Tim putra Indonesia menyusul tim putri ke final Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu 2022 seusai menyingkirkan Singapura. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia punya peluang emas mengawinkan dua gelar juara Asia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar pemain skuad muda Indonesia akan tampil pertama kalinya di final persaingan level tertinggi yang pernah diikutinya. Tim bulu tangkis putra dan putri Indonesia akan bersaing di laga perebutan status juara Asia, Minggu (20/2/2022).
Bagi tim putri, final melawan Korea Selatan di Selangor, Malaysia, Minggu ini, bahkan menjadi yang pertama sejak Kejuaraan Asia Beregu digelar dua tahun sekali mulai 2016. Adapun untuk putra, final tahun ini adalah keempat beruntun setelah selalu juara pada tiga edisi sebelumnya.
Tim putri Indonesia menang tanpa bertanding pada babak semifinal, Sabtu, setelah Jepang mengundurkan diri karena beberapa pemainnya kurang bugar. Adapun Korsel mengalahkan Malaysia, 3-0, pada semifinal lainnya.
Sabtu malam, tim putra menyusul langkah skuad putri setelah mengalahkan Singapura, 3-2. Lawan mereka di final adalah Malaysia yang diperkuat dua wakil berperingkat ketujuh dunia, Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Malaysia mengalahkan Korsel, 3-0, pada semifinal.
Final beregu putri merupakan ulangan laga penyisihan Grup Z, 17 Februari, yang dimenangi Indonesia, 3-2. Ketika itu, Indonesia mendapatkan angka dari Gregoria Mariska Tunjung, Nita Violina Marwah/Lanny Tria Mayasari, dan Stephanie Widjaja.
Ketiga wakil itu kemungkinan akan diturunkan kembali pada laga final menghadapi Korsel yang diperkuat salah satu pemain ganda peringkat ke-14 dunia, Baek Ha-na. Dua wakil Indonesia lainnya yang kemungkinan bakal tampil adalah Putri Kusuma Wardani dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi.
Becermin pada pertemuan sebelumnya, laga final kemungkinan kembali berlangsung ketat. Laga itu juga akan menjadi ajang adu mental sebagian besar skuad muda kedua tim, yaitu rata-rata usia 19-23 tahun, dalam level yang lebih tinggi.
Kami akan berjuang hingga titik darah penghabisan. (Prasetyo Restu B)
Meski menang dalam penyisihan grup, Indonesia memiliki catatan, yaitu belum stabilnya mental beberapa pemain karena minimnya pengalaman dalam ajang beregu. Hanya Gregoria, Putri, dan Nita yang pernah tampil dalam kejuaraan beregu level senior, seperti Piala Uber.
Modal semangat
Namun, skuad muda itu setidaknya punya modal semangat dan kekompakan. ”Setelah Jepang mundur, kami makin semangat. Semoga kami bisa juara dan saya bisa mendapatkan kado ulang tahun terbaik,” kata Febriana yang genap berusia 21 tahun, kemarin.
Herli Djaenudin, pelatih tunggal putri Indonesia, mengakui tingginya semangat skuad putri Indonesia yang jarang menjuarai ajang beregu. ”Indonesia maju ke final. Jika ada kesempatan, kenapa tidak diambil? Meskipun diperkuat pemain muda, mereka punya semangat luar biasa mengejar juara,” ujarnya.
Gelar juara terakhir tim putri bulu tangkis Indonesia didapat dari ajang SEA Games Nakhon Ratchasima 2007. Di tingkat Asia, medali emas hanya diperoleh pada Asian Games Jakarta 1962. Adapun pada Piala Uber, gelar didapat pada 1975, 1994, dan 1996.
Meskipun target final telah dicapai, Prasetyo Restu Basuki, pelatih ganda putri, berkata, timnya akan tetap berjuang keras untuk melampaui target itu. ”Kami akan berjuang hingga titik darah penghabisan,” kata Prasetyo.
Tanpa pertandingan pada Sabtu, Gregoria dan kawan-kawan memanfaatkan waktu luang dengan berlatih dan menyiapkan strategi untuk peluang yang jarang didapat, yaitu mengejar gelar juara Asia.
Tiga laga kunci
Pada final beregu putra melawan Malaysia, tim yang dikalahkan Indonesia pada final Kejuaraan Asia 2020, pemain yang tampil pada partai ketiga hingga kelima tampaknya harus tampil dengan mental lebih tangguh. Mereka bisa menjadi kunci jika dua partai awal dimenangi Malaysia melalui Lee dan Chia/Soh.
Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dan Christian Adinata, yang tampil pada laga keempat dan kelima saat melawan Singapura, bisa menjalankan tanggung jawab itu dengan baik. Fikri/Bagas tampil saat Indonesia tertinggal 1-2 setelah Chico dan Ikhsan L Imanuel Rumbay kalah dalam partai pertama dan ketiga. Dari tiga laga awal, hanya Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang menang.
Fikri/Bagas tak menampik jika mereka tegang pada gim awal dengan kondisi tim tertinggal. ”Pada gim kedua, saya dan Fikri mulai berani dan makin yakin. Kami bisa berteriak melampiaskan emosi di lapangan dan bermain lepas,” kata Bagas seusai membekap Danny Chrisnanta/Hee Yong Terry, 15-21, 21-11, 21-15.
Adapun bagi Christian, bukan hanya kemarin ketangguhannya diuji dengan tampil saat skor 2-2. Sebelum mengalahkan Koh Jia Wei Joel, 21-11, 21-14, Christian juga menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korsel pada partai kelima fase grup.
Sementara Chico, sejak laga terakhir penyisihan grup, harus melawan pemain-pemain peringkat 20 besar dunia. Ia pun kalah, yaitu dari pemain peringkat ke-13 dunia, Lakhsya Sen (India), dan juara dunia Loh Kean Yew (Singapura, peringkat ke-12 dunia). Hari ini, Chico akan menghadapi Lee.
Meski demikian, bukan tidak mungkin kemenangan diraih pemain-pemain pelapis Indonesia atas dua kekuatan utama Malaysia. Dalam dua laga terakhir, Lee selalu dipaksa bermain tiga gim saat melawan pemain muda Jepang dan Korea Selatan. Adapun Chia/Soh kalah saat melawan pasangan Jepang peringkat ke-857 dunia.
Dalam penyisihan Grup B, Malaysia hampir kalah ketika Jepang unggul 2-1 sebelum situasi berbalik ketika tuan rumah memenangi dua laga terakhir.