Ferrari yang berjuang kembali ke papan atas Formula 1 musim ini sempat dipusingkan oleh ”porpoising”, yaitu keadaan mobil memantul-mantul saat dalam kecepatan tinggi. Namun, Ferrari optimistis bisa mengatasi masalah itu.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
BARCELONA, MINGGU — Filosofi ground effect untuk memanen downforce pada mobil-mobil Formula 1 musim 2022 menyebabkan masalah porpoising. Kosakata itu muncul kembali setelah hilang sekitar 40 tahun dan menjadi pekerjaan rumah bagi tim-tim Formula 1.
Ferrari yang menjadi salah satu tim dengan porpoising terbesar merasa yakin telah mengatasi masalah itu. Tim yang mampu menghilangkan porpoising tanpa mengorbankan performa mobil akan selangkah di depan saat balapan pertama di Bahrain pada 20 Maret.
Masalah porpoising menjadi sangat jelas saat Formula 1 mengunggah video mobil pebalap Ferrari, Charles Leclerc, yang memantul-mantul saat melesat di trek lurus Sirkuit Barcelona, Catalunya. Kondisi itu disebabkan oleh downforce yang dihasilkan oleh aliran udara di bawah lantai menarik mobil terus ke bawah seiring dengan peningkatan kecepatan di trek lurus. Semakin dekat lantai mobil dengan permukaan lintasan, downforce yang dihasilkan oleh ground effect semakin besar.
Kondisi itu menyebabkan perbedaan tekanan antara bagian bawah dan atas sehingga terus memperbesar downforce hingga kemudian terhenti mendadak. Dalam kondisi itu, sebagian besar beban terlepas, bagian depan mobil kembali naik secara mendadak yang membuat ground effect kembali bekerja. Kondisi itu terus berulang hingga pebalap mengerem untuk memasuki tikungan.
Dengan downforce dari bagian bawah mobil yang lebih besar, suspensi yang lebih keras, dan ban yang lebih keras, masalah itu menjadi sangat mengganggu. Porpoising tidak terdeteksi oleh tim-tim F1 dalam simulasi komputer. Di dalam wind tunnel pun tidak muncul karena sabuk putar di fasilitas penguji masih lebih lentur dibandingkan permukaan lintasan. Selain itu, menurut analis Formula 1, Mark Hughes, membuat pemodelan dinamika per dan peredam dalam situasi seperti itu sangat tidak memungkinkan.
Kepala Tim Ferrari Mattia Binotto sebelumnya mengatakan bahwa tim-tim F1 meremehkan porpoising sehingga mengalami efek memantul yang besar saat melesat di permukaan lintasan. Namun, dia menilai, masalah ini bisa mudah diatasi, dan pada hari terakhir tes di Barcelona, Ferrari sudah menemukan solusi.
”Terkait dengan mobil memantul, saya pikir itu pernah menjadi masalah tetapi kini tidak lagi,” ujar Binotto dikutip Motorsport, Minggu (27/2/2022).
”Jika kita melihat itu pada Kamis siang dan Jumat pagi, saya pikir kami memantul jauh lebih sedikit. Dengan demikian, kami bisa mengendalikan situasi,” ujar Binotto.
Mengatasi masalah porpoising memang relatif mudah, yaitu dengan meninggikan posisi mobil. Namun, masalah menjadi tidak sederhana karena performa mobil akan semakin baik jika bisa melesat dalam posisi mobil sedekat mungkin dengan permukaan lintasan. Oleh karena itu, mencari solusi porpoising tanpa mengorbankan performa mobil menjadi tantangan semua tim.
Saya pikir menyelesaikan itu bisa sangat mudah. Mengoptimalkan performa karena itu tidak boleh dikorbankan. Anda harus berusaha menghindari mobil memantul dengan memaksimalkan performa mobil.
”Saya pikir menyelesaikan itu bisa sangat mudah. Mengoptimalkan performa karena itu tidak boleh dikorbankan. Anda harus berusaha menghindari mobil memantul dengan memaksimalkan performa mobil. Tapi itu bisa menjadi usaha yang kurang mudah,” kata Binotto.
”Saya yakin dalam tahap tertentu tim akan menemukan solusi. Berapa lama itu? Tim yang menemukan itu lebih cepat akan memiliki keuntungan di awal musim,” kata Binotto.
Kepala Tim Alfa Romeo Frederic Vasseur juga menilai, menyelesaikan masalah porpoising cukup mudah. Namun, supaya solusi itu tidak mengurangi performa mobil menjadi pekerjaan rumah semua tim. Dia berharap solusi jitu sudah ditemukan sebelum tes kedua pramusim di Bahrain, 10-12 Maret.
”Sejumlah elemen tidak mudah dievaluasi di dalam wind tunnel dan simulator dan kami semua mengalami masalah yang sama,” ujar Vasseur.
”Untuk memperbaiki masalah itu bukan perkara yang sangat besar, tetapi supaya efisien akan menjadi kunci. Secepat apa tim bereaksi akan menjadi kunci untuk balapan pertama,” kata Vasseur.
Terkait dengan hasil tes pertama di Barcelona, pekan lalu, Binotto merasa senang karena bisa mengumpulkan banyak data. Analisis data itu menjadi dasar perbaikan mobil Ferrari F1-75 yang kemudian akan diuji dalam tes kedua di Bahrain.
”Kami senang, pertama karena kami menyelesaikan sangat banyak putaran. Kami telah mempelajari mobil, mengumpulkan data, tetapi saya pikir jika Anda melihat performa waktu putaran, ini masih terlalu dini,” tegas Binotto.
”Kami semua tidak melakukan tes dalam kondisi yang sama dan saya menduga mobil-mobil lain akan sangat cepat. Bagi kami yang lebih penting adalah bisa konsisten memacu mobil, dan benar-benar berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin data, karena masih ada sangat banyak masalah yang perlu diselesaikan atau potensi yang bisa dimunculkan.” kata Binotto.
”Sekarang kami akan pulang ke Maranello sebelum berangkat ke Bahrain. Kami memiliki beberapa hari untuk melihat semua data dan berusaha mengoptimalkan mobil,” kata Binotto.