Ambigu Protokol Kesehatan, Setiap Pekan Proliga Memakan Korban Positif Covid-19
Penerapan prokes dalam Proliga 2022 cenderung setengah hati. Tak pelak, setiap pekan, ada pemain, ofisial tim, atau perangkat pertandingan yang postif Covid-19. Situasi itu merugikan secara kesehatan ataupun mutu laga.
SENTUL, KOMPAS — penerapan protokol kesehatan dalam PLN Mobile Proliga 2022 cenderung setengah hati. Tak pelak, setiap pekan, selalu ada pemain, ofisial tim, ataupun perangkat pertandingan yang positif Covid-19 dari tes antigen sebelum laga. Situasi itu tak hanya berdampak buruk pada kesehatan, tetapi juga terhadap kualitas pertandingan.
Tim tetap bermain saat ada pemainnya yang positif Covid-19 itu berisiko sekali. Itu membuat pemain yang bermain waswas mengenai kesehatannya dan kekuatan tim yang berlaga tidak seimbang.
”Tim tetap bermain saat ada pemainnya yang positif Covid-19 itu berisiko sekali. Itu membuat pemain yang bermain waswas mengenai kesehatannya dan kekuatan tim yang berlaga tidak seimbang. Kami sempat kehilangan lima pemain, termasuk dua pemain asing karena positif Covid-19. Itu sangat menyulitkan sehingga kami kalah 2-3 dari Jakarta Elektrik PLN (pada putaran kedua penyisihan grup),” ujar pelatih tim putri Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia Ayub Hidayat sehabis laga hari pertama seri kedua final four di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Jumat (18/3/2022).
Baca juga: Jakarta Pertamina Fastron Jaga Asa ke ”Grand Final”
Sejak pengumuman bergulir kembalinya Proliga dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/12/2021), Direktur Proliga Hanny S Surkatty mengatakan, Proliga 2022 akan menerapkan protokol kesehatan ketat dengan sistem semigelembung. Mereka melarang kehadiran penonton, kecuali undangan khusus dan awak media.
Sebelum masuk ke arena laga di Padepokan Bola Voli Sentul, semua orang, termasuk pemain, harus menjalani tes antigen. Adapun semua tim peserta dikabarkan sebagian ikut gelembung di kompleks Padepokan Voli Sentul dan sebagian memilih tinggal di hotel-hotel terdekat. Sementara itu, para panitia menjalani gelembung.
Ambigu terjadi saat pelaksanaan Proliga 2022 mulai Jumat (7/1/2022). Memang, penonton umum tidak ada di dalam arena. Namun, cukup banyak ofisial tim yang hadir ke arena. Tak jarang, ada ofisial tim yang nakal tidak displin menggunakan masker dan duduk atau berdiri berdekatan. Mereka juga berteriak-teriak mendukung timnya dengan masker berada di dagu.
Belum lagi, tim peserta ternyata tinggal terpencar. Bahkan, Petrokimia memilih tetap tinggal di Gresik, Jawa Timur, dan baru datang ke Sentul dua-tiga hari sebelum jadwal laganya selama penyisihan grup. Tentu, interaksi mereka dengan masyarakat umum tidak terkontrol.
Baca juga: Motivasi Laga Terakhir Antarkan Popsivo Menang atas Kandidat Juara
Kondisi itu cukup mengkhawatirkan karena kasus penyebaran Covid-19 varian Omicron sedang memuncak. Pada hari kedua seri keempat penyisihan grup, Sabtu (29/1/2022), kasus Covid-19 pun mulai merambah Proliga 2022. Hal itu ditandai dengan satu ofisial Surabaya Bhayangkara Samator positif Covid-19 dalam tes antigen sebelum laga.
Kasus pertama itu menjadi awal badai Covid-19 yang menerjang Proliga 2022. Setiap pekan, pasti ada pemain yang positif Covid-19. Salah satu yang terparah ketika 10 pemain Jakarta Pertamina Pertamax positif Covid-19 sehingga menunda laga antara mereka dan Kudus Sukun Badak pada hari pertama seri kelima penyisihan grup, Jumat (11/2/2022). Terbaru, ada 11 pemain Bogor Lavani positif Covid-19 sehingga menunda laga mereka dan Pertamina Pertamax dalam hari pertama seri kedua final four, Jumat (17/3/2022).
Merugikan tim
Anehnya, panitia tetap mewajibkan tim bermain kalau yang positif Covid-19 tak lebih dari 50 persen dari total 18 pemain yang boleh didaftarkan. Padahal, pemain yang negatif belum tentu benar-benar sehat. Bisa jadi mereka sedang dalam masa inkubasi dan bisa tetap menyebarkan penyakit. Selain itu, pemain yang bisa bermain tak jarang cuma pelapis sehingga tim bersangkutan tak bisa bermain optimal.
