Kemenangan Liverpool atas Everton 2-0 dalam derbi diraih dengan penuh penderitaan. Tim tuan rumah kesulitan karena sang lawan tampil begitu spartan demi lepas dari jeratan zona degradasi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LIVERPOOL, MINGGU – Laga derbi selalu berlangsung intens dan sulit ditebak. Kisah itulah yang juga dijalani Liverpool ketika menaklukkan rival sekota, Everton, dengan susah payah di Stadion Anfield, pada Minggu (24/4/2022) WIB. “Si Merah” yang menghadapi gaya sepak bola bertahan total, harus menderita selama satu jam sebelum akhirnya bisa tersenyum lepas.
Derbi Kota Liverpool edisi kali ini terasa bagai duel bumi dan langit. Liverpool sedang berjuang mengejar gelar juara Liga Inggris, sementara Everton dengan segala upaya ingin lolos dari jeratan zona degradasi. Namun, fakta di atas kertas itu berbanding terbalik dengan kenyataan di lapangan.
Tanpa diduga, Everton mampu membuat frustasi para pemain tuan rumah selama 60 menit. Manajer Frank Lampard menggadaikan filosofi ofensif kebanggaannya. Dia menginstruksikan 11 pemain berada di sepertiga pertahanan. Tim tamu pun hanya menunggu gempuran Liverpool.
“Laga yang sulit. Kami memulai permainan dengan mengikuti rencana mereka. Kami tidak menampilkan yang terbaik. Everton bertarung dengan hebat untuk meraih berapa pun poin yang bisa didapatkan. Kami hanya bisa bersabar, terutama pada paruh pertama,” ucap Andrew Robertson, bek sayap Liverpool.
Liverpool yang tampil dengan skuad terbaik, tidak mampu menciptakan satu pun tendangan ke arah gawang pada satu jam awal. Padahal, skuad asuhan manajer Juergen Klopp ini menguasai bola hingga 86,8 persen. Mereka justru lebih sering kewalahan menghadapi serangan balik kilat yang dimotori penyerang muda tim tamu, Anthony Gordon (21).
Andrew Robertson dan rekan-rekan tampak frustasi karena tidak bisa menembus blok rendah lawan. Ditambah lagi, kiper Everton Jordan Pickford selalu membuang-buang waktu setiap mendapat bola. Menurut Klopp, strategi lawan membuat anak asuhnya kehilangan ritme bermain.
Merasa buntu, Klopp langsung memasukkan dua penyerang Divock Origi dan Luis Diaz untuk menggantikan Naby Keita dan Sadio Mane. Sang manajer mengubah formasi dari 4-3-3 jadi 4-2-1-3. Hasilnya berdampak instan. Liverpool bisa memecah kebuntuan semenit setelah pergantian itu.
Gol Andrew Robertson menjadi oase yang sudah dinanti pendukung tuan rumah. Dia memanfaatkan umpan silang yang berawal dari pergerakan Mohamed Salah di sisi kiri. Setelah jaring lawan bergetar, Robertson dan rekan-rekan tampak begitu emosional. Mereka berteriak dan saling berpelukan di sudut lapangan, diiringi sorakan euforia para pendukung.
“Kami bermain lebih menyerang pada paruh kedua. Tentunya pergantian pemain itu berpengaruh. Pemain yang masih segar ditambah formasi baru. Itu membuat tim lawan kesulitan. Beruntung kami bisa tetap tenang pada situasi tersebut,” ujar Klopp.
Setelah gol itu, Liverpool jauh lebih tenang. Mereka memperlambat tempo, melakukan banyak umpan di area pertahanan. Hingga akhirnya, gol kedua datang berkat kolaborasi pemain pengganti, Diaz dan Origi. Diaz ingin melakukan tendangan salto, tetapi justru menjadi asis untuk gol Origi.
Everton pun gagal mengulangi pesta kemenangan di Anfield, seperti musim lalu. “Hasilnya mengecewakan, tetapi tidak dengan performa kami. Saya sangat puas dan bangga dengan etos kerja para pemain. Kami hanya kurang tajam ketika skor masih 0-0. Saya tidak bisa meminta lebih kepada pemain kami,” kata Lampard.
Lampard kurang puas dengan keputusan wasit Stuart Attwell. Menurut dia, Everton seharusnya mendapatkan dua penalti karena Gordon dijatuhkan pada babak pertama dan kedua. Namun, pemainnya justru mendapat kartu kuning karena diduga diving.
Pemain yang masih segar ditambah formasi baru. Itu membuat tim lawan kesulitan. (Juergen Klopp)
Dengan hasil ini, Liverpool sukses memperpanjang rekor tidak terkalahkan di Liga Inggris jadi 14 pertandingan beruntun. “Si Merah” kembali hanya terpaut satu poin dari sang pemuncak klasemen sementara, Manchester City. Mereka mengoleksi 79 poin dari 33 pertandingan.
Everton terjun ke dalam zona degradasi, peringkat ke-18. Posisi mereka dikudeta Burnley yang menang atas Wolverhampton Wanderers pada pekan ini. Lampard pun punya tugas maha berat dalam enam pertandingan tersisa.
Terlepas dari rivalitas tim sekota, Robertson berharap Everton bisa bangkit pada sisa musim. “Mereka perlu memenangi laga dan bertahan di Liga Inggris. Jika itu terjadi, kami akan menantap banyak derbi lagi ke depannya. Derbi ini adalah laga besar, sangat penting terutama untuk para pendukung,” pungkasnya. (AP/REUTERS)