”Beberapa kali saya memang mendekati gelar juara, seperti ketika melawan Novak dan Roger. Untuk final kali ini, saya akan berusaha menikmati dan tampil maksimal,” kata Nadal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MELBOURNE, JUMAT — Rafael Nadal mendapat peluang membawa trofi juara Australia Terbuka setelah meraihnya pada 2009. Kesempatan tersebut datang kembali setelah gagal dalam empat final, serta dengan kondisi Nadal yang tidak fit ketika tiba di Australia.
Salah satu tempat di final tunggal putra, yang akan berlangsung pada Minggu (30/1/2022), dipastikan didapat petenis Spanyol itu setelah mengalahkan Matteo Berrettini di semifinal. Di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Jumat, Nadal menang 6-3, 6-2, 3-6, 6-3.
Lawannya dalam perebutan gelar juara nanti adalah pemenang dari semifinal kedua yang berlangsung pada Jumat malam waktu setempat, Daniil Medvedev melawan Stefanos Tsitsipas. Medvedev adalah finalis Australia Terbuka 2021 dan Tsitsipas tampil dalam semifinal ketiga di Melbourne Park setelah 2019 dan 2021.
Nadal, yang menjuarai Australia Terbuka 2009 setelah mengalahkan Roger Federer di final, sebenarnya memiliki empat kesempatan besar untuk menambahnya ketika tampil pada final 2012, 2014, 2017, dan 2019. Dia pun memiliki peluang untuk meraih, minimal, dua gelar dari setiap Grand Slam.
Namun, peluang itu selalu gagal diwujudkan karena Nadal kalah dari Novak Djokovic pada 2012 dan 2019. Pada 2014, dia dikalahkan Stan Wawrinka, sementara Federer mengalahkannya pada 2017. Djokovic akhirnya menjadi petenis yang mendapat, setidaknya, dua gelar dari setiap Grand Slam, pada era Terbuka, setelah menjuarai Perancis Terbuka 2021.
Tidak hanya menjuarai setiap Grand Slam setidaknya dua kali, gelar juara di Mebourne Park kali ini bisa menjadikan Nadal sebagai tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 21 gelar. Saat ini, petenis peringkat kelima dunia itu memiliki 20 gelar, sama seperti rivalnya, Djokovic dan Federer.
”Beberapa kali saya memang mendekati gelar juara, seperti ketika melawan Novak dan Roger. Untuk final kali ini, saya akan berusaha menikmati dan tampil maksimal,” kata Nadal yang menahan tangis sebelum menjalani wawancara dengan Jim Courier di lapangan.
Meski tiba di Rod Laver Arena dengan keunggulan 1-0 (Nadal mengalahkan Berrettini pada semifinal Amerika Serikat Terbuka 2019), peluang Nadal dan Berrettini di Rod Laver Arena tidak jauh berbeda.
Berrettini mempertahankan penampilan terbaik sejak 2021. Dia pun menjadi petenis kelahiran 1990-an pertama yang berhasil menembus perempat final semua Grand Slam.
Pada tahun lalu, petenis berusia 25 tahun itu menembus final Wimbledon sebelum dikalahkan Novak Djokovic. Adapun Nadal tiba di Australia setelah mengalami cedera kaki kiri yang belum pulih dan terinfeksi Covid-19 pada pertengahan Desember 2021.
Untuk final kali ini, saya akan berusaha menikmati dan tampil maksimal.
Dengan senjata servis dan forehand tajam, Berrettini menjadi petenis Italia pertama yang tampil pada semifinal Australia Terbuka. Namun, dia sulit mengeluarkan forehand-nya untuk menghasilkan poin karena Nadal tak memberi peluang melakukan itu.
Nadal mengantisipasi forehand Berrettini dengan banyak mengarahkan pukulan pada backhand atau dengan variasi pukulan slice, pukulan pelan dengan gaya mengiris yang membuat bola memantul pelan dan rendah.
Taktik mengarahkan pukulan pada backhand juga diterapkan Nadal saat servis, terutama saat berada di ad court (sisi kiri lapangan). Menggunakan tangan kiri untuk bermain, Nadal banyak mengarahkan servis dengan sudut lebar, ke arah backhand Berrettini, hingga bola memantul jauh ke luar lapangan.
Taktik ini membuat Berrettini tak begitu percaya diri ketika melakukan backhand hingga banyak berbuah kesalahan. Total, dia membuat 19 unforced error dari backhand, sedangkan Nadal hanya membuat lima unforced error.
Berrettini juga selalu kesulitan ketika reli berjalan lima pukulan atau lebih. Dia mendapat 35 poin dari reli ini, sedangkan Nadal dengan 52 poin. Petenis peringkat ketujuh dunia itu unggul dalam reli pendek yang berlangsung hingga empat pukulan, yaitu dengan 61 poin, sementara Nadal mendapat 56 poin.
Ketika bisa bergerak lebih cepat untuk menguasai lapangan, Berrettini akhirnya bisa bermain agresif dan menggunakan forehand-nya untuk meraih winner pada set ketiga. Berrettini pun bisa meraih lebih banyak poin saat Nadal melakukan servis dibandingkan pada dua set awal.
Berrettini bisa mempertahankan intensitas permainan hingga servisnya pada gim kedelapan set keempat dipatahkan Nadal. Break point ini menjadi kunci bagi petenis berusia 35 tahun itu hingga bisa memenangi set keempat dengan mempertahankan servis pada gim berikutnya.
”Saya memulai penampilan dengan baik pada set pertama dan kedua, tetapi Matteo meningkatkan level permainan mulai set ketiga. Dia mendapat poin dari pukulan-pukulan bagus, sementara akurasi servis saya berkurang. Pada akhirnya, saya harus berjuang dan menderita untuk memenangi pertandingan ini,” tutur Nadal. (AFP)