Kebangkitan dramatis Milan dalam derbi sekota tidak hanya berarti raihan tiga poin. Mereka juga memberi pesan, tidak akan membiarkan Inter kembali merengkuh “scudetto“ dengan mudah musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, MINGGU — Inter Milan, lewat permainan dominan, seakan menggenggam takdir kemenangan atas AC Milan setelah unggul satu gol hingga menit ke-75. Namun, keunggulan Inter di segala aspek runtuh hanya dalam 3 menit. Olivier Giroud, penyerang tunggal Milan, memutar takdir di depan mata lewat kegigihan yang berujung sepasang gol dari aksi individunya.
Bukan Derbi Milan namanya jika berakhir tanpa drama. Pertarungan dramatis antara dua tim sekota Milan itu kembali tersaji di Stadion Giuseppe Meazza, pada Minggu (6/2/2022) dini hari WIB. Skuad Milan yang menderita karena ditekan sang lawan nyaris sepanjang pertandingan justru bisa pulang membawa tiga poin penuh lewat kemenangan 2-1.
Mereka memang bermain lebih baik di babak pertama, tetapi kami memperlihatkan keberanian, tidak takut kepada siapa pun. Kekuatan mental tim ini luar biasa.
“Kami mengalahkan tim terbaik di Liga Italia, sang juara bertahan dan pemimpin klasemen. Kami telah membuktikan diri. Mereka memang bermain lebih baik di babak pertama, tetapi kami memperlihatkan keberanian, tidak takut kepada siapa pun. Kekuatan mental tim ini luar biasa,“ ucap pelatih Milan, Stefano Pioli, kepada DAZN.
Satu jam lebih laga berlalu, Inter tampak bisa mengakhiri laga dengan kemenangan mudah. Mereka mendominasi permainan dari penguasaan bola hingga ancaman ke gawang, terutama pada paruh pertama. Gol pembuka dari sepakan Ivan Perisic jelang turun minum seperti cukup untuk menjadi fondasi raihan tiga poin skuad asuhan pelatih Simone Inzaghi.
Namun, Giroud yang lebih banyak menunggu bola di depan sejak menit pertama mendadak berlari ke lini tengah. Penyerang bertubuh tinggi dan kekar ini mengejar bola yang sedang dalam penguasaan pemain lawan, Alexis Sanchez. Dia menabrak tubuh Sanchez, lalu berhasil mengembalikan penguasaan bola ke sisi Milan.
Giroud, striker yang baru didatangkan musim panas ini dari Chelsea, langsung berlari lagi ke kotak penalti. Seketika, dia sudah berada di tiang jauh lawan untuk mengeksekusi kemelut dari tendangan pemain pengganti, Brahim Diaz. Gol penyeimbang sang striker 35 tahun sukses menyulut semangat skuad Milan, sekaligus meruntuhkan mental para pemain Inter.
Tiga menit berselang, Giroud kembali menghukum rapuhnya pertahanan tim lawan. Dia mencetak gol kemenangan lewat aksi individu di kotak penalti. Striker tim nasional Perancis ini mengontrol bola, lalu berbalik menendang bola sekeras mungkin ke tiang jauh. Ekspresi kontras kedua kubu terlihat jelas di lapangan dan di tribune setelah gol ini.
“Seperti saya bilang sebelumnya, laga ini adalah jadwal spesial. Kami kesulitan pada paruh pertama, tetapi berhasil menebus pada 45 menit kedua. Saya sangat bangga karena tim ini tidak pernah menyerah. Kami membuktikan spirit tim yang hebat,” kata Giroud.
Meskipun dinodai kartu merah bek kiri Theo Hernandez, Milan tetap mampu menjaga keunggulan. Gelombang kebahagiaan skuad berjuluk “Rossoneri” ini tumpah seusai peluit panjang. Para pemain berpelukan. Pioli pun turut berlari ke dalam lapangan untuk memeluk anak asuhnya.
Kebangkitan ini tak lepas dari pergantian responsif Pioli. Awalnya, sang pelatih memulai laga dengan mengubah posisi Franck Kessie, dari gelandang bertahan jadi gelandang serang. Kessie menjadi penyerang lubang dari lini kedua dalam formasi 4-2-3-1. Namun, semua tak berjalan sesuai rencana.
Pioli langsung mengganti Kessie dengan Brahim Diaz pada menit ke-58. Hasilnya, serangan mereka menjadi jauh lebih hidup. Kreativitas Diaz memberi nilai tambah yang tidak dimiliki Kessie. Diaz pun akhirnya terlibat dalam gol penyeimbang yang dicetak oleh Giroud.
Kata Inzaghi, skuad asuhannya hanya sedang tidak beruntung hari ini. Dia menilai, gol pertama Milan seharusnya tidak dianulir karena Giroud terlebih dulu melanggar Sanchez. Para pemain Inter sempat mengajukan protes seusai gol, tetapi wasit tidak menggubrisnya.
“Inilah sepak bola. Kami mendominasi dari segala aspek, tetapi kami tidak cukup tajam untuk menyudahi (dengan kemenangan). Mereka beruntung di gol pertama dan cerdas di gol kedua. Derbi ini hanya berjalan satu arah pada 60 menit pertama, lalu laga ini dikotori dengan gol pertama yang mana itu merupakan sebuah pelanggaran sebelumnya,” jelas Inzaghi.
Bagi Milan, kemenangan ini tidak hanya berarti tiga poin. Mereka sekaligus memberi pesan kepada sang tetangga, persaingan juara musim ini masih panjang dan penuh kejutan. Milan yang kehilangan gelar juara musim lalu karena inkonsistensi pada paruh kedua kompetisi, memperlihatkan sisi lebih dewasa kali ini.
Giroud dan rekan-rekan sekarang berada di peringkat kedua dengan 52 poin. Mereka terus mengintai Inter yang hanya unggul 1 poin. Adapun Inter yang baru berlaga 23 kali menyimpan satu pertandingan belum dimainkan.
“Jalan panjang masih menanti di depan kami. Kami masih berada dalam laju yang tepat untuk juara, tetapi ada banyak pertandingan yang harus dimainkan. Jadi kami harus memenangi sebanyak mungkin laga, lalu melihat apa yang Inter lakukan,” ucap Giroud. (AFP/REUTERS)