Kemenangan 1-0 Atletico Madrid atas Manchester United memupus mimpi buruk Diego Simeone terhadap Cristiano Ronaldo. Kekalahan MU di Liga Champions Eropa memastikan "Setan Merah" tanpa gelar musim ini.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, RABU — Manchester United kembali dipastikan tanpa gelar juara di musim ini. Peluang terakhir MU meraih gelar dari Liga Champion Eropa sirna seiring kekalahan 0-1 dari Atletico Madrid di Stadion Old Trafford, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Kekalahan itu membuat kemarau panjang MU berlanjut setelah melewati lima musim tanpa gelar juara.
Liga Champions menjadi satu-satunya jalan bagi MU untuk mengakhiri kemarau panjang tersebut. ”Setan Merah” telah tersingkir dari Piala Liga Inggris dan Piala FA musim ini. Adapun peluang MU menjuarai Liga Inggris sudah tidak mungkin karena tertinggal 20 poin dari pemuncak klasemen Manchester City dengan sembilan laga tersisa.
Menghadapi Atletico Madrid di pertemuan kedua, MU memiliki modal cukup bagus usai meraih hasil imbang 1-1 di pertemuan pertama di kandang Atletico. Bermain di Old Trafford, MU berpeluang besar untuk meraih hasil positif dengan limpahan dukungan dari pendukung mereka. Apalagi, Old Trafford masih menyimpan sisa-sisa atmosfer kemenangan 3-2 MU atas Tottenham Hotspur pada pekan lalu.
Namun, apa yang terjadi di lapangan tidak berjalan sesuai rencana. Atletico justru mampu mencuri kemenangan berkat gol Renan Lodi di menit ke-41. Bek sayap asal Brasil itu masuk kotak penalti MU tanpa terkawal. Ia lantas memaksimalkan umpan silang dari Antoine Griezmann dengan sundulannya.
Ini malam yang spesial. Saya senang dengan apa yang saya telah lakukan. Sulit bermain di Old Trafford. Saya sedang berusaha menyatu dengan tim secara keseluruhan dan senang dengan sejauh apa yang kami lalui.
”Ini malam yang spesial. Saya senang dengan apa yang saya telah lakukan. Sulit bermain di Old Trafford. Saya sedang berusaha menyatu dengan tim secara keseluruhan dan senang dengan sejauh apa yang kami lalui,” ujar Lodi dikutip dari laman UEFA.
Gol Lodi ke gawang MU itu merupakan gol pertama bagi dirinya dalam penampilannya yang ke-25 di Liga Champions. Sebelumnya, Lodi juga menghadirkan malapetaka bagi MU di pertemuan pertama setelah umpan terukurnya mampu dimaksimalkan Joao Felix menjadi gol.
Kekalahan MU menjadi semacam anomali karena mereka tampil dominan sejak awal pertandingan. MU tampil menekan dengan intensitas tinggi. Pasukan Ralf Rangnick juga menguasai penguasaan bola hingga 63 persen pada babak pertama. Hal itu sangat kontras dibandingkan pertemuan pertama di Madrid, MU lebih banyak tertekan.
Pusat serangan MU lebih banyak dilakukan di sisi kiri. Jadon Sancho menjadi pemain yang paling sering merepotkan pertahanan Atletico. Kerja sama Sancho dan Alex Telles di sisi kiri beberapa kali mampu menghadirkan peluang berbahaya bagi MU.
Menyerang di sisi kiri sudah diperhitungkan para pemain MU sebagai pilihan terbaik karena merupakan titik rentan Atletico. ”Los Rojiblancos” menempatkan Marcos Llorente di sayap kanan untuk menggantikan Sime Vrsaljko yang masih cedera. Llorente yang lebih fasih bermain sebagia gelandang jangkar kesulitan menghalau manuver dari Sancho.
Meski mampu ditembus Sancho, MU kesulitan memasuki area sepertiga akhir permainan Atletico. Karena itu, para pemain MU lebih banyak mencoba peruntungan dari luar kotak penalti. Statistik laga mencatat MU menghasilkan 11 tembakan ke gawang dengan lima di antaranya mengarah tepat sasaran.
Akan tetapi, upaya MU tersebut tidak ada yang berbuah hasil karena keperkasaan penampilan kiper Atletico, Jan Oblak, di bawah mistar. Oblak secara total membuat lima penyelamatan di laga ini. Salah satu penyelamatan terpenting Oblak di laga ini adalah ketika ia mementahkan upaya Anthony Elanga dari jarak dekat menggunakan wajahnya.
”Jika mereka mencetak gol lebih awal, akan sulit bagi kami untuk melanjutkan pertandingan. Untungnya, bola mengenai wajah saya dan ini terjadi,” kata Oblak.
Para pemain MU tampil lebih menekan di babak kedua. Rangnick membuat perubahan dengan mengganti lima pemain. Manajer asal Jerman itu memasukkan Paul Pogba, Marcus Rashford, Juan Mata, Nemanja Matic, dan Edinson Cavani untuk menambah daya gedor. Namun, hingga akhir laga, Atletico mampu menjaga keunggulan 1-0 dan melenggang ke perempatfinal berkat kemenangan agregat 2-1.
Kekalahan Ronaldo
Kekalahan MU dari Atletico hingga terpental dari Liga Champions juga berarti kekalahan pertama Ronaldo dari Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone. Selama ini, Ronaldo kerap menjadi mimpi buruk bagi tim asuhan Simeone.
Ronaldo adalah biang kegagalan Simeone di sejumlah laga penting. Di Liga Champions, Ronaldo dua kali memberikan pukulan telak bagi Simeone berwujud kemenangan Real Madrid atas Atletico. Selain itu, Ronaldo juga pernah mencetak hattrick atau trigol bagi Juventus untuk membalikkan ketertinggalan 2-0 dari Atletico di babak 16 besar tiga musim lalu.
Rentetan kecemerlangan itu membuat Ronaldo mencatatkan 25 gol dalam 36 pertandingan menghadapi tim asuhan Simeone tersebut. Sebelum ini, pemain timnas Portugal itu juga tidak pernah kalah dalam pertandingan sistem gugur Liga Champions melawan ”Los Rojiblancos”.
Kini setelah tersingkir, MU hanya berpikir untuk bisa finis di peringkat empat besar Liga Inggris agar bisa tetap tampil di Liga Champions musim depan. Upaya itu tergolong berat karena Setan Merah yang menghuni peringkat kelima tertinggal satu poin dari Arsenal di peringkat keempat. Arsenal pun memiliki tiga laga lebih sedikit dari MU sehingga peluang mereka untuk menjauh sangat terbuka.
”Tentu saja hasil ini tidak cukup bagus. Situasi ini sulit bagi klub, bagi kami, dan para penggemar. Di sinilah kita berada saat ini. Ini adalah situasi yang sulit, tetapi kami harus terus berjuang,” kata penjaga gawang MU, David de Gea. (AP)