Setelah All England, ganda putra Indonesia membawa gelar juara dari turnamen bulu tangkis Swiss Terbuka. Kali ini, gelar diraih Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Ini jadi trofi pertama mereka dalam 2,5 tahun terakhir.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BASEL, MINGGU — Turnamen berganti, ganda putra Indonesia tetap juara. Nomor itu menyumbangkan dua gelar juara untuk ”Merah Putih” dari rangkaian turnamen bulu tangkis di Eropa yang telah berlangsung selama tiga pekan beruntun.
Tidak ingin kalah dengan ”adik” mereka, M Shohibul Fikri/Bagas Maulana, yang menjuarai All England BWF World Tour Super 1000 pekan lalu, Fajar Alfian/M Rian Ardianto menjadi juara Swiss Terbuka Super 300, Minggu (27/3/2022). Mereka mengulang prestasi di tempat sama, tiga tahun lalu.
Gelar juara dari Fajar/Rian itu menjadi trofi kedua Indonesia dari Swiss setelah Jonatan Christie mengalahkan Prannoy HS (India), 21-12, 21-18. Jonatan merupakan tunggal putra Indonesia pertama yang juara di Swiss setelah Marleve Mainaky sebelumnya mencapai prestasi serupa pada 2002 silam.
Dalam final yang berlangsung di St Jakobshalle, Basel, Swiss, kemarin, Fajar/Rian mengalahkan wakil Malaysia, Goh Sze Fei/Nu Izzuddin, 21-18, 21-19. Gelar itu menjadi gelar pertama ganda putra peringkat kesembilan dunia tersebut dalam rentang 2,5 tahun terakhir. Gelar mereka sebelumnya, dari final terakhir sebelum tampil di Basel tahun ini, didapat dari Korea Terbuka Super 500, September 2019.
Dalam perjalanan menuju juara, saat itu Fajar/Rian mengalahkan pemain-pemain top, di antaranya Lee Yang/Wang Chi Lin, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Li Jun Hui/Liu Yu Chen, dan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
Fajar/Rian adalah salah satu ganda putra senior di pelatnas utama Indonesia, selain Kevin/Marcus. Selain mereka, ada pula Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang juga berlatih di pelatnas Cipayung meskipun berstatus pemain independen.
Lalu, di bawah mereka, ada tiga pasangan pemain pelapis berusia 20-23 tahun dengan penampilan yang terus berkembang. Mereka adalah Fikri/Bagas, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan Pramudya Kusuma Wardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Prestasi yang didapat setiap pasangan itu, menurut Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra pelatnas Indonesia, telah memunculkan persaingan positif dan motivasi di antara mereka. Tiga ganda putra pelapis memiliki motivasi besar untuk segera mendekati capaian ”kakak-kakak” mereka.
Masih banyak yang ingin saya raih, yaitu gelar-gelar di level lebih tinggi. Semoga gelar ini bisa menjadi awal dan motivasi untuk ke depan. Saya berharap bisa konsisten.
Pramudya pernah berkata, pesaing mereka bukan hanya rekan seangkatan, melainkan juga para pasangan senior. Sementara para senior menunjukkan diri tak ingin kalah dari yang muda, walaupun di sisi lain mereka bangga atas prestasi Fikri dan kawan-kawan.
Persaingan itu pun memunculkan dominasi ganda putra Indonesia, seperti yang terjadi di Eropa dalam tiga pekan terakhir. Dari Jerman Terbuka, All England, dan Swiss Terbuka, skuad ganda putra Merah Putih membawa dua gelar juara.
Gelar Fikri/Bagas di All England bahkan didapat lewat final melawan Hendra/Ahsan. Indonesia menempatkan empat pasangan pada perempat final dan tiga pasangan pada semifinal.
Khusus bagi Fajar/Rian, gelar di Swiss seolah-olah menjadi jawaban atas tantangan yang diberikan pelatih. Sebagai salah satu pemain senior, perjalanan karier mereka terbilang mandek. Para pemain pelapis bahkan pernah mengalahkan mereka. Tahun ini, misalnya, mereka tersingkir pada babak kedua Jerman Terbuka dan babak pertama All England.
Menanti lama
Seperti Fajar/Rian, Jonatan juga harus menanti lama untuk bisa kembali menjuarai turnamen. Gelar bagi tunggal putra peringkat kedelapan dunia itu sebelumnya didapat dari Australia Terbuka, Juni 2019, yang selevel dengan Swiss Terbuka. Saat itu, Jonatan tampil gemilang untuk menjadi juara, di antaranya dengan mengalahkan Lin Dan, Chou Tien Chen, dan Anthony Sinisuka Ginting pada perempat final hingga final.
Jonatan juga menjuarai turnamen level Super 300 lainnya, Selandia Terbuka, pada April 2019. Tahun itu bisa dikatakan tahun terbaik bagi petenis berusia 24 tahun tersebut.
Namun, seperti dikatakannya saat mengikuti Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka di Bali, Oktober 2021 lalu, Jonatan bercita-cita menjuarai turnamen berlevel lebih tinggi, yaitu Super 500, 750, atau 1000.
”Masih banyak yang ingin saya raih, yaitu gelar-gelar di level lebih tinggi. Semoga gelar ini bisa menjadi awal dan motivasi untuk ke depan. Saya berharap bisa konsisten, menikmati, dan bermain maksimal dalam setiap pertandingan,” tuturnya.
Adapun para juara dari nomor lain di Swiss adalah Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva (ganda putri/Bulgaria), Pusarla V Sindhu (tunggal putri/India), dan Mark Lamsfuss/Isabel Lohau (ganda campuran/Jerman).