Untuk pertama kali di Liga Champions musim ini, Sebastien Haller gagal menyumbangkan gol bagi Ajax Amsterdam ketika menjamu Benfica, Kamis WIB, di markas sendiri. Dampaknya, Ajax harus tersingkir dari babak 16 besar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AP/Peter Dejong
Pemain Benfica, Diogo Goncalves dan Roman Yaremchuk, merayakan keberhasilan tim mereka menembus perempat final seusai pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
AMSTERDAM, KAMIS — Benfica menjadi satu-satunya tim yang bisa membuat Sebastien Haller, penyerang Ajax Amsterdam, menderita di Liga Champions musim 2021-2022. Bermain di hadapan pendukung sendiri di Johan Cruijff Arena, Haller gagal melanjutkan tren mencetak gol di tujuh partai beruntun di kompetisi tim terbaik Eropa itu.
Tanpa ketajaman Haller, Ajax harus mengangkat koper lebih awal dari Liga Champions. Benfica bisa mencuri kemenangan 1-0 berkat gol tunggal Darwin Nunez ketika laga telah berjalan 77 menit, sehingga unggul agregat 3-2 atas Ajax.
Haller adalah alasan utama performa brilian Ajax di babak penyisihan Liga Champions edisi 2021-2022. Ia membantu Ajax menyapu bersih enam laga di fase grup dengan raihan tiga angka.
Kontribusi besar penyerang tim nasional Pantai Gading itu berupa 11 gol hingga laga pertama babak 16 besar. Jumlah itu setara dengan 50 persen dari total gol yang dicetak Ajax, yaitu 22 gol.
AFP/JOHN THYS
Penyerang Benfica, Darwin Nunez, melakukan selebrasi setelah mencetak gol satu-satunya dalam pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
Namun, pada laga kedua babak 16 besar di Amsterdam, Haller dikunci oleh performa solid dua bek tengah berpengalaman milik Benfica. Mereka adalah Nicolas Otamendi dan Jan Vertonghen.
Kedua pemain itu silih berganti mengikuti pergerakan Haller. Ketika berada di kotak penalti, Otamendi dan Vertonghen mengapit Haller untuk menutup celah dan mengantisipasi hadirnya umpan-umpan pemain Ajax yang ditujukan langsung kepada sumber gol utamanya itu.
Hasilnya, Haller hanya mencetak dua tembakan selama 90 menit. Kerja keras Otamendi dan Vertonghen terbukti dengan kegagalan Haller menghasilkan satu pun tendangan mengarah ke gawang Benfica. Itu menjadi momen pertama Haller gagal melepaskan tembakan tepat sasaran di Liga Champions musim ini.
Rencana permainan yang diterapkan Pelatih Benfica Nelson Verissimo terbukti ampuh untuk meredam produktivitas skuad muda Ajax. Tanpa ruang gerak bagi Haller, pemain lain, seperti Anthony dan Dusan Tadic, juga kesulitan untuk membongkar pertahanan ”Si Elang”, julukan Benfica.
AP/Peter Dejong
Reaksi pemain Ajax, Anthony (depan), setelah berakhirnya pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Ajax gagal melangkah ke babak perempat final setelah kalah agregat dari Bencifa, 2-3.
Otamendi menuturkan, timnya menitikberatkan untuk tampil bertahan demi menutup ruang bagi pemain depan Ajax. Sebagai tim tuan rumah, kata Otamendi, Ajax tentu akan tampil dengan motivasi tinggi untuk menyerang dan mencetak gol sebanyak-banyaknya.
Kami bertahan dengan baik dengan dua tujuan berbeda. Pertama, kami bertahan bersama karena memahami pentingnya untuk tidak memberikan ruang bagi pemain-pemain bagus Ajax. Kemudian, setelah unggul, tugas bertahan kami untuk mempertahankan hasil.
”Kami bertahan dengan baik dengan dua tujuan berbeda. Pertama, kami bertahan bersama karena memahami pentingnya untuk tidak memberikan ruang bagi pemain-pemain bagus Ajax. Kemudian, setelah unggul, tugas bertahan kami untuk mempertahankan hasil,” ujar Otamendi dilansir laman UEFA.
Lebih lanjut, Otamendi menjelaskan, Liga Champions adalah kompetisi yang menuntut setiap tim dan pemain tampil dengan performa terbaik. Penampilan yang baik itu, tambahnya, tidak melulu tentang menyerang.
”Mari melihat sesuatu dengan kacamata yang lebih luas. Kami tidak bermain menyerang karena hal itu akan menyulitkan diri sendiri. Oleh karena itu, kami tampil bertahan dan kami memainkan permainan (bertahan) yang luar biasa,” ucap bek asal Argentina itu.
