Tim putra bulu tangkis Indonesia akan menghadapi Singapura yang diperkuat juara dunia, Loh Kean Yew, pada semifinal Kejuaraan Asia Beregu. Laga itu bisa menambah pengalaman dan mental bertanding skuad muda Indonesia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tanpa sebagian besar bintang top dunia, Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu di Malaysia menjadi ajang persaingan pemain muda dari delapan negara. Babak semifinal yang dicapai tim putra dan putri Indonesia menunjukkan skuad muda pelatnas setidaknya bisa bersaing pada tahap awal.
”Terima kasih atas perjuangannya sehingga tim putra Indonesia bisa tampil sebagai juara grup, seperti tim putri. Namun, perjuangan belum berakhir. Pemain harus tetap semangat menatap semifinal,” kata Aryono Miranat, pelatih ganda putra Indonesia.
Aryono mengatakan itu setelah tim putra Indonesia mengalahkan India, 3-2, di Setia City Convention Centre, Selangor, Malaysia, pada Jumat (18/2/2022). Berkat hasil itu, Indonesia selalu menang dalam tiga laga awal sehingga menjadi juara Grup A, diikuti Korea Selatan, India, dan Hongkong.
Adapun urutan tim pada klasemen terakhir Grup B terdiri atas Malaysia, Singapura, Jepang, dan Kazakhstan, setelah Malaysia mengalahkan Jepang, 3-2, dan Singapura menang atas Kazakhstan, 5-0. Tim pada peringkat dua teratas setiap grup lolos ke semifinal sekaligus mendapatkan tiket ke putaran final Piala Thomas dan Uber di Bangkok, Thailand, 8-15 Mei 2022.
Akan tetapi, menjadi semifinalis Kejuaraan Asia bukanlah satu-satunya jalan untuk bersaing di Bangkok. Tim lain yang berhak tampil adalah tuan rumah, juara bertahan Piala Thomas dan Uber, serta berdasarkan peringkat dunia beregu. Syarat terakhir inilah yang bisa meloloskan tim putra Jepang ke Piala Thomas. Sementara tim putra Indonesia akan tampil karena berstatus juara bertahan.
Menimba pengalaman
Meskipun hasil apapun di Malaysia tak akan mengubah hak tim putra Indonesia tampil di Bangkok, lolos dari fase grup jadi peluang bagus bagi mereka guna menimba pengalaman di babak lebih tinggi.
Berdasarkan undian yang digelar, setelah semua laga penyisihan grup selesai, semifinal beregu putra mempertemukan Indonesia dengan Singapura yang diperkuat juara dunia, Loh Kean Yew. Pemenang laga ini akan bertemu Malaysia atau Korea Selatan. Adapun pada persaingan putri, Indonesia akan melawan Jepang, sementara Malaysia menghadapi Korea Selatan.
Menghadapi semifinal, Sabtu, setiap pemain membawa pekerjaan rumah masing-masing berdasarkan penampilannya pada fase grup. Setelah dua kali menang, tunggal putra Chico Aura Dwi Wardoyo melihat kekurangannya saat menghadapi pemain India peringkat ke-13 dunia, Lakhsya Sen. Chico kalah 18-21, 25-27, meskipun sempat memimpin lebih dulu pada setiap gim.
”Saya kurang tenang saat memimpin. Pada poin-poin kritis, saya kurang berani mengambil keputusan untuk menguasai permainan di depan net,” ujar Chico.
Selain Sen, Chico juga sempat menghadapi pemain peringkat 20 besar lainnya, Lee Cheuk Yiu (Hongkong). Chico mengalahkan pemain peringkat ke-17 dunia itu. Adapun tunggal kedua Indonesia, Ikhsan L Rumbay, belajar mengembalikan kepercayaan diri dan bermain dengan strategi yang tepat setelah kehilangan gim kedua saat melawan Kiran George. Ikhsan pun menang, 21-13, 17-21, 21-10.
Pemain lainnya yang baru diturunkan saat melawan India untuk menggantikan Christian Adinata, yaitu Yonathan Ramlie, merasakan perbedaan atmosfer bertanding dalam ajang beregu dibandingkan pada turnamen perorangan. Hal serupa dikemukakan pemain ganda putra, Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, yang selalu kalah dalam dua pertandingan bersama Pramudya Kusumawardana.
Penampilan mengejutkan justru diperlihatkan pasangan dadakan, Nita Violina Marwah/Lanny Tria Mayasari, yang menang saat melawan Korea Selatan.
Sementara Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin bisa menyesuaikan diri cukup baik dengan situasi. Mereka selalu menang dua gim dalam tiga pertandingan, termasuk saat Indonesia tertinggal 1-2 dari Korea Selatan. Leo/Daniel juga bisa menyamakan skor setelah Indonesia kehilangan partai pertama melawan India.
Lebih tenang
Di babak yang lebih tinggi, tim putri kemungkinan akan tetap menurunkan trio Gregoria Mariska Tunjung, Putri Kusuma Wardani, dan Stephanie Widjaja. Herli Djaenudin, pelatih tunggal putri Indonesia, menilai, pemain senior dan pelapis mampu menjawab kepercayaan yang diberikan dengan optimal.
“Untuk pemain pelapis (pemain-pemain di bawah Gregoria) tinggal menambah jam terbang saja,” katanya.
Hanya saja, Herli memberi catatan tentang ketenangan pemain saat memimpin skor. Pada situasi tersebut, Gregoria dan Putri justru tampil kurang tenang hingga akhirnya banyak membuat kesalahan.
Pada ganda putri, pelatih Prasetyo Restu Basuki berpendapat, meski ganda pertama, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, tak bisa menyumbang kemenangan saat menghadapi lawan tangguh, penampilan mereka cukup menjanjikan. Kekalahan dari Korea Selatan dan Hongkong dialami dengan skor tipis. “Sebagai pemain pelapis, mental mereka memang belum stabil,” kata Prasetyo.
Penampilan mengejutkan justru diperlihatkan pasangan dadakan, Nita Violina Marwah/Lanny Tria Mayasari, yang menang saat melawan Korea Selatan. Mereka diduetkan karena Jesita Putri Miantoro, yang sebelumnya bermain bersama Lanny, cedera paha kiri. Sementara pasangan Nita, yaitu Putri Syaikah, tak ikut berangkat ke Malaysia karena cedera.
“Nita yang setahun lebih tua bisa jadi pemimpin. Padahal, pasangan ini dibentuk tidak sengaja. Namun (mereka) lebih siap dan kualitasinya lebih bagus dari Jesita/Lanny,” lanjut Prasetyo. Dengan kepercayaan diri yang diperlihatkan Nita/Lanny, tekanan pun bisa dirasakan oleh lawan.