Merujuk Liga Bola Basket Indonesia (IBL) musim ini, guna mencegah penyebaran Covid-19, mereka sempat menunda semua laga dari awal hingga akhir Februari lalu. Di tingkat lebih tinggi, pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini, sejumlah laga Liga Inggris juga sempat ditunda untuk mencegah penyebaran dan demi meminimalisasi kerugian tim terkait.
Baca juga: Ketenangan Samator Benamkan Pertamina
Kerugian itu dirasakan betul oleh kubu Petrokimia. Lima pemain mereka, termasuk dua pemain asingnya, sempat positif Covid-19 sebelum menghadapi Elektrik PLN dalam laga seri keempat penyisihan grup, Minggu (30/1/2022). Akibatnya, kekuatan mereka timpang dan tumbang 2-3 dari Elektrik PLN yang notabene tim juru kunci. ”Terlepas aturan sudah disepakati, mesti ada pertimbangan ulang atau evaluasi dari aturan itu agar tidak ada tim yang dirugikan,” ujar Ayub.
Menurut kapten sekaligus setter Petrokimia, Khalisa Azilia Rahma, idealnya Proliga 2022 dijalankan dengan sistem gelembung penuh. Memang, itu bakal menyebabkan pemain bosan karena hanya beraktivitas di satu kawasan dalam kompetisi yang cukup panjang, sekitar tiga bulan (dari 7 Januari hingga 27 Maret).
Kendati demikian, lanjut Khalisa, sistem itu memungkinkan interaksi para peserta dengan masyarakat umum lebih terkontrol. ”Kalau memang masih ada pandemi, saya lebih condong panitia menerapkan sistem gelembung penuh. Itu bisa meminimalisasi interaksi pemain dengan orang luar. Sistem ini mungkin bisa buat pemain stres karena tidak bisa ke mana-mana. Tapi, setidaknya kami bisa lebih terjaga. Tidak seperti sekarang, tim tinggal tersebar di mana-mana yang tidak tahu interaksinya seperti apa,” katanya.
Memaklumi
Dokter tim putri Jakarta Pertamina Fastron, Nanang Tri Wahyudi, menuturkan, di tengah kompetisi yang berjalan dalam kondisi luar biasa ini, kompetisi memang tidak bisa berjalan dengan ideal secara medis. Untuk itu, panitia bisa menjalankan protokol kesehatan dengan membatasi orang yang masuk arena saja dinilai sudah cukup baik.
Baca juga: Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia Persembahkan Kemenangan untuk Khalisa
”Dalam situasi luar biasa ini, yang dilakukan panitia sudah cukup baik. Mereka membatasi orang yang bisa masuk ke arena tertutup ini. Mereka yang bisa masuk cuma yang sudah menerima vaksin lengkap (dua kali vaksin) dan melakukan tes antigen. Kalau ada yang positif, mereka diminta langsung meninggalkan kawasan arena dan menjalani isolasi mandiri,” ujarnya.
Yang lebih diperhatikan Nanang justru masa pemulihan pemain dari satu laga ke laga lain. Dia menganggap, jadwal yang ada terlalu ketat, di mana tim bisa bermain dua kali dalam dua hari atau dua kali dalam tiga hari, antara Jumat, Sabtu, atau Minggu. Itu tidak ideal untuk atlet karena rawan menimbulkan cedera dan tertular penyakit, seperti Covid-19.
Apalagi kalau ada pemain yang baru pulih dari Covid-19, mereka tidak punya cukup waktu pemulihan. Padahal, sering kali, ada efek jangka panjang pascaseseorang terkena Covid-19, seperti tubuh lebih mudah lelah. ”Panitia harus mengatur ulang jadwal pertandingan. Tim tidak boleh bermain setiap hari, mereka mesti diberi waktu jeda untuk pemulihan dua-tiga hari. Itu penting tidak hanya ketika pandemi, tetapi pula saat kondisi normal,” kata Nanang.
Wakil Direktur Proliga Regi Nelwan menyampaikan, semua aturan dalam kompetisi musim ini sudah menjadi kesepakatan bersama antara panitia dan pengurus tim. Kebijakan ini menjadi pilihan terbaik agar kompetisi bisa terus berjalan dan tidak merugikan sponsor yang ingin jadwal bergulir sesuai dengan rencana awal.
Baca juga: Mental Juara Samator Hentikan Tren Positif Lavani
Bahkan, Regi menilai, kompetisi sudah berjalan cukup baik. Terbukti, dari 8.000 sampel tes antigen yang diambil sejak awal kompetisi, cuma sekitar 1,5 persen yang hasilnya positif Covid-19. Baginya, kalau menerapkan sistem gelembung penuh, itu belum tentu lebih baik. Tidak menutup lebih parah dan memicu terjadi kluster sehingga merusak kompetisi keseluruhan.
”Pandemi Covid-19 ini, kan, tidak tahu kapan berakhirnya. Jadi, kita harus bisa beradaptasi dengan cara terbaik. Kalau tidak, kita akan jalan di tempat. Protokol kesehatan yang diterapkan sekarang adalah yang terbaik secara medis, efisiensi, dan biayanya,” kata Regi.