tidak hanya pameran, para mantan pebasket juga dilibatkan langsung di dalam lapangan pada gelaran All-Star kali ini. Ikon bola basket nasional, Ali Budimansyah, turun sebagai pelatih salah satu tim dalam laga selebritas.
Adu kepiawaian
Para mantan pebasket top Kobatama, yaitu Bayu Radityo, Antonius Ferry Ronaldo, dan Riko Hantono, beradu kepiawaian dalam skill challenge. Riko, yang tampil bersama Ikram Fadil (pemain IBL) dan Nina Yunita (mantan pemain Kobanita), memenangi adu keahlian lemparan bola dan dribel itu.
Riko, peraih tiga gelar juara beruntun Kobatama 2000, 2001, dan 2022, masih piawai dalam menembak tiga angka seperti keahliannya saat masih aktif bermain dahulu. Padahal, ia sudah pensiun lebih dari sedekade. Mantan ikon klub Aspac itu sukses mengantarkan timnya menang dalam babak penentu, yaitu adu lemparan tiga angka.
Kami ingin memperlihatkan bola basket yang ditonton saat ini ada perjalanannya. Banyak kisah dan orang yang terlibat sehingga liga bisa sampai seperti ini. Kami ingin mengapresiasi itu sekaligus memberikan edukasi. (Junas Miradiarsyah)
Ratusan penonton yang memenuhi salah satu sisi tribune Hall Basket pun tampak terhibur dengan penampilan Riko dan rekan-rekannya. Mereka bersorak dan bertepuk tangan ketika lemparan para legenda hidup itu masuk ke keranjang. Pada momen lainnya, penonton selalu hening ketika layar besar menampilkan kisah sejarah para pemain legendaris.
Setelah absen semusim akibat pandemi Covid-19, All-Star kembali hadir untuk menutup musim reguler. Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah berkata, pemilihan tema tersebut memang sengaja bertujuan mengingatkan sejarah liga itu kepada pemain dan penggemar.
”Kami ingin memperlihatkan bola basket yang ditonton saat ini ada perjalanannya. Banyak kisah dan orang yang terlibat sehingga liga bisa sampai seperti ini. Kami ingin mengapresiasi itu sekaligus memberikan edukasi,” kata Junas.
Berubah zaman
Di puncak acara, All-Star ”terbang” menuju masa kini dengan pertarungan antara Tim (Divisi) Merah versus Tim Putih. Laga ini mempertemukan 12 pemain favorit selama musim reguler IBL dari masing-masing divisi.
Duel ini berlangsung kompetitif sekaligus menyegarkan. Banyak wajah debutan di kedua tim, antara lain, Yudha Saputera (putih) dan Ali Bagir (merah). Dua bintang muda tim nasional basket Indonesia itu baru saja terlahir di dunia ketika liga basket nasional masih bernama Kobatama pada era 1990-an.
Tim Putih, dipimpin Pelatih Prawira Bandung David Singleton, lantas menang dramatis, 102-100. Pemain asing Shavar Newkirk menjadi Most Valuable Player (MVP) All-Star lewat sumbangan 26 poin. Sementara Abraham Damar Grahita terpilih menjadi pemain lokal terbaik.
”Saya datang dari Bangka Belitung. Berita tentang basket nasional tidak terlalu terdengar di sana. Jadi, bisa punya kesempatan lebih dekat dan mengetahui cerita pemain legendaris adalah kehormatan besar buat saya,” ucap Abraham yang mencetak poin kemenangan untuk Tim Putih.
Perjalanan waktu dari lampau ke masa kini di All-Star 2022 menyajikan banyak kenangan, juga pesan. Gepeng berpesan, penjelajahan waktu ini seharusnya bisa menjadi cermin bola basket Tanah Air.
”Kita harus naik level. Kenyataannya, dari zaman saya sampai sekarang. kita masih ada di tempat yang sama,” ujarnya.