Rafael Nadal mendapat tekanan besar dari petenis 18 tahun, Carlos Alcaraz, pada semifinal turnamen Indian Wells. Namun, Nadal, yang 17 tahun lebih tua, menunjukkan bahwa dia masih layak diperhitungkan oleh generasi muda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
INDIAN WELLS, SABTU — Carlos Alcaraz memperlihatkan potensi bahwa dia akan menjadi petenis besar pada masa depan ketika berhadapan dengan Rafael Nadal pada semifinal ATP Masters/WTA 1000 Indian Wells. Namun, Nadal membuktikan bahwa dia masih menjadi petenis yang harus diperhitungkan generasi muda.
Pertemuan yang berlangsung di Indian Wells Garden, California, Amerika Serikat, Sabtu (19/3/2022) malam waktu setempat atau Minggu siang waktu Indonesia itu menjadi pertemuan dua petenis Spanyol dari dua generasi. Alcaraz, petenis berusia 18 tahun yang menjalani karier tenis profesional sejak 2018, baru menjalani semifinal turnamen ATP Masters 1000 pada kali ini. Adapun Nadal, yang berusia 35 tahun, telah mengumpulkan 36 gelar juara turnamen tenis putra profesional level tertinggi itu.
Nadal pernah mengalahkan Alcaraz dengan telak 6-1, 6-2 pada babak kedua Madrid Masters 2021. Namun, pada persaingan di Indian Wells, Alcaraz telah tumbuh menjadi petenis yang kian solid. Mantan petenis Australia yang kini menjadi pelatih, Rennae Stubs, bahkan, menilai Alcaraz akan menjadi juara Grand Slam Perancis Terbuka pada tiga tahun mendatang.
Alcaraz bisa mempersulit Nadal dengan servis hingga kecepatan 223 km/jam serta groundstroke yang tak kalah cepat. Salah satu forehand yang menghasilkan winner memiliki kecepatan 164 km/jam. Alcaraz pun menciptakan lebih banyak winner, yaitu 41 dibandingkan 24 yang dibuat Nadal. Dia juga bisa mengatasi kuatnya embusan angin pada set kedua hingga merebut set tersebut.
Tetapi, dalam pertandingan yang berlangsung 3 jam 12 menit itu, Nadal unggul dalam momen penting menjelang akhir pertandingan. Pada gim kedelapan set ketiga, dia mematahkan servis Alcaraz hingga unggul 5-3 lalu memenangi gim berikutnya. Nadal pun menang 6-4, 4-6, 6-3. Lawannya pada final adalah andalan tuan rumah, Taylof Fritz, yang mengalahkan Andrey Rublev 7-5, 6-4.
Saya sangat senang bisa ke final. Ini sangat berarti bagi saya dan saya akan berusaha keras untuk final.
”Saya sangat senang bisa ke final. Ini sangat berarti bagi saya dan saya akan berusaha keras untuk final,” komentar Nadal.
Kemenangan atas Alcaraz mengantarkan Nadal pada kemenangan ke-20 tanpa kalah pada musim ini. Sebanyak 15 kemenangan sebelum tiba di Indian Wells membuatnya meraih tiga gelar juara, yaitu ATP 250 Melbourne, Grand Slam Australia Terbuka, dan ATP 500 Acapulco. Jika bisa mengalahkan Fritz, dia akan menyamai rekor Novak Djokovic sebagai petenis dengan gelar ATP Masters 1000 terbanyak, yaitu 37 gelar.
Menghadapi Alcaraz, yang baru berusia dua tahun ketika Nadal meraih gelar pertama Grand Slam di Perancis Terbuka 2005, Nadal tampil dengan intensitas yang sama seperti ketika menghadapi petenis lain. Pola pikir pada masa persiapan dan pertandingan pun sama.
”Itu sama seperti semifinal lainnya. Dia bukan petenis baru, dia sudah menjadi petenis top. Jadi, saya memperlakukan dia sebagai salah satu petenis terbaik di dunia. Saya tak peduli dia masih muda, Carlos adalah petenis hebat yang akan memiliki masa depan fantastis,” tutur Nadal dalam laman resmi ATP.
Tak hanya harus menghadapi Alcaraz dengan segala kelebihannya, dalam semifinal itu, Nadal pun menghadapi kesulitan ketika angin kencang mengubah ritme permainan, terutama pada set kedua. Angin kencang membuat handuk pemain beterbangan ke tengah lapangan, bahkan menjatuhkan botol minum yang selalu disimpan Nadal di atas lapangan.
”Ini bukan tenis, ini menjadi persaingan petenis untuk bisa ‘menyelamatkan diri’,” kata mantan petenis nomor satu dunia, Jim Courier, yang menjadi komentator untuk Tennis Channel. Adapun pelatih terkenal Paul Annacone berkata, net di lapangan tampak seperti layar pada perahu ketika ditiup angin kencang.
Dalam situasi ini, Nadal lebih kesulitan dibandingkan Alcaraz, terutama saat melakukan servis dan dropshot. Dia bisa bermain dengan normal kembali ketika angin kencang mereda pada set ketiga. Dia mencoba meraih lebih banyak poin dengan bermain agresif ke depan net. Sebanyak tujuh poin didapat dari 10 pukulan depan net pada set ketiga.
Pertandingan melawan Fritz, Minggu, menjadi pertemuan kedua setelah Nadal mengalahkannya pada final ATP Acapulco 2020 dengan skor 6-3, 6-2.
”Rasanya seperti tidak nyata saya bisa ke final. Semua kerja keras yang saya lakukan akhirnya terbayar,” komentar Fritz tentang final pertama yang akan dijalani dalam turnamen ATP Masters 1000.
Fritz menjadi petenis AS pertama yang tampil di final tunggal putra Indian Wells setelah John Isner pada 2012. Adapun petenis tuan rumah terakhir yang menjadi juara adalah Andre Agassi pada 2001.
Sementara itu, final tunggal putri di tempat yang sama, pada level WTA 1000, mempertemukan Iga Swiatek dengan Maria Sakkari. Itu menjadi pertemuan keempat mereka dengan keunggulan 3-1 untuk Sakkari. Tetapi, Swiatek memenangi persaingan terakhir pada semifinal WTA Doha, Februari. (REUTERS)