Program naturalisasi kembali digaungkan PSSI seiring permintaan Shin Tae-yong untuk memperkuat tim nasional. Pembenahan lini belakang menjadi alasan utama mendatangkan pemain keturunan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·7 menit baca
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI seakan tidak ingin terlena dengan membaiknya performa tim nasional di tangan Shin Tae-yong pada Piala AFF 2020. Komitmen untuk membantu Shin meningkatkan kualitas skuad ”Garuda” ditunjukkan dengan mengakomodasi kesempatan laga uji coba internasional, akhir Januari, serta berambisi meluluskan naturalisasi empat pemain keturunan yang berkarier di Eropa.
Informasi rencana PSSI menaturalisasi empat pemain berdarah Indonesia, yaitu Sandy Walsh (KV Mechelen) dan Jordi Amat (KAS Eupen) di Liga Belgia, serta Mees Hilgers (Twente), dan Ragnar Oratmangoen (Go Ahead Eagles) di Liga Belanda, memenuhi narasi di media konvensional dan media sosial sejak akhir Desember. Keseriusan PSSI dengan rencana naturalisasi empat pemain itu tidak lepas dari permintaan langsung Shin.
Juru taktik asal Korea Selatan itu memang sejak pertengahan 2021 mulai menggodok sejumlah nama pemain yang berpotensi memiliki darah Indonesia untuk membela timnas. Nama-nama pemain yang bermain di Eropa itu dikumpulkan oleh tim Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri.
Namun, proses itu tidak mudah. PSSI kesulitan berkomunikasi dengan para pemain sehingga keinginan kuat pemain, seperti Walsh, membela tim Garuda ibarat masuk ke dalam ruang gelap yang sulit menemui titik terang.
Oase rencana naturalisasi itu mulai muncul ketika PSSI menggandeng salah satu agen pemain terkemuka di Eropa untuk menjadi mediator. Agen itu yang membantu komunikasi pemain dengan PSSI, serta membantu pemain mengumpulkan dokumen pribadi untuk proses naturalisasi itu, terutama dokumen tentang bukti sahih adanya darah Indonesia dalam silsilah keluarga mereka.
”Selain itu, Shin juga berkontribusi karena berbicara langsung kepada pemain itu, misalnya Hilgers, sehingga kebutuhan pelatih dan pemain sudah jelas. Kami (PSSI) hanya mengurus keperluan dokumen,” ujar anggota Komite Eksekutif PSSI, Hasani Abdulgani, di Jakarta, Senin (31/1/2022).
Agen yang ditunjuk PSSI itu ialah Giuseppe Cusmano. Cusmano, yang berasal dari Italia, sudah tidak asing dengan Indonesia karena memiliki kedekatan dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir ketika masih menjabat sebagai Presiden Inter Milan pada periode 2013-2016.
Cusmano pun pernah datang ke Indonesia pada upacara pembukaan Asian Games 2018. Rekam jejak Cusmano pun apik dengan bergabung dalam agensi Football Capital, yang menjadi representasi sejumlah pemain kelas dunia, di antaranya Alisson Becker (Liverpool) dan Raul Albiol (Villarreal).
Berkat kerja keras sejumlah pihak itu sejak pertengahan Desember, PSSI telah menyerahkan berkas naturalisasi dari Walsh dan Amat kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga, akhir Januari. Pada pada pekan ini, PSSI akan mengurus berkas Hilgers.
Untuk Oratmangoen, Hasani mengungkapkan, pihaknya masih akan mengonfirmasi hal ini dengan Shin. Pasalnya, Shin yang sempat menginginkan Oratmangoen mulai goyah dan lebih tertarik untuk bisa mendatangkan Kevin Diks (FC Copenhagen).
”Mereka (lima pemain) itu ingin membela Indonesia karena ada kebanggaan mereka dengan membela tanah leluhurnya. Apabila dihitung untung-rugi, mereka tentu rugi bermain untuk Indonesia karena value (nilai pasar) mereka akan turun, tetapi mereka punya cinta untuk Indonesia demi membantu timnas,” kata Hasani.
Seusai membenamkan Timor Leste, 3-0, pada laga uji coba di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Bali, Minggu (30/1/2022), Shin ingin segera bisa menangani empat pemain yang akan dinaturalisasi itu. Ia berharap setidaknya mereka telah memegang paspor bergambar burung Garuda paling lambat awal Mei sehingga bisa membela timnas di ajang kualifikasi Piala Asia 2023, Juni nanti.
”Saya berharap semua pemain naturalisasi itu prosesnya dipercepat untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Saya akan sangat berterima kasih kepada pemerintah dan PSSI jika proses itu dipercepat,” tutur Shin.
Keinginan Shin itu sejatinya mendapat respons positif dari Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Ia berencana melakukan rapat dengan PSSI, pekan ini, untuk membahas isu-isu terkini sepak bola nasional, termasuk pengajuan naturalisasi pemain keturunan.
”Kami ingin menyeleksi dan memverifikasi secara sungguh-sungguh pengajuan naturalisasi itu. Kami ingin pemain itu benar-benar bermanfaat meningkatkan prestasi timnas dan bisa bermain dalam waktu lama,” ujar Menpora.
Kelemahan utama
Sejak Desember 2019 meneken kontrak untuk menangani Indonesia, Shin mulai memahami kendala terbesar tim Garuda yang perlu dibenahi dalam waktu singkat, yaitu buruknya kualitas lini belakang. Shin memang telah memiliki bek tengah andalan, yaitu Rizky Ridho, Fachrudin Aryanto, Alfeandra Dewangga, hingga pemain naturalisasi Elkan Baggott.
