Motivasi Laga Terakhir Antarkan Popsivo Menang atas Kandidat Juara
Juara bertahan Popsivo bangkit dari keterpurukan. Usai kalah 0-3 dari Petrokimia, mereka menang 3-0 atas kandidat kuat juara Proliga 2022, Pertamina. Hasil itu berkat motivasi seolah laga itu laga terakhir mereka.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
SENTUL, KOMPAS – Juara bertahan Proliga putri, Jakarta Mandiri Popsivo Polwan, seolah terlahir kembali. Tampil seolah-olah laga itu laga terakhirnya, mereka bermain lepas dan menang telak, 3-0 (25-16, 25-21, 25-22), atas kandidat kuat juara, Jakarta Pertamina Fastron, dalam laga hari ketiga seri pertama final four PLN Mobile Proliga 2022 di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Minggu (13/3/2022).
Berkat kemenangan itu, Popsivo kembali memiliki asa lolos ke grand final atau laga penentuan juara setelah sepat kalah telak, 0-3, dari Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia, Sabtu (12/3). Kini, Popsivo berada di urutan kedua klasemen sementara dengan 3 poin dari dua laga dan koleksi satu kemenangan.
Mereka berada di bawah Gresik yang memuncaki klasemen dengan 4 poin dari dua laga dan koleksi satu kemenangan. Bandung bjb Tandamata menyusul di peringkat ketiga dengan 2 poin dari satu laga, sedangkan Pertamina terbenam di dasar klasemen dengan 0 poin dari satu laga.
”Kami datang dengan motivasi bertanding seperti ini laga bola voli terakhir kami. Ternyata, itu ampuh membuat anak-anak bermain dengan lepas. Mereka seperti tanpa beban dan ceria, layaknya di latihan. Semua kemampuan mereka keluar. Setelah kemarin performa terburuk mereka, hari ini adalah performa terbaik mereka,” ujar Niko Dwi Purwanto, asisten pelatih Popsivo.
Pada laga itu, Popsivo memang tampil amat berbeda. Sejak laga dimulai, mereka menunjukkan aura penuh semangat. Para pemain nyaris tidak berhenti bersuara sehingga pertandingan terasa ramai. Hal itu berbeda dengan laga sebelumnya. Saat kalah dari Petrokimia, raut muka mereka tegang dan nyaris tidak pernah bersuara.
Aura positif itu tampaknya menjadi pelecut permainan mereka dalam laga ini. Mereka nyaris tidak melakukan kesalahan mendasar. Servisnya hampir selalu mengawali lahirnya poin. Pengembalian bola pertama bagus, blok rapat, pertahanan sulit dimatikan, dan smes efektif. Statistik mencatat, opposite mereka asal Republik Dominika, Gina Mambru, keluar sebagai topskor laga itu dengan 21 poin dan 20 smes. Padahal, ketika kalah dari Petrokimia, Mambru cuma menyumbangkan 11 poin dan 10 smes.
Kami datang dengan motivasi bertanding seperti ini laga bola voli terakhir kami. Ternyata, itu ampuh membuat anak-anak bermain dengan lepas. Mereka seperti tanpa beban dan ceria, layaknya di latihan. (Niko Dwi Purwanto)
”Kami benar-benar nothing to lose hari ini. Pelatih Meminta kami bermain senyaman mungkin. Kami tidak diminta memikirkan sistem atau strategi permainan. Itu membuat kami bermain lepas dan komunikasi justru lebih aktif. Semoga kekompakan ini bisa tetap terjaga. Dalam olahraga tim, kompak merupakan kunci untuk meraih hasil terbaik ,” ungkap kapten sekaligus outside hitter Popsivo, Amalia Fajrina Nabila.
Menjaga momentum
Sekarang, menurut Niko, timnya harus bisa menjaga momentum kebangkitan itu sebaik mungkin. Pelatih tidak lagi fokus membenahi dengan teknik dan taktik. Mereka ingin fokus untuk terus meningkatkan motivasi para pemain agar semua kemampuan terbaiknya muncul.
