Meskipun gagal menjuarai Piala AFF 2020, Indonesia tidak perlu berkecil hati karena punya masa depan cerah. Berbekal skuad muda, mereka mampu meladeni lawan yang diperkuat barisan pemain senior.
Oleh
I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim nasional sepak bola Indonesia bisa pulang dengan kepala tegak meskipun gagal menjuarai Piala AFF 2020. Mereka melampaui ekspektasi sehingga bisa keluar sebagai juara grup dan menembus final walaupun sempat diremehkan. Masa depan cerah menanti tim ”Garuda” jika tetap konsisten pada proses pembentukan skuad muda itu.
Penantian Indonesia selama 25 tahun di Piala AFF masih belum membuahkan hasil. Menahan Thailand, 2-2, pada laga kedua final di Stadion Nasional, Singapura, Sabtu (1/1/2022), Indonesia kalah agregat 2-6 dari sang ”Raja Asia Tenggara”. Hal itu membuat Indonesia masih gagal mengangkat trofi meskipun sudah enam kali berlaga di final Piala AFF. Adapun Thailand telah enam kali juara, rekor terbanyak.
Pada laga kedua final, Indonesia tidak diperkuat empat pemain, yaitu Elkan Baggott, Victor Igbonefo, Rizky Ridho, dan Rizky Dwi Febrianto. Mereka mendapat hukuman larangan bermain pada laga kedua karena keluar dari hotel. Piala AFF menerapkan sistem ”gelembung” yang melarang pemain keluar dari hotel untuk menghindari kontak dengan orang luar.
Namun, lewat media sosialnya, Elkan menolak disebut melanggar aturan. Bek tengah andalan Indonesia itu menyebut dirinya dan rekan-rekannya keluar dari hotel lantaran staf timnas mengizinkan untuk berjalan-jalan keluar dan membeli barang kebutuhan pokok.
”Kami berani meninggalkan hotel karena (setelah diizinkan keluar oleh ofisial timnas Indonesia) kami pikir tidak menyalahi aturan,” tulis Elkan di Instagram Story.
Kendati tidak diperkuat empat pemain itu, Indonesia tampil berbeda dibandingkan dengan laga pertama. Mereka lebih berani meladeni Thailand yang diperkuat mayoritas pemain senior. Tim Garuda sempat tampil menekan sehingga menyulitkan Thailand mengembangkan permainan.
Tulang punggung tim kami kebanyakan pemain berusia 22 sampai 23 tahun. Saya yakin kalau terus tampil bagus, tim kami akan mengerikan pada masa mendatang.
Serangan-serangan yang dibangun para pemain Indonesia mampu merepotkan barisan pemain belakang Thailand hingga Ricky Kambuaya membuat Indonesia unggul 1-0 pada babak pertama. Pada babak kedua Thailand bangkit dan mengatasi ketertinggalannya.
Tim ”Gajah Perang” membalas melalui gol Adisak Kraisorn pada menit ke-54 dan Sarach Yooyen pada menit ke-56. Indonesia mampu menyamakan kedudukan lewat gol Egy Maulana Vikri pada menit ke-80.
Walaupun gagal memenangi laga pamungkas, Pelatih Indonesia Shin Tae-yong tidak terlalu kecewa. Ia memuji semangat juang para pemainnya sehingga tampil berbeda dibandingkan dengan laga pertama.
”Pengalaman sangat penting dalam sepak bola. Tim ini akan berkembang ke arah yang positif. Tulang punggung tim kami kebanyakan pemain berusia 22 sampai 23 tahun. Saya yakin kalau terus tampil bagus, tim kami akan mengerikan pada masa mendatang,” ujar Shin dalam wawancara seusai laga itu.
Bersaing dengan raksasa Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Malaysia, di Grup B, Indonesia bisa menjadi juara grup. Mereka menjadi tim terproduktif di Piala AFF 2020 dengan koleksi 20 gol hingga babak final. Padahal, mereka sempat diragukan bisa lolos dari penyisihan grup.
Selain itu, Indonesia tampil dengan mayoritas pemain muda yang minim pengalaman. Dari 30 pemain yang dibawa ke Singapura, 12 pemain masuk dalam kategori U-23. Secara keseluruhan, usia rata-rata pemain Indonesia adalah 23,7 tahun. Adapun skuad dengan rata-rata usia termuda di Piala AFF 2020 adalah Timor Leste dengan rata-rata usia pemain 20 tahun.
”Tim Indonesia dengan skuad muda telah melakukan pekerjaan hebat. Mereka pantas berada di final,” kata Pelatih Thailand Alexander Polking memuji performa Indonesia.
Turnamen antara
Bukan tanpa alasan Shin mengumpulkan para pemain muda untuk tampil di level senior. Target utama Shin adalah lolos kualifikasi Piala Asia 2023 di China. Dalam beberapa kali kesempatan, Shin mengemukakan Piala AFF 2020 hanyalah sebagai turnamen antara.
Meskipun gagal menjuarai Piala AFF, para pemain tim Garuda saat ini akan terus berkembang selama beberapa tahun mendatang. Maka, dibutuhkan komitmen dari petinggi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesa (PSSI) untuk menjaga proses itu tetap berkelanjutan.
Selama ini, rata-rata pelatih timnas senior Indonesia hanya melatih selama dua hingga tiga tahun. Sebelum fondasi timnas yang kokoh selesai terbangun, mereka dengan cepat dilengserkan dari posisinya sehingga tidak bisa melanjutkan proyek jangka panjang. Tradisi mengakhiri kontrak pelatih dengan hanya melihat target jangka pendek semestinya sudah harus ditinggalkan.
Kali ini, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menjamin tidak akan mengulangi pola lama tersebut. Iriawan, yang menargetkan Shin bisa membawa Indonesia menjuarai Piala AFF, cukup puas dengan kinerja pelatih asal Korea Selatan itu.
Di bawah arahan Shin, Iriawan berharap tim Garuda bisa terus berkembang. Ia menjamin PSSI tidak akan memutus kontrak Shin seusai Piala AFF. Shin dikontrak PSSI hingga Desember 2023. Adapun Shin sebelumnya telah berkomitmen akan tetap bertahan.
Iriawan meyakini para pemain muda bakal semakin matang dengan terus diberi kesempatan untuk mengikuti turnamen internasional bersama timnas Indonesia. ”Sepak bola itu tidak bisa instan. Harus ada tahapan dan prosesnya,” kata Iriawan kemudian.