Kejatuhan Inter Milan di markas Bologna mengubah arah angin "scudetto". AC Milan, sang tetangga, menjadi yang terdepan untuk menjuarai Liga Italia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, KAMIS — Persaingan rival sekota, Inter Milan dan AC Milan, semakin panas menjelang pengujung musim. Dua kisah berbanding terbalik, kebangkitan Milan dan kejatuhan Inter, pada Liga Italia Serie A pekan ke-34 telah mengubah arah peta perebutan scudetto. Garisan takdir yang semula dipegang Inter, sekarang beralih ke sang tetangga.
Inter menghilangkan kesempatan kembali ke puncak klasemen setelah takluk dari tim ruan rumah Bologna, 1-2, di Stadion Renato Dall’Ara, Kamis (28/4/2022) dini hari WIB. Sempat unggul lebih dulu lewat Ivan Perisic pada awal babak pertama, Inter yang mengincar gol tambahan kehilangan fokus di lini pertahanan.
Menariknya, malaikat pencabut nyawa ”Nerazzurri” adalah penyerang Bologna, Nicola Sansone. Dalam wawancara setelah laga bersama Sky Sport Italia, Sansone diketahui sebagai pendukung Milan sejak kecil. Kebenciannya dengan Inter terlampiaskan dalam gol kemenangan pada menit ke-81.
”Saya berharap (Paolo) Maldini (Direktur Teknik Milan) atau seseorang di Milan menonton ini. Mungkin mereka bisa berterima kasih dengan membawa saya dengan status pinjaman, agar saya bisa tampil di Liga Champions musim depan,” kata Sansone sambil tersenyum.
Akibat hasil mengejutkan itu, skuad asuhan pelatih Simone Inzaghi tertahan di peringkat ke-2 klasemen sementara dengan 72 poin. Mereka tertinggal dua poin dari Milan yang kokoh di puncak klasemen. Milan pun menjadi unggulan juara dengan empat laga tersisa.
Inzaghi sadar, mereka akan semakin sulit mempertahankan gelar juara. ”Tidak diragukan lagi (hasil) ini sangat pahit. Kami tidak lagi menggenggam nasib sendiri. Mulai sekarang, kami harus selalu melihat yang Milan lakukan dan juga memenangi seluruh laga sisa,” katanya kepada Sky Sport Italia.
Tidak hanya peringkat klasemen yang berpihak pada Milan. Moral tim mereka juga jauh lebih tinggi saat ini. ”Rossoneri” bisa mengudeta posisi rival mereka berkat aksi heroik lawan Lazio, Senin lalu. Mereka bangkit dari ketertinggalan, lalu menang pada injury time.
Milan, menurut Maldini, tidak menargetkan juara pada awal musim. Namun, tim yang berisi mayoritas pemain muda ini ternyata punya tekad lebih. Mereka punya kepercayaan terhadap satu sama lain. Kata Maldini, karakter kuat dan keharmonisan tim itulah yang saat ini menjadi pegangan mereka.
”Meskipun banyak orang tidak percaya, kami selalu yakin dengan tim ini. Dalam 20 tahun terakhir, kami hanya meraih scudetto dua kali. Jadi, kesempatan di depan mata kali ini harus dimanfaatkan. Kami tidak boleh membuang kesempatan juara ini,” ujar Maldini yang 7 kali merasakan scudetto.
Empat laga tersisa akan menjadi penentu nasib dua tim dari kota mode tersebut. Milan akan berhadapan dengan Fiorentina, Verona, Atalanta, dan Sassuolo, sedangkan Inter akan menantang Udinese, Empoli, Cagliari, dan Sampdoria. Dari sisi jadwal, Inter sedikit diuntungkan karena seluruh lawan tersisa berada di luar 10 besar klasemen.
Saya berharap Maldini atau seseorang di Milan menonton ini. Mungkin mereka bisa berterima kasih dengan membawa saya dengan status pinjaman, agar saya bisa tampil di Liga Champions musim depan.
Inzaghi berkata, anak asuhnya sudah terbiasa di posisi tertinggal. Mereka juga sering dihadapkan dengan inkonsistensi karena pemain utama yang cedera. Seperti laga lawan Bologna, Inzaghi terpaksa menggantikan kiper utama Samir Handanovich yang cedera dengan Andrei Radu. Hasilnya, Radu melakukan blunder yang berbuah gol kemenangan lawan.
Namun, Inzaghi sama sekali tidak khawatir karena para pemainnya selalu bisa kembali ke posisi puncak. Skuad ”Nerazzurri” punya mentalitas juara yang sudah dibuktikan ketika meraih scudetto musim lalu. Mentalitas itu menjadi bekal terpenting di penghujung musim.
”Kami harus terus menegakkan kepala saat ini. Ini adalah guncangan besar. Tetapi kami melihat Bologna hari ini dan berpikir semua laga ke depan akan sulit untuk kedua tim. Dengan hanya terpaut 2 poin dan 4 laga, kami masih punya kesempatan,” tutur Inzaghi yang belum pernah mengantar timnya juara liga sebagai pelatih.
Terlepas dari siapa pun yang juara, persaingan ketat ini telah menghadirkan warna baru untuk Liga Italia. Persaingan semakin indah karena mempertemukan dua klub sekota yang saling membenci. Seperti kata manajer kawakan asal Italia, Carlo Ancelotti, kisah akhir musim ini akan menjadi pertarungan indah yang sudah jarang terlihat beberapa tahun ke belakang. (AP/REUTERS)