Pesan dari Rafael Nadal
Rafael Nadal datang ke Australia dengan keraguan. Dia didera cedera berulang, tertular Covid-19, dan dirundung pengalaman pahit kalah berulang di final. Namun, Nadal mengatasi semuanya dan menjadi juara.
Tiga hari sebelum berangkat ke Australia, Rafael Nadal menyatakan tidak yakin mampu bertanding di Australia Terbuka. Nadal, bahkan, berdiskusi dengan keluarganya tentang rencana pensiun. Maka, menjadi juara Grand Slam Australia Terbuka menjadi keajaiban bagi Nadal dan pesan bagi penggemarnya.
Nadal pun menangis setelah mengalahkan Daniil Medvedev, 2-6, 6-7 (5), 6-4, 6-4, 7-5, dalam final di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Minggu (30/1/2022), selama lima jam 24 menit. ”Beberapa bulan lalu, saya tidak tahu apakah bisa tampil kembali dalam turnamen dan bermain tenis. Sekarang, di depan Anda, saya bisa mendapat trofi ini. Momen ini akan selalu berada di hati saya,” kata Nadal yang harus beberapa kali menarik napas dalam untuk menahan emosinya.
Untuk pertama kalinya sejak babak keempat Wimbledon 2007, saat berhadapan dengan Mikhail Youzhny, Nadal menang dalam pertandingan best of five sets setelah kehilangan dua set pertama. Medvedev melakukan itu di Melbourne saat mengalahkan Felix Auger-Aliassime pada perempat final.
Dengan trofi kedua dari Australia Terbuka, setelah 2009, Nadal menjadi tunggal putra pertama yang meraih gelar Grand Slam ke-21, mengungguli dua rival utamanya, Novak Djokovic dan Roger Federer. Sebelum Nadal menang di Melbourne Park, tiga tunggal putra terbaik, yang dikenal dengan julukan ”Big Three”, itu sama-sama mengoleksi 20 gelar Grand Slam.
Federer menjadi yang pertama berpeluang membuat rekor 21 gelar setelah mendapat gelar ke-20 dari Australia Terbuka 2018. Dia mendapat kesempatan besar menambahnya ketika tampil pada final Wimbledon 2019, tetapi dikalahkan Djokovic. Nadal mendekati Federer ketika menjuarai Perancis Terbuka 2020 dan baru mencapai final lagi di Melbourne Park tahun ini.
Djokovic, yang memasuki musim 2021 dengan 17 gelar, mengimbangi keduanya ketika tampil dominan dengan menjuarai Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon. Dia punya kesempatan besar menyapu bersih semua Grand Slam, sekaligus mengungguli Federer dan Nadal, ketika tampil pada final Amerika Serikat Terbuka. Namun, Medvedev menggagalkan kesempatan dan ambisi Djokovic dengan kemenangan 6-4, 6-4, 6-4.
Empat bulan kemudian, Medvedev dihadapkan pada petenis yang juga mengejar rekor. Kali ini, dia gagal menghadangnya. ”Sangat sulit harus berbicara setelah melalui momen ini. Rafa, kamu adalah juara sejati. Level permainanmu sangat tinggi setelah set kedua. Namun, saya tidak akan selesai sampai di sini,” kata Medvedev.
Baca juga : Nadal Rebut Kembali Peluang Juara
Tidak hanya memberinya gelar ke-21, Nadal menjadi bagian dari petenis putra yang menjuarai masing-masing Grand Slam, setidaknya, dua kali. Sebelumnya, ada Roy Emerson dan Rod Laver yang mencapainya pada 1960-1970-an dan Djokovic yang dipastikan ketika dia menjuarai Perancis Terbuka 2021.
Akan tetapi, semua rekor tersebut bukan segalanya bagi Nadal. Cedera kaki, setelah tersingkir pada semifinal Perancis Terbuka 2021, menjadi bagian kelam petenis peringkat kelima dunia tersebut menjelang akhir musim. Dia melewatkan AS Terbuka dan Final ATP. Nadal, bahkan, tak yakin bisa tampil kembali dalam turnamen besar seperti Grand Slam.
Menjelang keberangkatan ke Australia, Nadal terinfeksi Covid-19 setelah tampil pada turnamen ekshibisi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 16-18 Desember. Maka, pada Toni Nadal, pelatihnya sejak masa kecil, Nadal menyatakan keraguannya mampu bersaing di Australia Terbuka.
Keraguan, bahkan, masih membayangi saat tampil di Australia sejak turnamen pemanasan di Melbourne yang akhirnya dijuarainya. Latihan Nadal pun disesuaikan dengan kondisinya. ”Terkadang saya berlatih hanya 20 menit, kadang 45 menit atau dua jam, kadang tak latihan. Tak terbayang pada akhirnya saya bisa bermain dalam pertandingan best of five,” katanya.
Baca juga : Barty Pahlawan Australia
Setelah mengalahkan Matteo Berrettini pada semifinal, Nadal pun menangis. Dia teringat diskusi dengan keluarganya, pada tahun lalu, tentang rencana pensiun. ”Keberhasilan di sini sangat emosional. Ini sangat berarti bagi saya karena tak terduga,” kata Nadal.
