Sinar Benzema Lebih Terang Dibandingkan Bintang PSG
Karim Benzema membuktikan Real Madrid sebagai tim dengan DNA Liga Champions. ”Hattrick” Benzema ke gawang PSG, Kamis WIB, mengantarkan Real membalikkan ketertinggalan agregat demi melaju ke babak perempat final.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
MADRID, KAMIS — Kegemilangan Karim Benzema membantu Real Madrid membenamkan Paris Saint-Germain 3-1 pada laga kedua babak 16 besar Liga Champions, Kamis (10/3/2022) dini hari WIB, di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol. Torehan hattrick pemain asal Perancis itu menutupi aura bintang yang dimiliki tiga megabintang PSG, yaitu Lionel Messi, Neymar Jr, dan Kylian Mbappe.
Selama 12 musim berseragam Real benar-benar telah membentuk Benzema sebagai salah satu penyerang paling klinis dan berbahaya di Eropa. Ia tidak hanya rutin mencetak gol, tetapi juga bisa menjadi pembeda melalui gol-golnya yang krusial.
Hal itu ditampilkan Benzema lewat sumbangan trigol untuk menaklukkan kiper PSG, Gianluigi Donnarumma. Pemain berusia 34 tahun dan 80 hari itu hanya membutuhkan 17 menit untuk membalikkan ketertinggalan agregat Real 0-2 menjadi keunggulan 3-2.
Kegigihan Benzema untuk tidak kenal lelah berusaha membongkar pertahanan PSG berbuah manis saat laga memasuki menit ke-60. Benzema mengganggu penguasaan bola Donnarumma yang membuat kiper tim nasional Italia itu melakukan blunder.
Bola yang ditendang Donnarumma justru mengarah kepada penyerang sayap Real, Vinicius Junior. Hanya dengan satu sentuhan Vinicius langsung memberikan umpan kepada Benzema yang tidak terkawal di depan gawang PSG.
Benzema menyamakan kedudukan di laga kedua itu. Sebelumnya, PSG unggul lebih dulu lewat sepakan terarah Mbappe di menit ke-39.
Meski masih tertinggal agregat 1-2, gol Benzema itu menaikkan mental dan semangat pemain Real. Sekitar 58.000 pendukung Real yang hadir langsung di Bernabeu pun kian menghadirkan gemuruh untuk mendukung ”Los Blancos”.
Gol penyama agregat Real hadir di menit ke-76. Kali ini, Benzema sukses mengonversi asis dari Luka Modric yang memberikan operan melewati sela kaki bek PSG, Presnel Kimpembe.
Kurang dari dua menit berselang atau tepatnya 1 menit dan 47 detik kemudian, Benzema sudah membawa Los Blancos unggul agregat berkat gol ketiganya. Kali ini, Benzema memanfaatkan sapuan tidak sempurna kapten dan bek PSG, Marquinhos.
Dengan sumbangan gol itu, Benzema menjadi pencetak hattrick tertua dalam sejarah Liga Champions. Ia pun telah mencetak delapan gol di kompetisi antarjuara Eropa musim ini.
Seusai laga, Benzema menyebut dukungan tidak kenal lelah dari suporter yang memadati Bernabeu membuat seluruh pemain Real tidak menyerah. Semua gol Real, kata Benzema, merupakan buah dari kerja keras semua pemain, terutama untuk menekan pemain PSG yang menguasai bola sehingga berbuah dua kesalahan.
”Kami membutuhkan fans dan (kemenangan) ini kami persembahkan untuk mereka. Kami kalah di laga pertama dan tertinggal lebih dulu 0-1, tetapi pendukung kami terus mendorong kami untuk memberikan seluruh kemampuan terbaik hingga peluit akhir,” ujar Benzema yang telah menghasilkan 309 gol untuk Real, dilansir Marca.
Lebih lanjut, Benzema mengatakan, kemenangan atas PSG merupakan penegasan Real sebagai penguasa Liga Champions dengan raihan 13 trofi. ”Liga Champions ada di dalam DNA klub ini. Kami memenangkan laga ini karena kekuatan mental kami,” katanya.
Pelukan Ancelotti
Decak kagum atas performa Benzema ditunjukkan pula oleh Pelatih Real Carlo Ancelotti. Setelah wasit Danny Makkiele meniup peluit akhir, Ancelotti langsung menghampiri semua pemainnya untuk memeluk mereka satu per satu.
Benzema menjadi pemain paling akhir dipeluk Ancelotti. Juru taktik asal Italia itu memeluk Benzema lebih lama dibandingkan pemain lain. Dalam sorotan kamera, Ancelotti sempat memejamkan matanya di dalam pelukan Benzema.