Namun, mereka belum cukup memuaskan Shin, terutama untuk bersaing dengan tim-tim di level Asia. Rizky, Dewangga, dan Baggott, misalnya, berusia di bawah 20 tahun sehingga masih perlu waktu dan pengalaman untuk mencapai performa terbaik.
Saya berharap semua pemain naturalisasi itu prosesnya dipercepat untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Saya akan sangat berterima kasih kepada pemerintah dan PSSI jika proses itu dipercepat.
Shin telah memahami kelemahan itu ketika Indonesia tumbang kala jumpa tiga tim di luar zona Asia Tenggara, yakni Uni Emirat Arab, Oman, dan Afghanistan. Dalam duel melawan tiga tim itu, Garuda selalu menelan kekalahan.
Pada Piala AFF 2020, Indonesia memang bisa melaju hingga ke final. Namun, catatan defensif Indonesia menjadi yang terburuk dari empat tim yang melaju ke babak semifinal.
Tim Garuda kemasukan 13 gol atau rata-rata kebobolan 1,62 gol per laga. Dari delapan laga di Piala AFF, Indonesia hanya sekali tak kemasukan gol ketika bermain imbang tanpa gol dengan Vietnam di fase grup.
Bahkan, menghadapi tim dengan kualitas di bawah Indonesia, seperti Kamboja dan Laos, Fachrudin dan kawan-kawan gagal mencatatkan clean sheet. Terakhir, pada laga uji coba pertama melawan Timor Leste, Indonesia juga harus kebobolan lebih dahulu sebelum unggul 4-1.
Dengan fakta itu, Shin ingin mendatangkan Amat, Hilgers, dan Walsh. Amat dan Hilgers adalah pemain yang berposisi sebagai bek tengah, sedangkan Walsh bisa tampil di dua posisi bek sayap.
Kehadiran Amat (29) tidak hanya dibutuhkan untuk memperbaiki lini belakang. Dia punya pengalaman tampil di level tertinggi bersama Espanyol, Swansea City, Rayo Vallecano, Real Betis, hingga menjadi andalan klub Liga Utama Belgia, KAS Eupen. Amat juga menjadi kapten Eupen.
Sementara itu, Hilgers tengah memulai kariernya di Liga Belanda bersama Twente. Ia adalah pemain termuda dengan menit bermain terbanyak bagi Twente di kompetisi domestik. Bek berusia 20 tahun itu hanya absen dua laga dalam 20 pertandingan yang telah dijalani Twente di liga musim ini.
Adapun Walsh (26), seperti Amat, berkarier di Liga Utama Belgia. Walsh, yang pernah menolak tawaran timnas Irlandia, membela KV Mechelen. Ia tampil dalam 23 laga dari 25 pertandingan Mechelen di Liga Utama Belgia edisi 2021-2022.
Satu pemain yang masuk rekomendasi Shin, yaitu Oratmangoen, berbeda dengan tiga pemain lainnya karena berposisi sebagai pemain sayap. Oratmangoen, yang berusia 24 tahun, adalah andalan Go Ahead Eagles di Liga Belanda. Ia tidak pernah absen dalam 20 laga timnya di liga.
Andai Shin menukar keinginannya untuk menaturalisasi Oratmangoen dengan Diks, maka empat pemain naturalisasi adalah pemain belakang. Pasalnya, Diks adalah bek sayap yang bisa bermain di kedua sisi lapangan.
Di musim perdananya membela tim Liga Denmark, FC Copenhagen, Diks tidak hanya bermain untuk posisi bek sayap. Ia juga pernah ditempatkan sebagai gelandang tengah dan sayap kanan.
”Catatan karier mereka menunjukkan pemain yang dalam proses naturalisasi berada di atas level pemain timnas saat ini. Ibaratnya naturalisasi ini adalah booster (penguat) kualitas timnas yang sudah baik,” kata Hasani.
Lebih lanjut, ia menegaskan, PSSI tidak akan melakukan program naturalisasi apabila tidak sesuai keinginan Shin dan pemain yang diincar tidak punya potensi untuk meningkatkan penampilan timnas.
Sejak PSSI dan pemerintah membuka keran naturalisasi pada 2010, sebanyak 35 pemain asing telah menjadi warga negara Indonesia. Di antara mereka, hanya tiga pemain, yaitu Cristian Gonzales, Stefano Lilipaly, dan Raphael Maitimo, yang mengemas lebih dari 20 caps bersama Garuda.
”Kami punya target bersama Coach Shin sehingga tidak ada salahnya kami memberikan apa yang ia butuhkan untuk mengejar target tampil di Piala Asia 2023 dan berprestasi di Piala AFF 2022,” ujar Hasani.
Menurut legenda timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, setiap individu yang memiliki darah Indonesia memiliki hak untuk membela tim Garuda. Kurniawan menuturkan, pemain naturalisasi itu harus memiliki kualitas jauh lebih baik daripada pemain hasil pembinaan dalam negeri.
”Kalau pemain-pemain itu sudah dinaturalisasi, mereka harus dimaksimalkan dengan baik. Semoga mereka bisa memperkuat atau menjadi kekuatan yang benar-benar dibutuhkan timnas,” tutur Kurniawan, yang telah mengikat kontrak dengan klub Serie B Italia, Como 1907, untuk menduduki jabatan asisten pelatih mulai 1 Desember 2021.
Meski begitu, ia mengingatkan kepada pemangku kepentingan sepak bola nasional untuk lebih serius membenahi sistem pembinaan talenta muda demi program jangka panjang. Naturalisasi, katanya, cuma langkah jangka pendek untuk timnas sehingga berbagai kekurangan sepak bola Indonesia harus dibenahi dengan proses dan target yang tepat.