Jakarta Pertamina Fastron Jaga Asa ke ”Grand Final”
Setelah kalah 0-3 dari Popsivo, tim putri Pertamina berhasil menjaga asa untuk lolos ke ”grand final” Proliga 2022. Itu berkat kemenangan telak 3-0 atas Petrokimia, sang pemimpin klasemen sementara ”final four”.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
SENTUL, KOMPAS — Setelah takluk 0-3 dari juara bertahan Jakarta Mandiri Popsivo Polwan pada Minggu (13/3/2022), tim putri Jakarta Pertamina Fastron berhasil bangkit untuk mengalahkan tim kejutan Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia 3-0 (25-23, 25-18, 25-21) dalam laga hari pertama seri kedua final four PLN Mobile Proliga 2022 di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Jumat (18/3/2022). Kemenangan itu pun menjaga asa mereka untuk melaju ke grand final.
Hasil itu membawa Pertamina Fastron merangkak dari urutan keempat atau dasar klasemen ke peringkat dua dengan tiga poin dari dua laga dan koleksi satu kemenangan. Pertamina unggul rasio poin atas Popsivo yang punya jumlah poin, laga, dan kemenangan sama.
Popsivo turun dari urutan kedua menjadi ketiga. Bandung bjb Tandamata turun dari tempat ketiga menjadi juru kunci dengan dua poin dari satu laga. Adapun Petrokimia bertahan di puncak klasemen dengan empat poin dari tiga laga dan koleksi satu kemenangan.
”Gresik ini justru tim terkuat di final four karena grafik permainan mereka terus menanjak. Maka itu, kemenangan ini sangat menaikkan mental para pemain kami setelah kemarin betul-betul jatuh (seusai kalah 0-3 dari Popsivo). Sekarang, kami tidak stres lagi walau masih ada pekerjaan rumah satu laga lagi (menghadapi bjb Tandamata pada Minggu, 20 Maret). Setidaknya, dengan kemenangan ini, peluang kami ke grand final masih ada. Kalau tadi kalah, kami langsung gugur dari perburuan ke grand final,” ujar manajer Pertamina Fastron, Widi Triyoso.
Widi mengatakan, kunci utama kemenangan itu adalah tim berhasil menghilangkan kepercayaan berlebihnya. Saat kalah dari Popsivo, mereka terlalu percaya diri karena berstatus juara penyisihan grup dengan tujuh kemenangan dan satu kekalahan. Selain itu, Popsivo dianggap remeh karena performa buruk selama penyisihan grup dan sempat kalah 0-3 dari Petrokimia di laga pertamanya dalam final four, Sabtu (12/3).
”Kemarin kami kalah, kemungkinan karena terlalu percaya diri. Mereka merasa superior dari putaran pertama dan kedua penyisihan grup. Padahal, ini final four. Semua laga adalah final. Persaingan sangat ketat karena sekali kesalahan berakibat fatal. Untuk itu, sebelum laga kali ini, kami minta para pemain hilangan kepercayaan berlebih tersebut. Mereka diminta melupakan hasil penyisihan grup dan fokus lagi dari nol,” tutur.
Di sisi lain, kata Widi, tim kepelatihan melakukan analisis mendalam sebelum melawan Petrokimia. Para pemain diajak memperhatikan secara detail permainan setiap pemain Petrokimia dari rekaman video. Lalu, pemain diajak untuk mengeluarkan pendapatnya dalam mengantisipasi pola permainan lawan. ”Kemudian, pemain menjalani simulasi pertandingan seolah-olah menghadapi Petrokimia. Alhamdulillah, semuanya berjalan baik walaupun masih ada kelemahannya, seperti dalam koordinasi pertahanan dan blok,” tuturnya.
Jelang laga terakhir mereka melawan bjb Tandamata, Widi menuturkan, tim kepelatihan tentu bakal menjaga motivasi pemain yang kembali naik. Di samping itu, mereka tetap menerapkan persiapan yang sama seperti dilakukan sebelum jumpa Petrokimia.
Dengan kemenangan ini, peluang kami ke grand final masih ada.
”Yang jelas, peluang menang atas bjb Tandamata ada. Kami sempat saling mengalahkan saat penyisihan grup (menang 3-0 pada putaran pertama, 23 Januari dan kalah 1-3 pada putaran kedua, 4 Maret). Tinggal kini, pemain mesti fokus untuk menerapkan semua hasil latihan pada laga nanti,” tuturnya.
Dampak kehilangan Khalisa
Pelatih Petrokimia Ayub Hidayat menyampaikan, kekalahan itu salah satunya akibat kehilangan setter sekaligus kapten tim, Khalisa Azilia Rahma, yang cedera patah tulang kelingking kanan ketika timnya bertemu Popsivo, Sabtu (12/3). Tanpa Khalisa yang harus menjalani pemulihan 3-4 bulan ini, mereka hanya mengandalkan setter pelapis Dewi Intan Sari.
Dewi bermain penuh dari set pertama sampai ketiga. ”Pas ada Khalisa, kami ada alternatif setter. Kalau Khalisa kurang baik, (Dewi) Intan bisa masuk dan sebaliknya. Kalau ini, mau tidak mau, kami cuma mengandalkan Intan walau penampilannya kurang memuaskan,” ujarnya.
Selain itu, tambah Ayub, penyakit lama timnya di putaran pertama penyisihan grup kambuh. Pengembalian bola pertama timnya sangat buruk, bahkan sering kali servis lawan langsung masuk atau berbuah poin. ”Padahal, di awal-awal laga, kami sangat baik. Kami sempat memimpin jauh atas Pertamina. Namun, memasuki poin-poin krusial atau poin 20 ke atas, pengembalian bola pertama kami buruk. Itu membuat lawan bisa terus mengejar dan akhirnya unggul,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, Ayub mengutarakan, dirinya cukup kecewa dengan kekalahan tersebut. Sejatinya, mereka ada momentum untuk meraih kemenangan. Apalagi, di atas kertas, mereka mampu menang 3-0 atas Popsivo. Sebaliknya, Popsivo bisa menumbangkan Pertamina. ”Artinya, kami berpeluang besar menang dalam laga ini,” katanya.
Dengan kekalahan itu, asa Petrokimia ke grand final di ujung tanduk. Mereka mesti menanti hasil laga terakhir para pesaingnya dalam dua hari ke depan. Tiket ke grand final bisa didapat kalau Popsivo menang telak (3-0 atau 3-1) atas bjb Tandamata dalam laga, Sabtu (19/3), dan bjb Tandamata hanya menang 3-2 atas Pertamina. Itu pun dengan syarat rasio set dan poin bjb Tandamata tidak lebih baik dari Petrokimia.