”Benzema adalah pemimpin fantastis tim kami, seorang penyerang yang fantastis. Saya sangat senang dengan sikap dan performanya,” kata Ancelotti kepada Canal+.
Skenario terulang
Pertarungan kedua tim, yang tengah menjadi penguasa di liga masing-masing itu, di Bernabeu seakan menduplikasi skenario yang telah ditampilkan pada laga pertama, 16 Februari lalu, di Stadion Parc des Princes. Real meski berstatus sebagai tim tuan rumah tampil dengan zona pertahanan dalam yang membiarkan pemain PSG lebih banyak menguasai bola.
Peran dua gelandang menjadi motor dari permainan kedua tim, yaitu Luka Modric di Real dan Marco Verratti untuk PSG. Modric menjadi sosok penting bagi kemenangan Real itu.
Ia memang tidak mencetak gol, tetapi Modric memberikan asis bagi gol kedua Real. Pemain asal Kroasia itu juga menjadi pemain Los Blancos yang paling banyak menyentuh bola dan melakukan operan dengan catatan 88 sentuhan dan 69 operan.
Pertunjukkan kelas dunia Modric dilengkapi pula dengan catatan tiga kali dribel sukses, tujuh kali merebut kembali bola, dan melakukan empat tekel.
Benzema adalah pemimpin fantastis tim kami, seorang penyerang yang fantastis. Saya sangat senang dengan sikap dan performanya. (Carlo Ancelotti)
Di sisi lain, Verratti kembali menjadi roh permainan PSG. Verratti adalah pemain yang paling banyak menguasai bola pada laga di Bernabeu. Ia melakukan 120 sentuhan dan melepaskan 103 operan.
Mobilitas Verratti itu membantu ”Les Parisiens”lebih banyak menguasai bola dengan 56 persen berbanding 44 persen. Kemudian, PSG juga mencatatkan 591 operan. Sementara, Real hanya menciptakan 450 operan.
Pergantian pemain di lini tengah pada babak kedua memengaruhi kontribusi kedua pemain itu. Ancelotti, misalnya, memasukkan Eduardo Camavinga untuk menggantikan Toni Kroos pada menit ke-57.
Keputusan itu membantu Modric bisa tampil lebih menyerang sehingga melepas tugas bertahan kepada Camavinga. Hasilnya, Real bisa mencetak tiga gol penentu kemenangan.
Adapun keputusan Pelatih PSG Mauricio Pochettino mengganti Leandro Paredes dengan Idrissa Gueye di menit ke-71 justru mendatangkan musibah. Gueye gagal memerankan peran Paredes yang menjadi pelindung sekaligus pendamping Verratti untuk menjadi pengontrol alur bola.
Kehadiran Gueye menghadirkan lubang di zona pertahanan PSG. Gueye tidak banyak berperan sebagai filter serangan Real sebelum berhadapan dengan dua bek tengah, Marquinhos dan Kimpembe. Ia justru harus menyaksikan timnya kemasukan dua gol yang melenyapkan tiket ke babak perempat final.
Pochettino menuturkan, PSG bermain lebih baik dari Real dalam durasi satu jam laga. Namun, gol pertama Real memindahkan momentum pertandingan dari timnya ke Real.
”Gol itu mengubah atmosfer di pertandingan. Kami kemudian membuat sejumlah kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan. Perasaan atas kekalahan ini lebih terasa mengecewakan karena kami tim yang tampil lebih baik, tetapi harus menelan kekalahan dalam 10 menit terakhir,” kata Pochettino.
Keputusan Pochettino untuk mempertahankan trisula Messi, Neymar, dan Mbappe selama 90 menit juga dipertanyakan sejumlah pihak. ”Setelah kemasukan gol pertama, Pochettino seharusnya mengorbankan salah satu penyerang untuk memperkuat lini pertahanan. Itu kekeliruan yang dilakukannya,” kata Olivier Dacourt, mantan pemain timnas Perancis.
Selama 90 menit tampil di Bernabeu, hanya Mbappe dan Neymar yang mencatatkan tembakan mengarah ke gawang. Mbappe melepaskan tiga tembakan mengarah ke gawang, sedangkan Neymar mencatatkan satu tembakan. Mbappe bahkan sempat menghasilkan dua gol yang dianulir wasit akibat offside.
Sementara itu, Messi gagal sekalipun menciptakan sepakan untuk mengancam gawang Real. Messi sejatinya berpeluang menyamakan skor agregat melalui peluang tendangan bebas di masa perpanjangan waktu.
Sayang, tembakan itu melayang di atas mistar gawang Thibaut Courtois. Alhasil, Messi telah menjalani sembilan laga kontra Real tanpa gol dan asis. Messi harus rela durasi paceklik trofi ”Si Kuping Besar” yang dirasakannya bertambah menjadi tujuh musim. (AFP)