AFP/JOHN THYS
Pemain Ajax, Sebastian Haller berhasil mencetak gol namun dianulir karena offside dalam laga babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB. Ajax gagal melangkah ke babak perempat final setelah kalah agregat dari Bencifa, 2-3.
Dalam laga di Amsterdam itu, Otamendi bersama rekan duetnya, Vertonghen, tampil tanpa cela. Otamendi dua kali unggul duel udara dalam situasi bertahan, sedangkan Vertonghen memenangi lima duel udara bertahan.
Lalu, mereka juga mencatatkan akumulasi 14 sapuan di zona pertahanan sendiri. Otamendi melakukan empat sapuan. Sementara itu, Vertonghen menciptakan 10 sapuan.
”Kami memang tidak banyak mendapat kesempatan menguasai bola. Tetapi, kami tahu berkat penampilan berani dan komitmen pada proses bertahan, momen (mencetak gol) akan datang,” ujar Verissimo.
Meski kalah dan tersingkir, Pelatih Ajax Erik ten Hag tidak kehilangan pujian terhadap performa anak asuhnya. Menurut dia, pemain Ajax telah menjalankan rencana permainan dengan baik, terutama dalam penguasaan bola dan mendominasi serangan.
AP/Peter Dejong
Pemain Ajax, Anthony (kiri), berebut bola dengan pemain Benfica, Everton, dalam pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Cruijff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
”Mungkin kekurangan kami hanya pada minimnya kreativitas. Hasil ini terasa amat pahit karena satu kali kehilangan konsentrasi dan Anda tersingkir,” ucap ten Hag kepada Sky Sport.
Dengan kekalahan dari Benfica, Ajax menambah panjang paceklik kemenangan di kandang pada babak gugur Liga Champions sejak 1996. Mereka hanya mendapatkan empat hasil imbang dan menderita lima kekalahan.
Performa kompak dan solid lini belakang ”Si Elang” berbuah gemilang berkat gol yang dicetak Nunez. Gol Benfica itu tercipta melalui satu-satunya peluang yang dimiliki tim asal Portugal itu.
Nunez mencetak gol melalui sundulan untuk memanfaatkan umpan tendangan bebas Alejandro Grimaldo. Keberhasilan Nunez memberikan kemenangan bagi Benfica tidak lepas juga dari blunder kiper Ajax, Andre Onana. Pasalnya, Onana hendak memotong umpan tendangan bebas itu, tetapi bola justru lebih dulu ditanduk Nunez.
AP/Peter Dejong
Penjaga gawang Ajax Andre Onana melakukan penyelamatan di depan pemain Benfica, Nicholas Otamendi (kiri), dalam pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Crujff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
”Tim bersatu dan memberikan segalanya. Kami berlari, bertahan, dan menyerang bersama sehingga kami mengalami perasaan yang sulit untuk diungkapkan karena bisa tampil di babak perempat final,” kata Nunez, yang juga menyandang top scorer Liga Portugal dengan torehan 20 gol.
Akhiri nasib buruk
Benfica melaju ke babak delapan besar untuk pertama kali sejak edisi 2015-2016. Misi Nunez dan kawan-kawan selanjutnya adalah mengakhiri nasib buruk yang telah tercipta sejak musim 1989-1990.
Setelah menjadi runner-up pada final Liga Champions 1990 usai ditumbangkan AC Milan, Benfica tidak pernah lagi bisa tampil lebih jauh dari babak perempat final.
”Pada babak delapan besar, kami ingin menunjukkan mengapa Benfica pantas berada sejauh ini,” kata Julien Weigl, gelandang bertahan Benfica.
AP/Peter Dejong
Pemain Benfica, Rava Silva (kiri), terjatuh saat berebut bola dengan pemain Ajax, Lisandro Martinez, dalam pertandingan babak 16 besar leg kedua Liga Champions Eropa antara Ajax dan Benfica di Stadion Johan Crujff Arena, Amsterdam, Rabu (16/3/2022) dini hari WIB.
Rasa marah menyelimuti para pemain Ajax ketika masuk ke dalam ruang ganti. Mereka seakan tidak percaya harus tersingkir meski tampil lebih superior dibandingan Benfica.
”Kami tim yang jauh lebih baik. Benfica tidak melakukan (serangan), kecuali satu tendangan bebas,” ucap Tadic, kapten Ajax.
Ia menambahkan, ”Kami tampil mendominasi sesuai kami inginkan, tetapi datang satu momen yang membuat hasil akhir sulit kami percaya dan membuat kami marah.” (AFP)