AC Milan kehilangan taring setelah merebut status pemuncak klasemen sementara. Mereka dua kali beruntun kehilangan poin dari tim papan bawah. Mentalitas juara mereka dipertanyakan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, SABTU — Tidak pernah juara Liga Italia sejak terakhir kali 10 tahun lalu membuat AC Milan canggung ketika berada di puncak klasemen. Milan yang sedang memimpin perburuan gelar kehilangan poin lagi karena ditahan imbang tim papan bawah Udinese. Akibat sindrom inkonsistensi, bayangan kegagalan scudetto yang terjadi musim lalu kembali menghantui ”Rossoneri”.
Milan kembali gagal meraup poin penuh di rumahnya, Stadion Giuseppe Meazza, Sabtu (26/2/2022) dini hari WIB. Skuad asuhan pelatih Stefano Pioli ini ditahan imbang 1-1 oleh Udinese setelah sempat unggul cepat lewat gol penyerang Rafael Leao.
Hilang fokus, Rossoneri dihukum gol kontroversial pemain pengganti tim tamu, Iyenoma Udogie, pada pertengahan babak kedua. Lengan Udogie tampak menyentuh bola dalam proses gol tersebut. Kejadian yang berlangsung sepersekian detik itu sempat diperiksa dengan video asisten wasit (VAR), tetapi gol tidak dianulir.
Tidak diragukan lagi, gol itu tidak sah karena menyentuh lengan terlebih dulu. Harusnya dianulir. Ini adalah kesalahan serius dari wasit dan bukan untuk pertama kalinya. Kesalahan itu berpengaruh terhadap hasil akhir.
Pioli sangat geram karena keputusan wasit yang dianggap salah besar itu. ”Tidak diragukan lagi, gol itu tidak sah karena menyentuh lengan terlebih dulu. Harusnya dianulir. Ini adalah kesalahan serius dari wasit dan bukan untuk pertama kalinya. Kesalahan itu berpengaruh terhadap hasil akhir,” tegas sang pelatih.
Udogie tidak sependapat dengan Pioli. Menurut dia, sentuhan dari lengannya sama sekali tidak berpengaruh terhadap proses gol. ”Sejujurnya saya juga tidak yakin bola itu kena lengan saya. Saya melihat ke arah hakim garis (setelah gol) dan dia memberikan itu. Jadi itu adalah gol,” katanya.
Terlepas dari gol kontroversial, Milan memang tidak layak menang pada dini hari tadi. Tim asuhan Pioli tidak mampu mengancam tim tamu lagi setelah gol Leao. Mereka memang menguasai permainan hingga 62,3 persen, tetapi penguasaan itu tidak berubah jadi peluang.
Milan, yang masih tampil tanpa Ismael Bennacer dan Zlatan Ibrahimovic, lebih banyak bermain di lini tengah. Mereka tidak mampu menguasai sepertiga akhir lapangan lawan. Pertahanan Udinese begitu efektif dengan hampir semua pemain berada di separuh lapangan sendiri.
Rossoneri pun hanya berhasil menendang tiga kali ke arah gawang, separuh lebih sedikit dibandingkan tim tamu. Seandainya gol Udogie dianulir, Udinese sangat mungkin untuk mencetak gol lagi pada 20 menit lebih tersisa. Sebab, sang tuan rumah tidak menampilkan intensitas yang dibutuhkan untuk mengunci kemenangan.
Kehilangan poin ini begitu miris karena sudah terjadi dua kali beruntun. Akhir pekan lalu, mereka juga ditahan imbang juru kunci liga Salernitana, 2-2. Sama seperti laga melawan Udinese, Leao dan rekan-rekan sempat unggul cepat terlebih dulu, lalu kehilangan fokus.
Tren buruk ini pun memunculkan tanda tanya besar. Entah apa yang terjadi pada sang pemuncak klasemen sementara. Masalahnya jelas bukan pada kualitas pemain. Dengan materi tim yang sama, mereka berhasil mengalahkan Inter dan Sampdoria sebelum terjerumus ke tren buruk. Adapun dua kemenangan itu yang membuat mereka berada di puncak liga.
”Kami memang tidak menampilkan performa yang diharapkan,” ucap Pioli yang juga bingung terhadap inkonsistensi anak asuhnya. ”Saya sedang mengevaluasi situasi yang terjadi. Kami sering memecahkan kebuntuan lebih dulu, tetapi gagal membawa pulang poin penuh. Terkadang, kami berhenti menyerang dan bertahan terlalu dalam.”
Salah satu aspek yang menjadi sorotan adalah mentalitas juara Milan. Skuad berisikan mayoritas pemain muda ini tampaknya masih belum andal mengatasi tekanan juara. Belum lagi, faktanya, kultur juara di tubuh Rossoneri sudah luntur karena tidak pernah scudetto lagi dalam sedekade belakangan.
Sang peraih 18 gelar juara liga ini pun kembali dibayangi kenangan buruk pada musim lalu. Ketika itu, Milan berhasil memuncaki klasemen pada paruh musim, tetapi hanya bisa melihat tim tetangga, Inter Milan, mengangkat trofi juara pada akhir musim.
Jika menang, Milan sebenarnya bisa memperlebar jarak dari pesaing terdekatnya, Inter dan Napoli. Adapun Inter, yang bermain setelah Milan pada dini hari tadi, juga ditahan tuan rumah Genoa, 1-1, di Stadion Luigi Ferraris.
Milan saat ini masih berada di puncak klasemen dengan 57 poin dari 27 pertandingan. Namun, posisi mereka bisa direbut Inter (55 poin) dan Napoli (54 poin) yang baru memainkan 26 laga. Tanpa konsistensi dan mentalitas pemenang, 11 pertandingan terakhir di liga bisa jadi jalan berduri untuk Rossoneri. (AFP/REUTERS)