”Seminggu ini, jelang laga terakhir menghadapi bjb Tandamata (Sabtu, 19/3), kami mesti menjaga motivasi pemain. Suasana latihan akan dibuat semenyenangkan mungkin. Sebab, sejatinya, kemampuan anak-anak ini sudah sangat baik. Hanya saja, kemampuan asli mereka belum keluar,” katanya.
Sebelum ini, Niko menjelaskan, penampilan timnya lambat panas di penyisihan grup putaran pertama. Mereka baru membaik di pengujung putaran kedua, ditandai kemenangan 3-1 atas Petrokimia, 28 Januari lalu. Namun, memasuki putaran kedua, secara bergilir, para pemain mereka mmulai terjangkit Covid-19 sehingga performa tim menurun drastis. Bahkan, mereka selalu kalah sepanjang putaran kedua, yakni 0-3 dari bjb Tandamata, 12 Februari; 0-3 dari Pertamina, 25 Februari; 1-3 dari Petrokimia, 27 Februari; dan 2-3 dari Jakarta Elektrik PLN, 5 Maret.
”Mungkin, pemain ada beban dengan status juara bertahan. Ditambah, sehabis lolos final four, manajemen menaikan target lolos ke final. Tapi, Covid-19 yang paling memengaruhi. Karena pemain tertular bergiliran, latihan kami jadi tidak pernah utuh. Paling 7-8 pemain saja. Akibatnya, tidak memungkinkan ada simulasi pertandingan. Belum lagi, usai negatif, pemain yang baru selesai isolasi mandiri butuh waktu untuk mengembalikan fisik dan naluri bolanya,” terang Niko.
Sependapat dengan Niko, Amalia mengatakan, Covid-19 biang kerok buruk penampilan mereka sepanjang putaran kedua dan terbawa di laga perdana empat besar. ”Dampak paling terasa itu pada fisik. Kami butuh waktu lama untuk mengembalikan kondisi seperti semula,” tuturnya.
Percaya diri berlebihan
Sementara itu, Pelatih Pertamina Octavian menuturkan, kekalahan itu akibat para pemainnya percaya diri berlebihan. Apalagi, mereka sempat superior selama penyisihan grup, yakni menjadi tim terbaik dengan cuma sekali kalah dari bjb Tandamata di putaran kedua, 4 Maret. Mereka pun dua kali menang atas Popsivo, yakni 3-1 pada putaran pertama pada 14 Januari dan 3-0 pada putaran kedua.
Selain itu, Popsivo baru kalah telak 0-3 dari Petrokimia. Ternyata, performa Popsivo di luar prediksi. Mereka bermain begitu baik. Bahkan, seusai laga, Octavian terlihat langsung berdiskusi dengan staf kepelatihan dan manajer membahas kekalahan tersebut.
”Rentetan hasil positif sejauh ini menyebabkan anak-anak yakin sekali bisa menang atas Popsivo. Nyatanya, Popsivo bermain sangat baik. Pemain kami kaget melihat penampilan Popsivo seperti itu. Mental mereka terkena dan sulit untuk keluar dari tekanan. Itu pula yang saya takutkan selama ini,” ujarnya.
Kendati demikian, Octavian tidak ingin mental pemain terus jatuh. Sebab, Pertamina masih punya dua laga sisa, yakni melawan Petrokimia, Jumat (18/3), dan versus bjb Tandamata, Minggu (20/3). ”Seminggu ini, saya harus lebih banyak berkomunikasi dengan pemain. Selain memperbaiki teknik, hal yang utama membangkitkan lagi kepercayaan diri pemain. Yang jelas, kekalahan ini bukan karena faktor teknis, tetapi lebih kepada mental. Jangan sampai mental mereka semakin jatuh. Kami masih ada dua laga dan peluang ke grand final masih terbuka lebar,” ungkap Octavian.