Selama ini, tim putri Indonesia kesulitan menembus dominasi China, Jepang, dan Korea Selatan. Belakangan, Thailand juga unggul atas Indonesia. Namun, para pemain muda membuktikan mampu bersaing di tingkat Asia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lama tak berprestasi pada kategori beregu putri, Indonesia akhirnya menjadi juara Asia. Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan memenangi persaingan antarpemain muda yang mewakili negara masing-masing di Selangor, Malaysia, dalam sepekan terakhir.
Gelar tersebut didapat setelah mengalahkan Korea Selatan 3-1 pada final di Setia City Convention Centre, Minggu (20/2/2022). Ini menjadi gelar pertama tim putri Indonesia dalam ajang yang digelar dua tahun sekali sejak 2016 tersebut. Hasil terbaik sebelumnya adalah menjadi semifinalis pada 2018.
Kejuaraan inijugamenjadi babak kualifikasi Piala Thomas dan Uber Zona Asia. Empat semifinalis tim putri yang lolos ke Piala Thomas dan Uber di Bangkok, Thailand, 8-15 Mei, dari Kejuaraan Asia adalah Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, dan Jepang.
Setelah kok dari smes pasangan Korea Selatan yang berhadapan dengan Lanny Tria Mayasari/Nita Violina Marwah jatuh di luar lapangan, Gregoria, Putri Kusuma Wardani, dan pemain lain berlarian ke lapangan menyambut kemenangan rekannya.
Kegembiraan tersebut patut dirayakan meski kategori beregu putri hanya diikuti tujuh tim serta tanpa kehadiran Jepang, Thailand, dan Taiwan. Selama ini, tim putri Indonesia kesulitan menembus dominasi China, Jepang, dan Korea Selatan. Belakangan, Thailand juga unggul atas Indonesia.
Ajang besar terakhir yang dijuarai Indonesia adalah Piala Uber, yaitu pada 1996. Pada level Asia lainnya, melalui Asian Games, medali emas hanya didapat pada Asian Games pertama, di Jakarta pada 1962. Dominasi beregu putri di tingkat Asia Tenggara, melalui SEA Games, berakhir pada 2007.
Gregoria mengawali penampilan Indonesia melawan Korea Selatan dengan kemenangan atas Sim Yu-jin, 21-9, 21-10. Penampilan Gregoriabahkanlebih baik daripada saat mereka bertemu dalam fase grup ketika pemain peringkat ke-27 dunia itu menang 21-6, 21-18.
”Puji Tuhan, hari ini saya bermain lebih baik dibandingkan dengan saat bertemu Korea di penyisihan grup. Yang lalu itu jauh lebih tegang daripada sekarang. Karena itu,mainnya bisa lebih baik, tanpa beban,” katanya.
Gregoria juga menilai, pada hari ini kebugaran lawan terlihat kurang prima. ”Mungkin karena kemarin mereka main semifinal, sementara kami hanya berlatih,” kata Gregoria.
Indonesia menang tanpa tanding pada semifinal atas Jepang karena beberapa pemain Jepang dinyatakan tidak fit untuk bertanding. Adapun Korea Selatan mengalahkan Malaysia, 3-0.
Hari ini saya bermain lebih baik dibandingkan dengan saat ketemu Korea di penyisihan grup. Yang lalu itu jauh lebih tegang daripada sekarang. Karena itu, mainnya bisa lebih baik, tanpa beban.
Sebagai kapten tim, Gregoria mengajak rekan-rekannya tampil penuh semangat untuk menjadi juara pada pertemuan tim sebelum pertandingan. ”Mari kita tampil kompak dan penuh semangat untuk merebut gelar juara,” kata Gregoria.
Semangat itu pun diperlihatkan rekan-rekannya walau harus menjalani laga tak mudah. Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi juga tampil lebih baik dibandingkan dengan pertemuan pertama melawan Baek Ha-na/Seong Seung-yeon meski akhirnya kalah 15-21, 21-14, 14-21.
Pada gim pertama, Febriana/Amalia kesulitan mengatasi kecepatan lawan, terutama dalam permainan net. Mereka tampil lebih baik pada gim kedua dengan permainan yang lebih variatif, salah satunya dengan kejelian melihat posisi lawan. Berkali-kali Febriana/Amalia mengecoh pasangan Korea Selatan dengan melalukan drop shot. Akan tetapi, mereka tak dapat menjaga konsistensi permainan, bahkan banyak melakukan kesalahan mudah pada gim ketiga.
”Maaf kami belum bisa menyumbangkan angka. Rasanya sedih belum bisa menang. Saya dan Tiwi sebenarnya sudah berusaha tampil maksimal, tetapi lawan memang lebih baik,” kata Ana, sapaan Febriana.
”Pada gim ketiga, start kami lambat, juga kurang konsisten. Fokus jadi hilang. Sementara perubahan pola yang kami kembangkan kurang menyulitkan lawan. Sebaliknya, malah mengenakkan lawan dalam menyerang,” tutur Ana.
Setelah Putri membuat Indonesia unggul dengan kemenangan atas Lee Se-yeon, 21-10, 21-18, kemenangan ketiga Indonesia ditentukan oleh Lanny/Nita. Mereka mengalahkan Kim Min-ji/Park Min-jeong, 23-21, 21-11. Pada penyisihan grup, Lanny/Nita mengalahkan Kim dengan partner berbeda, Lee Seo-jin, 21-16, 22-20.
”Senang sekali saya bisa membalas kekalahan dari Lee di pertandingan penyisihan grup dan menyumbangkan poin untuk Indonesia,” kata Putri.
Sementara itu, seusai berebut angka dengan ketat pada akhir gim pertama, Lanny/Nita bermain makin nyaman pada gim kedua. Hampir setiap angka diperoleh dengan mudah, kurang dari lima pukulan.
Pada sesi sore, yang dimulai pukul 15.00 WIB, tim putra Indonesia akan berhadapan dengan tuan rumah di final. Indonesia menurunkan Chico Aura Dwi Wardoyo, Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, dan Christian Adinata pada nomor tunggal untuk melawan Lee Zii Jia dan kawan-kawan. Adapun pada ganda mengandalkan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.