Namun, kecintaan Nadal pada tenis menjadi motivasinya untuk bertanding kembali. Ini menjadi pesan bagi penggemarnya, mereka yang menonton di Rod Laver Arena, orang tua dan anak-anak agar jangan berhenti memburu mimpi. Padahal, cedera kaki kiri yang terakhir dialami Nadal bukan masalah sepele.
Cedera itu, yang didiagnosis pada 2006, merupakan cedera bawaan pada bagian tengah kaki. Tulang tarsalnya tidak mengeras seperti yang seharusnya sejak kecil, hingga memunculkan rasa sakit berulang hingga dewasa.
Berprofesi sebagai atlet dengan akitivitas berlevel tinggi, rasa sakit itu kerap mengganggunya. Nadal, bahkan, pernah diminta pensiun sebagai petenis oleh dokternya pada usia 19 tahun. Toni pun pernah bercerita bahwa Nadal tak pernah bertanding dalam kondisi bebas dari rasa sakit.
Baca juga : Perhatian Tertuju Pada Barty
Rangkaian cedera sejak saat itu beberapa kali menghentikan semangatnya karena harus mengundurkan diri dari turnamen. Salah satunya terjadi saat berhadapan dengan Andy Murray pada perempat final Australia Terbuka 2010. Dia pun absen di Melbourne Park pada 2006 dan 2013.
Dibandingkan Grand Slam lainnya, Australia Terbuka pun selalu menjadi hambatan terbesar Nadal. Dari lima final, dia hanya sekali juara. Kekalahan pada final terjadi dari Djokovic pada 2012 dan 2019, Stan Wawrinka (2014), dan Federer (2017).
Maka, momen kemenangan di Melbourne Park ini terasa lebih emosional dibandingkan dengan ketika dia menjuarai Perancis Terbuka untuk ke-10 kalinya, pada 2017. Setahun sebelumnya, Nadal mengundurkan diri menjelang babak ketiga karena cedera pergelangan tangan.
Setelah kehilangan set pertama dengan mudah, dia mendapat kesempatan besar merebut set kedua ketika mendapat set point, saat unggul 5-3, dan memegang servis pada gim ke-10. Namun, unforced error pada momen kritis memupus kesempatan itu, termasuk ketika unggul 5-3 saat tie-break.
Bagi saya, mendapat kesempatan bermain kembali lebih penting dibandingkan (gelar) nomor 21. (Rafael Nadal)
Rasa kompetitif yang tinggi, yang dikatakan Nadal menjadi bagian dari DNA-nya, diperlihatkan pada dua set berikutnya. Dia memperlihatkan mental juaranya, yang juga menjadi inspirasi penggemar tenis, termasuk anak-anak yang menontonnya, hingga lewat tengah malam di stadion.
”Bagi saya, bisa bermain dalam level tinggi seperti di sini sungguh mengejutkan. Saya memang punya rasa kompetitif. Namun, mendapat kesempatan lagi bertanding dan mencapai level seperti ini menjadi energi positif. Bagi saya, mendapat kesempatan bermain kembali lebih penting dibandingkan (gelar) nomor 21,” tuturnya.
Beda karakter
Laga Nadal melawan Medvedev menjadi pertemuan dua sosok dengan banyak faktor kontras. Itu menjadi persaingan ”Big Three” dengan ”Next Gen”, pengguna tangan kiri melawan kanan, serta pemilik heavy topspin melawan groundstroke datar.
Medvedev sebenarnya tak asing dengan persaingan melawan ”Big Three”, terutama dengan Djokovic yang telah menjadi lawan dalam 10 pertandingan. Namun, Medvedev melawan Nadal bagaikan pertemuan dua semesta tenis yang berbeda.
Baca juga : Keajaiban Rafael Nadal di Australia Terbuka
Dengan rekam jejak Medvedev, terutama di lapangan keras seperti Melbourne Park, untuk pertama kalinya, ”Big Three” menjadi underdog ketika berhadapan dengan ”Next Gen”. Tidak hanya berpengalaman mengalahkan Djokovic dalam final AS Terbuka 2021, Medvedev adalah petenis dengan mental tahan banting. Situasi yang menyudutkannya, seperti ejekan penonton, justru menjadi pemantik untuk tampil lebih baik.
Medvedev tampak akan memenangi pertandingan dalam tiga set langsung ketika unggul segalanya dari Nadal. Petenis Rusia peringkat kedua dunia itu bisa memberi jawaban atas setiap tantangan yang diberikan Nadal.
Dia bisa mengantisipasi taktik Nadal yang jarang diperagakan untuk merusak ritme, seperti melalui backhand slice, permainan net, serta servis dan volley. Nadal pun seperti kehabisan akal untuk menghadapi juara Final ATP 2020 itu.
Dengan kekuatan fisik dan teknik berimbang, pemenang setiap poin sejak set ketiga pun ditentukan melalui siapa yang memiliki kesalahan lebih sedikit. Juga, tergantung pada petenis yang bisa memberi tekanan lebih dulu.
Nadal pun mengerahkan semua sisa kemampuannya pada final yang bisa menjadi kesempatan terakhirnya untuk menjuarai Australia Terbuka. (AFP/Reuters)